Madu Cocoknya Untuk Siapa? (4)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ الْحَلْوَاءَ وَالْعَسَلَ

 

Dari Aisyah ra, ia berkata; “Rasulullah SAW menyukai manisan dan madu.” (HR. Bukhari)

Imam Adz-dzahabi berpendapat madu sifatnya panas dan kering termasuk tingkatan kedua. Ibnu Baithar menguraikan bahwasannya madu terbaik digambarkan memiliki tekstur yang jernih berwarna merah kecoklatan, sangat manis dan hanya sedikit rasa tajamnya, dengan aroma yang menyenangkan.

Ibnu Baithar juga menambahkan bahwasannya madu memicu rasa haus karena ia bersifat panas dan kering, dan agak tajam. Oleh karena itu madu tidak dianjurkan penggunaannya untuk orang yang bertemperamen panas. Madu juga bukan makanan yang tepat untuk musim panas. Namun dengan memasaknya dan membuang buihnya akan mencegah bahayanya. Madu bernilai sebagai makanan bergizi, membangkitkan selera, dan makanan afrodisiak (perangsang daya seksual).

Sementara Maimonides berpendapat bahwasannya madu adalah makanan bergizi untuk orang tua, namun dikontraindikasikan untuk anak muda, dan khususnya untuk yang bertemperamen panas, karena madu akan berubah menjadi empedu kuning.

Penegasan manfaat madu juga diungkap oleh Ibnu Muflih yang mengatakan, “Menurut sebagian kalangan, madu berkhasiat membersihkan kotoran yang ada di dalam pembuluh darah, usus dan lain-lain. Juga berkhasiat melarutkan lendir-lendir, baik sebagai obat minum maupun oles. Madu sangat bermanfaat bagi para lansia, pengidap masalah dahak dan orang-orang yang memiliki kondisi tubuh yang dingin dan lembab.”

Dalam buku Regimen of Health, Maimonides menjabarkan bahwa para dokter (abad pertengahan-red.) sepakat bahwasannya hal yang terpenting dalam menjaga kesehatan adalah menjaga tinja tetap lunak. Apabila tinja mengering dan akan menjadi-jadi jika ditahan, maka akan menghasilkan uap jahat, lalu uap tersebut naik ke jantung dan otak, merusak cairan humor (darah), mengacaukan nafas, menghasilkan melankolia, memicu pikiran jahat, malas atau keengganan untuk beraktivitas dan menghambat jalan keluarnya kelebihan semua pencernaan. Oleh karena itu sangat tepat untuk berusaha secara maksimal menjaga tinja tetap lembut.

Adapun untuk melunakkan tinja salah satunya menggunakan madu, sebagaimana dijelaskan Ibnu Muflih, “Madu mengandung nutrisi, melunakkan tinja, menjaga khasiat pasta dan isinya, menghilangkan aroma obat yang tidak sedap, membersihkan hati dan dada, melancarkan air seni dan cocok untuk mengobati batuk akibat unsur dahak.”

Ibnu Qoyyim juga menjelaskan bahwasannya Nabi biasa meminum madu dicampur dengan air, untuk membersihkan air liur. Imam Adz-dzahabi mengomentari kebiasaan tersebut, “Ini merupakan hikmah menakjubkan dalam menjaga kesehatan.” JR/TB (Selesai)

(Ulasan lainnya mengenai madu dapat dibaca di Tabloid Bekam Edisi 2/ Maag, Madu Obatnya!)