Krisis Akhlak Gerakan Islam

DR. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy

KRISI AKHLAQ GERAKAN DAKWAH
Sebuah Upaya Rekonstruksi Gerakan Dakwah Masa Depan

Oleh: DR. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy

A. Dosa batin adalah bahaya besar bagi kehidupan ummat Islam

Muqaddimah edisi Kedua

Segala puji bagi Allah yang menjadi sumber hidayah taufiq. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, keluarga dan sahabat- sahabatnya.

Sesungguhnya kebenaran – bagi sebagian orang – itu pahit, ia akan menjadi tamparan dan kritik bagi mereka yang tersingkap kesalahannya, perubah fakta dan realita yang menyentuh setiap urusan manusia. Karena itulah seyogyanya kebenaran harus disampaikan dengan hati ikhlas dan bersih dari interes, baik di depan maupun di belakang.

Ketika seorang penegak kebenaran melalui proses seperti ini, maka Allah akan ridha dan manusia pun menerima. Bukan sebuah masalah besar, ketika penyingkap kebenaraan itu tidak mampu meramu pahitnya obat yang berupa kebenaran menjadi gula yang manis dan enak dirasa.

Kebenaran sepahit apapun rasanya, seberat apapun bebannya lebih memberikan manfaat kepada umat, ketimbang manisnya lari dari kebenaran dan enaknya bermusuhan dengannya.

Seorang penegak kebenaran tidak memberati orang lain dengan beban kebenaran, kecuali ia sendiri lebih dulu melakukannya, tidak menimpakan pahitnya kebenaran itu kecuali sama dengan pahit yang telah dirasakan sebelumnya, tidak menjadikan dirinya sebagai Nabi yang makshum (terpelihara dari kesalahan) dengan melontarkan kritiknya di mimbar kenabiannya, dan membersihkan dirinya dari semua itu.

Bahkan seorang penegak kebenaran harus berani melakukan otokritikk pada dirinya sendiri ketika ia salah, sebagai tiitik tolak untuk memberikan warning kepada orang lain agar tidak jatuh dalam kesalahan yang sama seperti dirinya, sekaligus juga menjadi materi nasihat dan arahan bagi saudara-saudara dan sahabat-sahabanya, sebagaimana Allah telah muliakan dirinya dengan nikmat otokritik itu.

Pertanyaan kami …

Apakah dalam ucapan seperti ini ada bias kesesatan dan keraguan…
Di atas dasar inilah kami menulis buku ini. Kami berharap semoga buku ini menjadi lautan nasihat bagi kami dan bagi manusia seluruhnya.

Sekalipun begitu, masih ada segelintir orang yang merasa gerah dengan tulisan ini, mereka merasa menjadi sasaran kritik dan penilaian buku ini. Ini adalah efek yang tidak bagus yang tidak perlu kita bahas dan panjang lebar mengungkapkannya.

Menghadapi sikap mereka ini, kami katakan : keistimewaan Ishmah (terpelihara dari kesalahan) hanyalah sifat para Nabi dan Rasul saja, bukan yang lain.

Adapun menolak nasihat, bersikap pongah untuk tidak menerimanya dan merasa nyaman dalam singgasana kesombongan, maka itu bukanlah sikap muslim sejati.

Kami hanya mengikuti uslub dan gaya Rasulullah saw dalam memberikan nasihat kepada sahabat-sahabatnya. Bahkan Beliau pernah mengatakan : “Agama itu adalah nasihat.”

Ketika Beliau saw melontarkan kritik, memberikan masukan kepada sahabat-sahabatnya, maka Beliau menyampaikannya tanpa menyebut inisial sahabat yang dinasehati. Beliau mengatakan : “Bagaimana kelakuan kaum itu….” tanpa harus mencermati reaksi yang timbul dari sahabat tersebut.

Adapun sebagian indikasi kesalahan dalam tulisan kami, yang dilontarkan oleh para pencari kebenaran, maka kami siap untuk menerima kritik tersebut. Bisa jadi itu adalah koreksi atas kesalahan kami, pengingat atas apa yang terlupakan atau ilmu baru yang kami dapatkan.

Diantara lontaran kritik itu mengarah ke buku kami “Problem kita adalah akhlak dan bukan Problem pemikiran.” mereka mengatakan sebaliknya, bahwa “problem kita adalah pemikiran dan bukan akhlak.”

Sebagian ada yang melontarkan kritik tajam kepada kami, bahwa kami mengajak kepada umat kepada akhlaq yang tidak berbasis pada pemikiran dan ilmu, bahkan lebih jauh lagi mereka mengatakan, kami menyeru kepada umat untuk menjauh dari pemikiran dan ilmu, karena pemikiran dan ilmu bukan merupakan hal penting bagi mereka.

Kami jawab dengan tegas : “Kami tidak pernah menulis buku seperti yang mereka dakwakan kepada kami, kami berani mengatakan, kami jamin, siapapun orang yang faham dengan bahasa dan ilmu kebahasaannya, kemudian membacanya dengan cermat, maka mereka tidak akan menghasilkan kesimpulan bathil yang didakwakan kepada kami.”

Karena itulah, dalam edisi kedua ini, kami akan mencoba untuk menjadikan buku ini lebih jelas, memberikan catatan, komentar sekaligus juga meluruskan kebathilan yang mereka dakwakan kepada kami.

Dalam edisi kedua ini, kami selalu mengharapkan taufiq Allah swt. semoga buku ini menjadi ungkapan rasa syukur kami kepada-Nya, sekaligus juga sarana reformasi menuju kepada kemaslahatan ummat.

Pembaca yang budiman, Pahitnya musibah dan krisis multidimensi yang menimpa umat Islam saat ini, yang terus menerus menggerus mereka setiap harinya, menanamkan keyakinan kepada kami, bahwa dosa batinlah yang menjadi faktor utamanya, dibanding dengan dosa dhahir yang membalutnya.

Pahitnya realitas umat Islam saat ini, menjadikan kami semakin yakin bahwa, problematika umat Islam bersumber dari krisis akhlak, bukan karena kekosongan pemikiran dan ilmu. Kami yakin bahwa umat Islam tidak bisa hidup layak tanpa pemikiran dan ilmu sebagaimana manusia sakit yang tidak bisa hidup tanpa sinar mentari dan udara untuk bernafas. Namun logikanya adalah matahari dan udara adalah satu hal bagi si sakit dan obat bagi si sakit adalah hal yang lain.

Kami bersumpah demi Allah, dalam menulis buku ini, tidak ada maksud untuk iri, dengki, benci atau menyiarkan aib suatu jamaah atau kelompok tertentu. Bagaimana mungkin kami melakukan ini, sementara sikap ini adalah seburuk-buruk “dosa bathin” yang kami anjurkan agar dijauhi dan dihilangkan dari hati setiap kita.

Kami memperhatikan dengan seksama “wabah dosa bathin” ini telah menjangkiti masyarakat kita. Melalui buku yang sederhana ini, kami berharap setiap individu menyadari akan bahaya wabah ini, sebagai sarana nasehat kepada Allah, Rasul-Nya dan umat Islam umumnya.

Kami tengadahkan tangan kami kepada Allah, dengan penuh ketundukan dan harap, memohon agar Allah masukkan kami dan umat Islam semuanya dalam golongan yang Allah firmankan dalam Al Quran :

رَبَّنَااغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hasyr : 10)