Salah Paham tentang Mihnah (2)

KRISIS AKHLAQ GERAKAN ISLAM
Sebuah Upaya Rekonstruksi Gerakan Islam Masa Depan

Oleh: DR. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy*

***

Dua jalan dan tak ada yang ketiganya

Kalau kita renungkan lebih dalam, tidak ada jalan untuk sampai kepada kelapangan dan kerelaan hati kita, kecuali dengan dua jalan berikut ini :

Jalan pertama : Kita harus memiliki daya luar biasa yang mampu menyingkirkan bisikan pikiran, keraguan akal dan khayalan panjang, karena banyak sekali musibah yang menimpa kita, yang mendatangkan daki di hati kita, disebabkann oleh lamanya kita berpikir, berkhayal dan pertanyaan-pertanyaan akal yang tak pernah berujung. Kita terkenang memori masa lalu, lalu hati kita pedih dengan kenyataan masa lalu yang jauh dari kenikmatan. Kita membayangkan masa depan, lalu tergambar dalam otak kita adalah suram dan kepedihan yang menunggu. Akhirnya detik-detik kehidupan kita hari ini terhimpit di antara trauma masa lalu dan pesimisme di masa depan.

Kalau seandainya kita diberi karunia untuk melupakan masa lalu dan optimis, lalai dari trauma masa lalu dan berpaling darinya, maka pasti hati kita akan terbebas dari setiap musibah, kita akan mati rasa dari setiap musibah dan keburukannya.

Namun Allah swt yang telah menciptakan kita tidak mengkaruniakan daya tersebut.

Bahkan Allah swt membebani kita dengan beban berat perasaan, pikiran dan akal. Agar semuanya bisa menampung beban masa lalu yang telah lewat dan beragam khayalan maupun perkiraan yang akan terjadi di masa depan.

Hal ini berasal dari tujuan Allah menjadikan kita sebagai tuan di alam semesta ini, wakil Allah dalam mengelola dan mengatur dunia. Untuk sampai kepada tujuan tersebut, Allah tundukkan segala yang ada di langit dan di bumi, Allah sempurnakan beragam nikmat lahir dan batin kepada kita.

Kita mengelola dunia ini dengan berdasarkan imajinasi masa lalu, pemikiran prediktif yang memberikan rambu-rambu dalam mensikapi kejadian-kejadian di masa depan dan akal yang mampu mensinergikan keduanya, sehingga ia mampu menghasilkan dasar-dasar kehidupan dan pola pengelolaannya.

Imajinasi memberikan gambaran dan kita tidak bisa lari darinya, pikiran memberitakan dan kita tidak bisa berlepas darinya dan akal menilai dan mengatur keduanya yang mana kita tidak bisa terbebas darinya. Tiga hal inilah yang selalu akan menjadi saran bagi keburukan dan kebaikan, bagi kenikmatan dan kesengsaraan hidup kita di dunia.

Bertolak dari pemikiran ini, maka yang memiliki daya untuk merdeka dan terbebas dari tiga hal di atas hanyalah “orang gila” saja…mereka manusia pilihan, yang mati rasa dari setiap kesulitan dan kegalauan.

Jalan ini tentunya tidak akan dimiliki oleh orang-orang yang berakal, sekalipun Allah telah memuliakan manusia dengan akal ini dari sekalian binatang, namun mereka telah kehilangan keistimewaan ini.

Jalan kedua. Kita meyakini akan keberadaan Allah swt, mendengar dengan khidmat akan firmannya yang menjelaskan dengan gamblang hakikat kemanusiaan, jati diri kita, cerita, perkembangan dan tahap-tahap kehdupan kita. Kita sadar akan tanggung jawab kemanusiaan kita, kita adalah hamba dengan seluruh makna yang terkandung di dalamnya, yang berada dalam kekuasaan-Nya. Kita meyakini akan kehidupan hari akhir dan betapa bernilainya kehidupan dunia untuk kehidupan di hari akhir tersebut.

hendaklah kita merenungi ayat Allah swt :

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Dan kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya : 35)

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا

“Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.” (QS. Al Furqan :20)

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“ Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah : 155)

Sehingga kita memahami misi hidup kita terhadap Allah di dunia ini, yakni untuk mengejawentahkan hakikat ubudiyyah (kehambaan) kita kepada Allah, dengan jalan ridha, taat, patuh terhadap setiap keputusan dan ketetapan Allah swt. Kita tidak meradang ketika musibah menimpa, tidak berpaling dari-Nya ketika kesulitan dan kesusahan menghantui kita.

Lalu kita memahami bahwa Allah adalah Maha adil dan bijaksana dalam setiap keputusan dan ketetapan-Nya. Allah tidak pernah menyia-nyiakan usaha kita dalam menuju kebaikan, tidak akan pernah lupa untuk memberikan hak kita yang telah dirampas oleh manusia yang berlaku dhalim dan tidak membiarkan setiap kedhaliman dan kejahatan yang dilakukan dan menimpanya, bahkan Allah swt akan memutuskan dengan adil setiap permasalahan hamba-Nya pada hari pembalasan yang dijanjikan.

Barang siapa melakukan kebaikan walau seberat biji atom, maka ia akan melihat balasannnya dan barangsiapa yang melakukan keburukan walaupun seberat biji atom, maka ia pasti akan melihat balasannya.

Ini adalah jalan satu-satunya bagi kita, jika kita menghendaki, untuk sampai kepada keridhaan dan kebahagiaan hati kita, seperti apapun kondisi dan situasi yang melingkupi kita.

Ini adalah solusi satu-satunya, yang diberikan Allah swt kepada kita, agar terbebas dari setiap permasalahan yang kita hadapi.

Kita tidak mampu untuk membuat hukum sendiri, merubah dan mengganti fenomena sunnatullah di alam ini. Sunnatullah ini telah Allah susun di alam ini sejak dari penciptaannya, yang tergambar dalam fenomena kebaikan dan keburukan, bahagia dan sengsara, kenikmatan dan kepedihan. Belum ada yang mampu sampai saat ini, dan setelah hari ini juga tidak akan ada yang mampu merubah sunnatullah ini, merubah kepaduan hal-hal di atas dan merenda sendiri keburukan dan kepedihannya.

Yang mampu untuk kita lakukan adalah meneguhkan seluruh perasaan yang dibangun di atasnya segala kebaikan dan keburukan, yang mampu untuk kita lakukan adalah melakukan jalan yang kedua ini.

Jalan kedua ini sebenarnya telah disinyalir oleh Rasulullah saw dalam sabdanya :

« عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ».(رواه مسلم)

“Sungguh unik urusan orang beriman, seluruh urusannya selalu baik, dan itu tidak dimilki kecuali oleh orang beriman sendiri, yakni apabila dia diberi nikmat maka ia besyukur maka itu baik baginya, apabila dia ditimpa musibah maka ia besabar maka itu baik baginya.”