Bagaimana Menggambil Keputusan

asslamuallaikum pak ustadz

saat ini saya bekerja disalah satu perusahaan swasta, saya masih single..karena orang tua sakit2an dan sudah tidak bekerja saya menanggung semuanya,..dan akhirnya saya mempunyai hutang kepada bank dengan jumlah 15 juta ke bank dan ke bank yg lain atas jaminan kantor 15 juta… setiap hari saya ditagih oleh dept colector, karena sering telat,..sementara gaji saya buat sehari2 saja nggak ada sisa. saya akhirnya sudah bicara kpd atasan saya dan pihak HRD memberikan solusi … saya harus keluar dari situ atau di-PHK. hutang atas jaminan kantor akan dilunasi…. dan saya mendapatkan uang pesangon untk dibayarkan ke bank yang lain…pak ustadz, tapi atasan saya menyarankan pula kalau keluar saya harus mendapatkan pekerjaan dulu, nanti atasan saya yg mengatur sementara saya belum mendapat pekerjaan, dan saya masih bekerja disini..saya bisa saja keluar begitu saja tapi bagimana dengan biaya sehari2 kedua orangtusaya dan kelanjutan hidup saya, karena saya anak tunggal dan saya kost di jakarta..saya takut akan menumpuk hutang lagi. doa dan ikhtiar sudah saya lakukan, tapi belum ada jalan. saya kasihan melihat kedua orangtua yang sekarang ini dalam kesusahan dan saya ingin selalu menbahagiakan mereka. 

yang ingin saya tanyakan, apakah dengan keluar dari perusahaan dengan jalan di-PHK adalah pilihan terbaik? sementara kondisi fisik saya sudah tidak kuat dengan beban ini. Saya sering capek  dan sakit2an, pikiran terganggu. kalau saya bertahan disana apa yg saya harus lakukan dengan keadaan tersebut. sementara saya belum dapat pekerjaan yang lain. kalau saya berhenti bagaimana dengan kehidupan sehari2…mohon solusinya

Saudaraku Naima Nurromah yang dicintai Allah SWT, saya turut prihatin dengan kondisi Anda yang kini terlilit hutang. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa berhutang sebaiknya dihindari karena akan menjadi beban pikiran dan perasaan di kemudian hari. Lebih baik kita bersakit-sakit dahulu, baru bersenang-senang kemudian (dengan cara menabung) daripada bersenang-senang dahulu, baru bersakit-sakit kemudian (dengan cara berhutang).

Sekarang nasi sudah menjadi bubur, hutang Anda sudah terlanjur menumpuk sehingga Anda dikejar-kejar debt collector tiap hari. Bagaimana solusinya? Menurut saya, yang perlu Anda lakukan saat ini bukanlah keluar dari pekerjaan (agar uang pesangonnya bisa untuk membayar hutang). Apalagi pekerjaan sekarang ini merupakan sumber penghasilan Anda satu-satunya. Ditambah kondisi fisik Anda yang sering sakit-sakitan, tentu akan mengganggu upaya Anda untuk mencari pekerjaan baru. Yang perlu Anda lakukan sekarang ini adalah melakukan penghematan. Dengan menghemat, uang yang Anda sisihkan untuk membayar hutang akan lebih besar dan Anda tidak perlu menunggak lagi sampai dikejar-kejar debt collector seperti saat ini.

Saran saya, coba Anda inventarisir kira-kira pengeluaran apa yang bisa Anda hemat. Jangan cepat menyimpulkan bahwa tidak ada pengeluaran Anda yang bisa dikurangi. Penghematan sebenarnya berawal dari mind set (pola pikir) seseorang yang akhirnya menjadi kebiasaan untuk hidup hemat. Kadangkala kita merasa hidup kita sudah cukup hemat, tetapi jika dibandingkan dengan orang lain ternyata hidup kita lebih boros. Oleh sebab itu, rubahlah mind set Anda menjadi orang yang hemat. Kurangi pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu. Misalnya, mengurangi makanan mahal, biaya tranportasi, biaya refreshing (nonton, bermain games, jalan-jalan), biaya kosmetik, biaya kost, dan lain-lain. Termasuk dalam hal ini adalah berdiskusi dengan orang tua atau saudara-saudara Anda yang lain tentang bagaimana agar Anda bisa berhemat. Kata kunci kemampuan berhemat adalah mengontrol hawa nafsu kesenangan/kenyamanan dan tidak gengsian dengan anggapan orang tentang “image orang kaya”.

Selain berhemat, langkah yang bisa Anda tempuh adalah mencari pinjaman (hutangan) baru dengan bunga yang lebih rendah dari hutang yang sekarang. Hutang baru ini untuk membayar hutang lama. Namun karena bunganya lebih rendah akan sedikit meringankan beban hutang Anda.
Demikian saran saya. Semoga Saudaraku Naima diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk melunasi hutang-hutangnya.

Salam Berkah!

(Satria Hadi Lubis)