Kondisi Objektif Gerakan Dakwah Saat Ini (7)

10. Krisis Manajemen

Di antara krisis yang yang sedang menimpa Gerakan Dakwa masa kini adalah krisis manajemen. Krisis manajemen ini sepertinya bukan monopoli Gerakan Dakwah saja, akan tetapi menimpa hamper semua lapangan kehidupan umat. Lihat saja manajemen masjid, yayasan sosial, pendidikan termasuk pesantren, perusahaan, khususnya BUMN dan bahkan pemerintahan yang dipimpin oleh kaum Muslimin, kebanyakannya dijalankan jauh dari nilai-nila dan prinsip-prinsip manajemen. Anehnya, di belahan bumi sana, lembaga atau isntitusi serta negara yang hanya memiliki motif duniawi yang dijalankan oleh non Muslim malah terlihat mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen dengan baik, kendati hanya dari sisi sunnah kauniyah (sisitem alam) Allah.

Sebab itu, penulis selalu bertanya dalam diri: Kapan Gerakan Dakwah bisa dikelola dengan manajemen yang baik berdasarkan nilai-nilai syar’i dan juga sekali gus dengan sunnah kahniyah Allah? Kapan perushaan-perusahaan kaum Mulislimin, khususnya di Indonesia maju tanpa RKKN (risyawah -sogok menyogok-, korupsi, kolusi dan nepotisme)? Kapan lembaga-lembaga pendidikan umat maju dan berkembang sehingga mampu melahirkan generasi terbaik sebagaimana generasi umat Islam terdahulu?

Kapan pemerintahan yang ada di tangan kaum Muslimin kembali kepada nilai-nilai Islam secara kaffah agar merdeka dari pengaruh dan hegemoni asing dan menjadi neggara kesatuan raksasa serta maju dalam segala lapangan kehidupan, baik moril, materil dan ilmu pengetahuan? Dan masih banyak lagi pertanyaan mendasar lainnya yang perlu selalui kita pertanyakan terhadap diri kita masing-masing.

Secara logika sehat, Gerakan Dakwah dan apa saja yang terkait masyruk (proyek) keislaman sangat mungkin dimenej dan dikelola jauh lebih baik dari lembaga, institusi atau negara yang hanya bermotifkan duniawi. Karena target Gerakan Dakwah dan apa saja aktivitas Islam adalah untuk mencapai ridaha Allah dengan kompensai kesuksesan tanpa batas (Syurga) di akhirat kelak, bukan mencari berbagai kenikmatan dunia yang tidak lebih dari sekedar sarana, bukan tujuan dan konsentrasi hidup. Karena dunia dan seisinya – yang menjadi tujuan dan konsentrasi hidup masnusia yang tidak beriman- tidak lebih kesenangan sedikit dan itupun hanya dapat dinikmati sekian tahun saja, yakni sampai kematian tiba. Dalam konteks ini, puluhan ayat da hadits Rasul Saw memaparkan dengan begitu indah dan visual. Di antaranya seperti pfirman Allah berikut :

لاَ يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُواْ فِي الْبِلاَدِ ﴿١٩٦﴾
مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ ﴿١٩٧﴾
لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْاْ رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلاً مِّنْ عِندِ اللّهِ وَمَا عِندَ اللّهِ خَيْرٌ لِّلأَبْرَارِ ﴿١٩٨﴾

Jangan sekali-kali kamu terperdaya oleh kegiatan (mobilitas tinggi terkait duniawi) orang-orang kafir (yag bergerak) di seluruh negeri (196). Itu hanyalah kesenagan (sedikit) yang sementara, kemudian tempat kembali mereka adalah neraka Jahannam dan itulah seburuk-buruk tempat kemabali (197) Akan tetapi, orang-orang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Pencipta mereka, bagi mereka pasti mendapat syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beracam-macam sungai. Mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (karunia) dari Allah. Dan apa saja yang ada di sisi Alallah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti (secara totalitas di jalan Allah) (198). Q.S. Ali-Imran : 196 – 198).

Sejarah membuktikan, ketika umat ini mampu berdakwah dan berjihad dengan paradigma berfikir yang lurus yang dilandasi filosofi hidup yang benar, yakni saat mereka mampu menjadikan Allah hanya tujuan, Rasulullah contoh tauladan, Al-Qur’an sebagai hidayah (petunjuk hidup), jihad fi sabil;illah sebagai jalan hidup dan mati di jalan Allah adalah cita-cita yang paling mulia, mereka berhasil memenej dakwah dan jihad dengan sangat professional sehingga mampu menguasai lebih dari separuh dunia, seperti yang terjadi di zaman Khulafaurrasyidin dan sampai zaman Khilfah Islamiyah Utsmaniyah 1924. Sebaliknya, ketika filosofi dan ghoyah (tujuan) hidup mereka menyimpang dan paradigma berfikir mereka melenceng, maka saat itu pula mereka mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan mememenj dakwah dan jihad sehingga mereka kehilangan banyak kebaikan dunia dan dikhawatirkan kehilangan keselamatan dan kebahagiaan akhirat yang menjadi tempat kembali nan kekal dan abadi.

Dalam konteks ini, Allah sebagai Pencipta kita, sellau mengingingatkan kita agar sampai ke tujuan utama dan yang terutama dan mewanti-wanti kita agar tidak menyimpang dari jalan lurus-Nya dan sampai ke tujuan akhir, yakni bertemu Allah di syurga-Nya.

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Dan sesunggunya ini (Islam) adalah jalan-Ku dalam keadaan lurus, maka ikutilah olehmu dan jangan sekali-kali kalian mengikuti jalan-jalan itu (selain jalan Islam, termasuk Islam dengan pemahaman yang tidak lurus) maka kalian akan telepas dari jalannya (Islam yang lurus). Demikian itu adalah wasiat Dia (Allah) yang mewasiatknyaan kepada kalian semua agar kalian bertakwa (Q.S. Al-An’am / 6 : 153)

Terkait ayat tersebut, Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan sebuah hadith Rasul Saw. yang terkait ayat tersebut sebagai berikut :

Rasulullah Saw. Menggaris dengan tangannya kemudian berkata : Yang ini adalah Jalan Allah dalam keadaan lurus. Berkata Perawi : Kemudian Beliau membuat garis ke arah kanan dan kirinya (garis luris tersebut), kemudian Beliau berkata : Jalan-jalan ini tidak ada kecuali syetan memanggil kepadanya. Kemudian Beliau memaba acat : “Dan sesunggunya ini (Islam) adalah jalan-Ku dalam keadaan lurus, maka ikutilah olehmu dan jangan sekali-kali kalian mengikuti jalan-jalan itu (selain pemahaman Islam yang benar)…”. (Riwayat Imam Ahmad)


Untuk membuktikan Gerakan Dakwah sedang mengalami krisi manajamen tidaklah sulit. Di antaranya, saat aroma KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) telah tercium, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami krisis manajemen. Jika kultus terhadap pemimpin sudah begitu nyata, sehingga tidak ada lagi yang berani menasehatinya dari berbagai kekeliruan yang dilakukan sang pemipin, ditambah lagi dengan menerapkan prinsi like & dislike dalam menjalankan kepemimpinannya, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami krisis manajemen fatal. Krisis tersebut akan semakin parah saat pemimpin sudah dilihat dan dianggap bagaikan wali, bahkan nabi yang mengetahui segala sesuatu, serta harus ditaati dalam segala hal, tanpa ada yang boleh mengkritisinya, apalagi meluruskannya, sehingga menjadi manusia untouchable (tak tersentuh) oleh hukun dan aturan, kendati oleh hukum Allah dan Rasul-Nya, apalagi oleh nasehat dan kritik bawahannya.

Bila prinsip-prinsip manajemen sudah dilanggar seperti, syura, the right man on the right place, desentralisasi qiyadah, amanh, kejujuran, ‘iffah (menjaga kesucian diri danjiwah), tanggung jawab, proaktif, rendah hati, amanah, jujur, bekerja tidak lagi berdasarlan awlwiyyat (prioritas) yang dikaji secara mendalam dan sebaganya dan beraktivitas dakwah hanya terfokus kepada satu atau beberapa cabangnya saja, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami krisis manajemen.

Jika Gerakan Dakwah tidak lagi mementingkan kualitas, tapi lebih tergoda menghabiskan semua energi untuk mengejar kuwantitas, berfikir jangka pendek, pragmatis, kepentingan duniawi, maka itu adalah pertanda Gerakan Dakwah sedang mengidap penyakit krisis manajemen, kendati semua itu dibalut dengan baju dakwah, fiqhuddakwah, fiqhul aulawiyat, fiqhul muwazanah (fikih analisis/timbangan), marhalahdakwah, mihwar siasi, mihwar dauli dan sedertan instilah mentereng lainnya yang disalah pahamkan.

Ketika para pemimpin Gerakan Dakwah sibuk memiklirkan kapitalisasi dakwah (baca: mengumpulkan keuntungan matreri untuk pribadi mereka), dengan mengoptimalkan semua kemampuan kader, baik yang miskin mapun yang mampu, dalam mengumpulkan dana dari dalam organisasi sendiri, dari simpatisan maupun dari politisi yang akn dijadikan partner Pilkada, Pemilu, Pilpres, direksi BUMN dan sebagainya, kendati dengan melegalisasi hal-hal yang menyerempet haram dan syubhat dengan bungkus kepentingan dakwah dan sebagainya dan pada saat yang sama, myoritas anggota/kader, simpatisan dan masyarakat lainnya sedang tidak berdaya dalam bidang ekonomi, ilmu, pendidikan, kesehatan dan sebagainya, diabaikan begitu saja, ketika itulah Gerakan Dakwah sedang sakit parah yang bernama mismanagement (salah urus).

Ketika Gerakan Dakwah tidak lagi melakukan kaderisasi (tarbiyah), optimalisasi potensi diri kader dan para aktivisnya sehingga mereka hidup bardikari (independen) dalam ekonomi, berkualitas dalam sisi spiritual (keimanan), ilmu, amal dan akhlak dan juga melupakan pengkaderan calon-calon para mentor (murabby) yang handal serta meninggalkan aktivitas peningkatan kualitas para pemimpin dan tokoh dakwah yang sudah memasuki ranah aplikasi kehidupan secara luas speerti di bidang politik, ekonomi, da’wah ammah dan tokoh-tokoh informal lainya, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami miss manejemen (krisi manajemen) yang amat hebat.

Bila Gerakan Dakwah tidak mau bekerja keras untuk berkonsentrasi pada pembentukan watak dan kperibadian independen kader, pemimpin dan organisasi, khususnya terkait ekono, dan lebih tergiur untuk meminta-minta kepada konglomerat atau siapa saja yang punya uang dengan dalih pembiyaan dakwah, kendati sama-sama tau sumber umangnya tidak jelas (syubhat), dan mungkin saja haram serta dengan kompensasi dukungan memperoloh kepemimpinan BUMN, kepala Daerah, kepala Negara dan berbagai jabatan lainnya, maka saar itulah Gerakan Dakwah sedang sakit keras disebabkan penyakit mismanagement.

Mudah untuk diprediksi ke deppan, Gerakan Dakwah seperti itu akan mengalami kegoncongangan yang sangat dahsyat disebabkan gejolok dan percaturan duniawi yang sedang menggerogoti tubuhnya, paling tidak di tingkat elitenya. Memang dalam kondisi tertentu bisa kegincangan itu tidak dirasakan oleh kebanyakan para aktivis dakwah, mungkin karena tidak mengerti akan permasalahan yang sebenranya karena selalu ditutupi para pemimpinnya dengan enam istilah sayr’i yang sudah dijelaskan sebelumnya, atau karena punya kepentingan duniawi yang sama (oportunis), atau karena takut membahasnya, atau karena mencari aman dan tidak mau memikirkannya apalagi mencari solusinya dengan dalih: itumah urusan yang di atas, mereka lebih berilmu dan berpengalaman dan tanggungjawabnya ada pada mereka, kita hanya bekerja saja, atau karena berbagai alasan lain.

Krisis mismanagement (salah urus) dan juga berbagai krisis lain yang menimpa Gerakan Dawkah saat ini adalah bom waktu yang menunggu meledaknya saja. Kalaupun tidak meledak sehingga Gerakan Dakwah hancur berkeping-keping sebagaimana yang terjadi pada berbagai Gerakan Dakwah baik di negeri ini maupun di negeri Muslim lainnya, paling tidak akan mengakibatkan kelumpuhan Gerakan Dakwah itu sendiri sehingga tidak dapat lagi dijadikan sebagai sebuah harapan besar dalam melakukan perubahan-perubahan fundamental dan menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, apalagi dalam tatanan dunia global yang lebih rumit dan lebih keras labi.

Terkait krisis-krisis yang sedang meinmpa Gerakan Dakwah saat ini, penulis sering ditanya dengan sebuah pertanyaan yang simpel, tapi tajam : Masih adakah harapan berbagai Gerakan Dakwah saat ini? Jawaban yang paling jujur dan obyektif adalah : may be yes, may be no. Artinya. Karena, kemungkinan harapan itu sama besarnya dengan kemungkin hilnganya harapan. Berbagai krisis tersebut bahkan bisa menadi modal dasar untuk merancang dan mendesain Gerakan Dawak yang lebih baik dan lebih prospek dan lebih efektifit dari situasi dan kondisi sekarang sehingg benar-benar berubah menjadai Gerakan Dakwah yang penuh harapan. Namun kata kuncinya ada di tangan para pemimpin dan aktivis Dakwah itu sendiri. Perbaikan dan penyelesaian berbagai krisis tersebiut, apalagi perubahannya menjadi Berakan Dakwah yang lebih prospek di masa mendatang tidak akan turun dari langi begitu saja, karena whyu Allah yang tirun dari langit sudah menjelaskan kata kunci dan metodenya kepada kita sebagaimana firman Allah berikut :

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang menjaganya berkeliaran dari hadapan dan dibelakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan (kelemahan) yang ada dalam diri merka. Dan apabila Allah mengehndaki keburukan bagi suatu kaum, maka tida adan yang dapat menolaknya dan tidak ada bagi mereka pelindung apapun dari selain Allah. (Q.S. Arro’d /13 : 11) Tamat