Mengingatkan Tetapi Menjadi Perdebatan

Assalamu’alaikum
Saya adalah seorang hamba Allah yang masih dalam usaha mendapatkan kecinta’anNya,dengan terus berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan perintahNya,menjauhi laranganNya juga berusaha semampu mungkin untuk mengikuti ajaran2 nabi Muhammad Salallahu alaihi wasallam.
yang saya tahu,sebagai sesama muslim…"WAJIB" saling mengingatkan dalam kebaikan.Saya sebenarnya enggan untuk mengingatkan ke teman2 saya atau pun saudara karena saya merasa diri saya amat sangat kurang dalam ibadah dan ilmu agama,namun perintah Allah yang menyatakan "wajib" mendorong saya untuk melaksanakannya…saya takut jika saya tau tetapi saya tidak beritau ke yang lainnya,Allah akan menghukum saya..tetapi setiap kali saya ingatkan selalu saja menjadikan perdebatan.perihal shalat yang mereka anggap adalah urusan seseorang dengan ALLAh saja..yang lain tidak perlu mengingatkan,bagi mereka orang2 yang tidak sholat hidupnya enak2 saja, tapi yang hidup dengan sholat justru kebanyakan menderita,perihal maksiat yang mengurangi keberkahan mereka sangkal…karena mereka bilang justru orang2 yang bermaksiat makin kaya..sehingga pada akhirnya hanya menjadi perdebatan.tolong pak ustadz solusinya.terima kasih

Wa’alaikum salam wr. wb
Saudaraku Mulya yang dicintai Allah SWT, mengajak orang kepada kebaikan (da’wah) memang hukumnya wajib, sebagaimana yang Allah firmankan dalam ayat berikut ini :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. 16 : 125).
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS. 31 : 17).
Cara da’wah yang baik adalah cara da’wah yang diterima oleh objek da’wah (mad’u), bukan malah menimbulkan kerenggangan hubungan dan atipati. Disinilah pentingnya seorang penda’wah perlu memahami tentang fiqhud da’wah,baik melalui penambahan ilmu maupun pengalaman.
Seorang penda’wah seharusnya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mad’unya, termasuk dalam hal ini dapat menjawab pertanyaan mengapa orang yang tidak sholat justru hidupnya enak-enak saja. Jawaban sebagai berikut :
1. Tidak semua orang yang meninggalkan sholat hidupnya enak. Banyak juga yang menderita dan sengsara hidupnya. Sampai sekarang belum ada penelitian yang membuktikan lebih banyak mana orang yang meninggalkan sholat antara yang hidupnya enak atau menderita, sehingga tidak bisa dijadikan argumentasi bahwa orang yang tidak sholat hidupnya enak.
2. Jika pun orang yang meninggalkan sholat hidupnya enak, hal itu justru menunjukkan kasih sayang Allah yang meliputi semua makhluk-Nya. Sampai-sampai yang durhaka saja tetap diberikan kemurahan Allah SWT. Apalagi bagi orang yang beriman tentu Allah akan memberikan kemurahan yang lebih banyak lagi. “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS. 47 : 7).
3. Allah memberikan kemurahan kepada orang-orang yang durhaka (termasuk yang meninggalkan sholat) dalam rangka menguji mereka agar bersyukur dan bertaubat. Jika mereka tidak juga mau bersyukur dan bertaubat, maka Allah biarkan kemurahan itu sebagai hukuman yan keras untuknya di masa yang akan datang atau di akhirat. ”Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” (QS. 6 : 44).
Saudaraku, seharusnya seorang muslim jangan tertipu dengan rencana Allah di dunia ini. Salah satu rencana Allah adalah dengan membiarkan orang-orang yang durhaka hidup enak secara materi (walau secara rohani belum tentu bahagia). Allah menginginkan orang yang beriman beribadah bukan karena ingin mendapatkan sesuatu (pamrih) dari-Nya, tetapi beribadah semata-mata karena kebutuhan akan ibadah itu sendiri terlepas dari apakah kita hidupnya enak atau tidak. inilah yang disebut dengan beribadah secara ikhlas. Wallahu’alam bis showab.
Salam Berkah !

(Satria Hadi Lubis)