Menjaga Hubungan Emosional Dalam Organisasi

Assalamu’alaikum Wr..Wb…

Pak satria, saya baru saja diamanahkan menjadi ketua umum sebuah lembaga di kampus. Dan saya menerima amanah itu dan Insya Allah akan menjalankanya dengan baik. akan tetapi yang menjadi permasalahan ialah sekumnya agak susah diajak untuk bekerja sama, padahal mulanya ia mengatakan akan komit dengan amanah yang saya berikan kepadanya.

Memang ia juga terlibat sebagai presidium di wajihah (lembaga) lain, akan tetapi saya melihat di mulai memandang wajihah yang saya pimpin sebelah mata. sebagai seorang pemimpin yang baik, sikap apa yang harus saya ambil? Saya khawatir, kalau saya tidak bisa menjga stabilitas emosi, akan mempengaruhi hubungan emosinal saya dengan dia karena selama ini kami adalah kawan akrab. Syukran

Wa’alaikum salam wr wb.

Saudara FR yang saya hormati, ketika kita berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain dalam sebuah organisasi, perbedaan-perbedaan di antara orang-orang yang terlibat di dalamnya pastilah ada. Permasalahannya adalah seberapa besar perbedaan itu mempengaruhi soliditas dan efektifitas dari organisasi tersebut. Sejauh mana orang-orang yang menggerakkan organisasi tersebut lebih mengutamakan semangat membangun dan mengelola organisasi dibandingkan mementingkan ego dan kepentingan pribadinya.

Banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang tidak atau kurang antusias dalam mengelola sebuah organisasi. Bisa dari faktor manusianya, faktor kelembagaannya ataupun faktor sistem budaya organsasi yang kurang jelas.

Manusia satu sama lain pada dasarnya memiliki perbedaaan. Sikap dan perilaku manusia didasarkan pada faktor budaya, lingkungan dan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh karenanya menjadi bagian dari tugas dan tanggung jawab para pengurus organisasi untuk dapat mengelola perbedaan-perbedaan tersebut sehingga dapat menjadi bagian dari sebuah kekuatan dan kekhasan dari oragnisasi. Bila perbedaan yang ada tidak dikelola dengan baik bisa menjadikan rendahnya partisipasi dari pengurus dan anggota yang berakibat pada mandegnya kinerja organisasi.

Setiap orang akan berpartisipasi serta berkontribusi aktif di dalam sebuah lembaga bila aktualisasi dirinya terakomodir di dalam organisasi tersebut. Hal ini bisa terjadi bila orang-orang yang terlibat mengetahui dan memahami visi, misi dan tujuan serta target-target yang ingin dicapai dan diraih. Mereka mengetahui tujuan organisasi yang diimplementasikan dalam program-program yang dibuatnya sehingga akan mensuskseskan setiap program yang dibuat demi terwujudkan tujuan organisasi yang akan dicapai. Dan sebaliknya, bila seseorang tidak mengetahui visi, misi dan tujuan organisasi, maka imbasnya adalah partsipasi pasif karena tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.

Sistem budaya organisasi juga dapat mempengaruhi kinerja pengurus. Bagaimana tugas dan wewenang dari setiap pengurus dapat dibagi dan diatur secara proporsional dan sesuai job desk yang telah ditetapkan. Bagaimana peran-peran yang ada di dalam organisasi tidak tumpang tindih (overlapping) ataupun sentral yang berpusat pada satu atau segelintir orang saja, termasuk bagaimana ketua atau pimpinan mengambil alih tugas-tugas yang seharusnya menjadi tugas dari sebuah bidang dengan alasan apapun kecuali memang sudah tidak dapat dijalankan oleh yang diberi mandat terebut.

Bila seseorang merasa peran dan tanggung jawabnya kecil apalagi merasa dikecilkan oleh pimpinan organisasi karena tugas-dan wewenangnya sering diambil alih, maka ia akan malas untuk melaksanakan amanahnya atau mengabaikan tugas yang tadinya sudah menjadi bagiannya karena merasa hal tersebut pastilah akan atau sudah dikerjakan oleh orang lain sehingga tidak perlu capek-capek untuk berkontribusi aktif.

Sebelum Anda menyalahkan orang lain dalam hal in sekum Anda yang tidak menjalankan amanah yang sudah diberikan, tidak ada salahnya Anda untuk melakukan introspeksi internal apakah yang melatar belakangi sekum Anda seperti demikian. Apakah sistem dan budaya organisai tidak berjalan sebagaimana mestinya. Atau ia belum memahami akan pentingnya keberadaan organisai yang ia geluti termasuk visi, misi dan tujuan yang dicapai. Atau juga ia merasa tidak mempunyai ruang aktualisasi diri atau peran dan tugasnya tidak sesuai dengan sifat dan keinginan yang ada dalam dririnya.

Tanyakan langsung secara personal keterlibatannya dalam organisasi ini. Sejauhmana ia mau berkontribusi dan apa yang menurutnya menjadi hambatan baginya sehingga tidak berpartisipasi aktif dan tidak menjalankan amanah yang telah diberikan menjadi sekertaris umum.

Timbulkan jiwa bijaksana Anda sebagai semua ketua dalam menyelesaikan permasalahan ini. Tidak ada istilah menag-kalah dalam hal ini, nmaun jadikan sebagi proses bagi Anda dalam mengelola sebuah organisasi untuk dapat berhubungan dan berinteraksi secara baik dengan orang lain termasuk pengurus lainnya. Dan kalau memang ia mempunyai keberatan dikarenakan Anda yang kurang dapat menempatkan sesuatu dengan benar, berikan ia untuk memberi solusinya. Namun bila memang ada faktor-faktor mendasar yang tidak sesuai, tidak ada salahnya Anda dapat mencari penggantinya.

Semoga bermanfaat