Salah Paham tentang Mihnah (5)

KRISIS AKHLAQ GERAKAN ISLAM
Sebuah Upaya Rekonstruksi Gerakan Islam Masa Depan

Oleh: DR. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy*

***

B.7. Harta dunia bukan hal utama

Harta dunia adalah aneka tampilan kemewahan, hiasan dan kebanggaan dunia.

Harta dunia ini tidak menjadi permasalahan bagi kita, harta ini diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang shalih maupun yang ingkar kepada-Nya. Yang menjadi titik masalah bagi kita adalah kondisi yang menjadikan kita mulia karena harta tersebut. Kita jadikan harta yang ada di tangan kita sebagai tangga menuju ridha Allah swt.

Seorang hamba yang bisa sampai pada tingkatan ini adalah hamba yang bahagia, sekalipun dalam kesehariaannya kita melihat rona-rona kepayahan dan kesulitan di wajahnya. Dia adalah hamba yang kuat, sekalipun dalam pandangan kita seperti orang lemah yang tidak memiliki kekuasaan untuk membuat seseorang takut dan melawan musuh. Dia adalah orang kaya, sekalipun dalam pandangan kita ia adalah orang miskin yang hina.

Di tangan orang inilah Allah swt serahkan kekuasaan para raja dan kaisar.

Dan dalam penjagaan orang inilah Allah swt tegakkan negara yang tidak pernah ditulis dalam sejarah, negara yang luas kekuasaan dan wilayahnya.

Karena kehebatan orang ini, bergetar hati musuh yang dianggap paling kuat dan bengis di dunia.

Dengan keistimewaan-keistimewaan yang mereka miliki, pemimpin mereka lebih memilih penampilan sederhana, dengan baju-baju mereka yang usang dan penuh dengan tambalan. Salah satu prajuritnya tidak mau menghadap panglima perang Persia kecuali dengan baju mereka yang terkoyak dan kuda yang sederhana tanpa aksesoris apapun).

Ketika ada salah satu prajurit yang datang kepada Amirul mukminin, meminta agar beliau membenahi penampilannya di hadapan panglima romawi, gigi beliau bergeretak karena marah sambil berkata : “ Kalau bukan engkau wahai Abu Ubaid yang meminta kepadaku, maka akan aku hukum engkau agar menjadi contoh bagi umat Islam semua, Allah telah memulaikan kita dengan Islam, kalau kita minta kemuliaan dengan hal yang karenanya Allah tidak memuliakan kita, maka Allah pun akan menjatuhkan kita dalam kehinaan.”

Kota makkah yang menjadi titik tolak bagi kemenangan Islam yang memanjang sampai ke kaisaran besar babilonia, masih tetap telanjang tanpa taman dan istana yang indah.

Nabi Muhammad saw, dari syariat yang beliau bawa lahir peradaban yang menguasai seluruh dunia, masih tetap buta huruf di tengah-tengah umatnya yang mayoritas tidak memilki kemampuan baca dan tulis.

Seiring berjalannya waktu, kekayaan dunia digiring ke hadapan mereka, namun mereka menundukkannya di bawah kekuasaan hukum, ajaran dan syariat Allah swt, tanpa mereka meninggalkan jejak-jejak ketergantungan dan kelemahan pada kekayaan duniawi tersebut di hati dan sanubari mereka.

Lalu lahirlah generasi setelah mereka, generasi yang hatinya disusupi oleh penyakit cinta dunia, generasi yang berlomba-lomba dalam mendapatkannya, generasi yang menjadikan dunia sebagai panglima dalam kehidupannya. Tercerabutlah kekuatan dari hidup mereka, hilanglah kehebatan mereka di mata musuh mereka dan terpecah belah hati mereka setelah mereka bersatu dan selalu dalam kebersamaan.

Dinasti andalusia menjadi lemah dan terusir dari negeri yang mana mereka telah menjadi penguasa dan panglima yang hebat, dengan meninggalkan istana yang indah panoramanya dan megah, dengan meninggalkan harta yang melimpah ruah dan peradaban yang tinggi, yang tidak memberi manfaat kepada mereka sedikitpun.

Daulah Abbasiyyah terpecah belah, berubah menjadi daulah-daulah kecil yang saling serang dan mencaplok satu sama lain, kekuasaan mereka yang luas, harta mereka yang melimpah, pasukan mereka yang berjuta-juta dan kemajuan ilmu pengetahuan mereka sama sekali tidak bisa menolong kejatuhan mereka.

Apa arti ini semua. Artinya, Islam adalah sumber kekuatan, sumber kekayaan dan sumber ilmu pengetahuan dan peradaban.

Tidak ada artinya harta yang melimpah, kekuasaan dan peradaban ilmu pengetahuan jika tanpa panduan Islam yang lurus. Suatu saat, semuanya hancur di bawah telapak kaki kuda umat Islam, bukan karena apa-apa, tapi hanya karena kuda-kuda umat Islam.

Uraian ini sudah sangat jelas dan gamblang, tidak layak bagi kita mempertanyakan : “Mengapa orang-orang kafir saat ini bergelimang harta, bertahtakan kekuasaan yang luas, berperadaban ilmu yang tinggi, sementara orang Islam jatuh dalam kemiskinan yang mencekik, kelemahan yang sangat ironi dan kebodohan yang merajalela.”

Kami katakan, seharusnya kita tidak melontarkan pertanyaan ini, karena dua hal :

Pertama, Kelimpahan harta duniawi bukanlah ukuran dalam syariat dan hukum Allah, bukan ukuran kebahagian suatu umat apalagi ridha Allah, bukan pula ukuran kekuatan dan kekuasaannya, sekalipun umat ini ada dalam kelemahan yang paling lemah karena sebab yang lain.

Allah swt berfirman kepada Nabi Muhammad saw :

لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ

“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri.Itu hanyalah kesenangan sementara, Kemudian tempat tinggal mereka ialah jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” (QS. Ali Imran : 196-197)

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

“ Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS. Ali Imran : 178)

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? tidak, Sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mukminun : 55-56)

زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al Baqarah : 212)

Dan Allah swt berfirman tentang orang kafir :

وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ

“Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.” (QS. Al A’raf : 183)

Allah mengingatkan akan kehinaan dan kerendahan harta duniawi di sisi Allah swt :

وَلَوْلَا أَنْ يَكُونَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً لَجَعَلْنَا لِمَنْ يَكْفُرُ بِالرَّحْمَنِ لِبُيُوتِهِمْ سُقُفًا مِنْ فِضَّةٍ وَمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُونَ

“Dan sekiranya bukan Karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan yang Maha Pemurah loteng- loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya.” (QS. Az Zukhruf : 33)

Suatu saat Rasulullah saw berjalan ke pasar bersama sahabat-sahabatnya, melewati bangkai kambing, Beliau ambil telinganya sambil bertanya kepada para sahabat :

« أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ ». فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَىْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ فَقَالَ « فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ ». (رواه مسلم)

“Siapakah diantara kalian yang mau membeli ini dengan satu dirham ? sahabat menjawab : Kami tidak akan mau ya Rasul, buat apa bangkai itu ? Rasul saw bersabda : “Sungguh, di sisi Allah swt, dunia lebih rendah nilainya dibanding dengan bangkai ini.” (HR. Muslim)

Kalau memang kenikmatan dunia adalah sarana bagi kekuatan negara, kesatuan umat dan terpelihara dari kerakusan musuh, pasti umat Islam dahulu pada masa kepemimpinan Rasulullah saw telah menggenggam bagian terbesar nikmat tersebut, pasti mereka hidup dalam kemakmuran dan keluasan rizki.

Namun kondisi mereka bertolak belakang seratus persen. Saat itu kerajaan romawi dan kekaisarn persia hidup dalam gelimang nikmat dan kemakmuran, sementara Rasulullah saw pernah melewati masa tiga bulan tanpa ada api yang menyala di rumahnya. sementra Beliau wafat dalam kondisi tidak makan kecuali dari sedikit roti dan minyak zaitun dua kali dalam sehari.” (HR. Bukhari Muslim)

Betapa banyak benteng musuh yang berjatuhan di tangan umat Islam dahulu, sementara mereka hidup dalam kesederhanaan dan kemiskinan, sedangkan musuh bergelimang dalam aneka kenikmatan dan kemakmuran.

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan hadits Saad bin Abi Waqqash ra. Ia berkata : “Demi Allah, aku adalah orang arab pertama yang menjadi pemanah di medan jihad fi sabilillah. Kami berjihad bersama Rasulullah saw tanpa makanan, kecuali dedaunan hublah dan pohon samr ini, sehingga kami buang air besar seperti kambing.” (HR. Muslim)

Dari Imam Muslim rahimahullah pula, bahwasanya Utbah bin Ghazwan berkata dalam khutbahnya : “Aku bertuju bersama Rasulullah saw dalam suatu kesempatan, tanpa makanan kecuali daun-daun pepohonan, sehingga membuat mulut depan kami terluka, aku menemukan kain lalu aku sobek menjadi dua bagian, satu bagian untukku dan satu bagian yang lain untuk sa’ad bin Malik, lalu kami jadikan pakaian kami. Namun hari ini sebagian dari kami telah menjadi gubernur di beberapa daerah. Aku sungguh berlindung kepada Allah dari menjadi besar dalam pandanganku, namun kecil dalam pandangan Allah, Tidaklah setiap berita itu kecuali saling menghapus satu sama lain, sehingga yang terakhir menjadi rajanya, kemudian kalian pun mendengarmenguji dan menjadi amir setelah kami.”

Rasulullah saw bersabda : “Bergembiralah dan optimislah selalu dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah atas kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku takutkan dari kalian, namun yang aku takutkan adalah apabila dunia dihamparkan dihadapan kalian sebagaimana telah dihamparkann kepada umat yang sebelumm kalian, lalu kalian berlomba-lomba untuk mendapatkannya sebagai mana umat terdahulu berlomba memeperebutkannya, sehingga kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Muttafaqun alaih)

Kesimpulannya, bukanlah kemiskinan, keterbelakangan, buruknya kondisi materi duniawi yang menjadi penghalang bagi kekuatan dan kemenangan umat Islam, begitu pula sebaliknya, bukanlah kekayaan yang melimpah di tangan dan bukan pula hilangnya kenikmatan, kemakmuran dan kemajuan sebab utama bagi pertolongan Allah, justru harta dan kenikmatannya seringkali menjadi sumber malapetaka dan fitnah, sumber ketergantungan umat yang suatu saat menjerembabkannya dalam kehancuran dan nyatalah apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw.

Kenikmatan dengan berbagai macam bentuknya tidak bisa menjadi benteng kuat bagi romawi dan persia dari gempuran dan kekuatan umat Islam saat itu, bahkan kenikmatan itu terhampar di bawah kaki umat Islam, tercapailah mukjizat kemenangan-kemenangan umat Islam dengan gemilang, dalam bahasa ahli sejarah barat.

Jelaslah bagi kita semua, fenomena kemakmuran duniawi dengan aneka bentuknya, baik itu kemajuan, kekayaan materi, seni dan ilmu pengetahuan dunia, tak ada artinya bagi kemenangan, kemulian dan pertolongan Allah yang telah dijanjikan untuk umat Islam, dan tidak ada kaitannya bagi kedudukan mereka di sisi Allah dan cinta mereka kepada-Nya.

Sebab kedua, Umat Islam sekarang bukanlah umat Islam dahulu, yang diberi mujizat kemenangan oleh Allah, bukan pula umat yang dijanjikan mendapat dukungan dan kemenangan dari Allah, sebagaimana Allah swt nyatakan dalam firmannya :

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ

“Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.” (QS. An Nur : 55)

Mereka adalah replika umat yang aneh. Mereka balut keIslaman mereka dengan label, simbol dan janji-janji tertentu, namun dalam tataran pelaksanaan aturan, syariat dan hukum agama mereka sendiri mereka tidak rela. Mereka menolak berpegang teguh dengan nilai, aturan perundangan dan batasan-batasannya, hanya karena alasan agamanya kolot dan traadisional, tidak seperti peradaban barat yang mampu membawa kemajuan. Mereka lebih nyaman dengan modernitas dunia barat yang memusuhinya, yang sering dipertanyakan tentang sebab kemajuan mereka, hanya karena peradaban barat adalah sesuatu yang baru dan buah karya mereka yang spektakuler. Mereka lebih akrab dengan kemunkaran yang telah menjadi sesuatu yang ma’ruf di tangan mereka, dan yang makruf menjadi bias dalam pandangan mereka, menjadi kemunkaran yang menjijikkan di mata mereka.

Lalu apa hak mereka menuntut janji kemenangan dari Allah, dengan mengandalkan keIslaman mereka yang hanya sebatas kulit dan pernyataan dusta belaka, ditambah lagi upaya mereka untuk meruntuhkan prinsip-prinsip agama dan ajarannya yang sakral.

Mungkin anda bertanya kepada kami, ini sebab ditahannya kemenangan dari umat Islam, lalu apa sebabnya Allah justru membukakan pintu kemenangan kepada musuh mereka dalam segala hal, padahal mereka lebih buruk dan jahat dari umat Islam ?

Jawaban kami, Sunnah Allah menetapkan siapa yang akan mengelola dan meramaikan bumi ini, sehingga datang janji Allah dan hari penentuan bagi masa akhir dan kehancuran dunia.

Kondisi umat Islam yang teguh dengan ajaran dan nilai agung agama mereka di samping umat yang meningkari keberadaan Allah dan menerjang batasan dan hukum Allah adalah sama seperti dua bandul timbangan, apabila satu bandul turun maka naiklah bandul keduanya.

Apabila orang beriman jujur dalam keimanan mereka, yakin dengan ajaran dan syariat yang mengatur hidup mereka, maka Allah akan berikan kepemimpinan dan pengelolaan dunia, Allah akan tunjukkan jalan kemulian dan kemenangan dari arah yang tidak mereka duga. Dan umat yang lain berjalan di belakang mereka dengan tunduk di bawah kekuasaan mereka.

Apabila yang mereka lakukan adalah sebaliknya, mereka sia-siakan aturan dan syariat Allah, hati mereka tidak setulus lidah mereka, kemunkaran merajalela tanpa ada yang berani menentangnya, yang ma’ruf menjadi seuatu yang asing dan menjijikkan, maka Allah akan jadikan umat yang lain sebagai pemimpin dan penguasa mereka, yang menindas,merendahkan dan menghinakan mereka.

Begitulah dunia, dia tidak akan berhenti berputar dan berkembang hanya karena orang-orang yang menginginkan kembali kepada kemunduran dan berlepas dari tanggung jawab untuk memimpin. Dia akan terus berjalan dan bergerak sesuai dengan sunnah Allah yang berlaku. Namun kekuasaan dan kepemimpinannya beralih dari tangan mereka ke tangan yang lain.

Renungkanlah sunnatullah yang terekam nyata dalam firman Allah swt :

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Dan Demikianlah kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS. Al An’am : 129)

Dan dalam firman yang lain, Allah swt jelaskan sunnatullah yang berlaku atas bani israil dan mewanti umat Islam agar jangan jatuh seperti kejatuhan mereka,

وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا

“Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar". Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana.” (QS. Al Isra : 4-5)

عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا

“Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al Isra : 8)

Renungkan pula sunntullah yang dinyatakan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya : “Apabila kalian bertransaksi jual beli salaf (Jual beli dengan harga murah jika dibayar tunai, dan dibayar dengan harga mahal jika dibayar kredit) kalian pegang ekor sapi, rela dengan perkebunan kalian dan kalian tinggalkan jihad fi sabilillah, maka Allah akan timpakan kehinaan yang tidak akan tercerabut dari diri kalian hingga kalian kembali kepada agama Allah.” Dan kehinaan tidak akan terjadi kecuali dengan adanya tangan besi yang menguasai dan menindas mereka.

Marilah kita renungkan kembali pesan peringatan yang disampaikan oleh khalifah Umar bin Khaththab ra kepada panglima perang Sa’d bin Abi Waqqash ra. dalam perang Qadisiyyah, beliau jelaskan masalah penting ini, mewanti-wantinya agar pasukan sa’d jangan sampai jatuh dalam penyimpangan dan kemaksiyatan yang menjadi sebab mereka dekat kepada kekalahan dari musuh-musuhnya yang dhalim. Inilah pesan perang Umar bin khaththab ra :

“Wahai Sa’d anak dari Ummi Sa’d, janganlah engkau bangga dengan nasabmu sebagi paman Rasulullah saw dari pihak ibumu, Sungguh Allah swt tidak akan menghapus keburukan dengan keburukan, tapi Allah akan menutup keburukan dengan kebaikan. Tidak ada kaitan antara kita dengan Allah kecuali dengan ketaatan kita pada-Nya. Aku perintahkan kalian menjadi penjaga terbaik diri kalian sendiri dari musuh-musuh kalian, dosa prajuritmu lebih kita khawatirkan dari pada musuh kalian, umat ini selalu dimenangkan karena kemakshiyatan musuh mereka, kalau bukan karena itu kalian tidak akan punya kekuatan apapun, karena jumlah mereka lebih sedikit dari jumlah musuh mereka, perlengkapan mereka lebih sederhana dari pada perlengkapan senjata musuh. Kalau kalian sama dalam kemakshiyatan dengan musuh maka kekuatan mereka lebih unggul dari pada kekuatan kalian, janganlah kalian katakan bahwa musuh kalian lebih buruk dari kalian dan tidak akan mengalahkan kalian, betapa banyak umat yang kalah oleh musuh mereka yang lebih buruk sebagaimana yang telah terjadi pada Bani Israil yang banyak melakukan maskshiyat oleh kaum majusi yang kafir, akhirnya mereka mati berkalang di tanah mereka, sungguh janji Allah pasti akan terjadi.”

Seorang panglima terkenal, pendiri daulah utsmaniyah, Utsman bin Artaghal, telah membuktikan kebenaran hakikat ini. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, kebenaran hakikat sunnatullah ini dalam perjalanan sejarah dan pertentangan para pelaku sejarah. Sehingga ketika ia mendekati ajalnya, ia panggil anaknya, ia berikan pengalaman hidupnya berpegang kepada sunnatullah ini dalam pesan terakhirnya : “Wahai anakku, camkan dengan baik pelajaran berharga ini, aku hadir pertama kali di tanah ini dalam kondisi lemah seperti semut, lalu Allah swt berikan nikmat kekuatan kepadaku, ikutilah jalanku, dan ikutilah dengan teguh, kuatkanlah agama yang dibawa Nabi Muhammad saw yang mulia, muliakan para ahli agama ini, inilah kewajiban utama para penguasa di muka bumi ini.”

Di samping itu perlu anda ketahui, bahwa realitas yang dialami umat Islam saat ini bukanlah realitas kemenangan dan keunggulan orang kafir atas umat Islam, tapi dalam bahasa sunnatullah, pada hakikatnya adalah hanya sebuah peralihan kekuasaan dan kepemimpinan di dunia, berbeda sekali antara kemenangan dan penguasaan.

Umat yang mendudukkan dirinya sebagai oposan terhadap aturan dan syariat Allah tidak layak untuk mendapatkan kemuliaan yang berupa kemenangan dan kesuksesan yang hakiki dari Allah, di masa tertentu dalam sejarah atau di belahan dunia manapun.

Bisa jadi Allah sedikit singkap rahasia alam semesta dan ilmunya kepada satu umat, namun di samping terbukanya rahasia dan ilmu tersebut ada ruang ketidaktahuan yang lebih luas tentang hakikat akhir kehidupan. Benarlah pernyataan Allah tentang hakikat ini dalam firman-Nya :

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka Hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar Rum : 7)

Bisa jadi dalam satu era tertentu Allah berikan kepada satu umat manusia untuk menguasai hukum dan aturan yang mengikat semua hal yang ada di alam ini, namun tidak berlangsung lama, tiba-tiba mereka justru bingung dengan hakikat dirinya dan lalai dari neraka yang mereka telah susuri tepi jurangnya. betapa apiknya penjelasan Allah swt tentang masalah ini dalam firman-Nya :

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ (42) فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (43) فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ (44)

“Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, Kemudian kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka Mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan kami kepada mereka, bahkan hati mereka Telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang Telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang Telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am : 42-44)

Adalah merupakan puncak kebodohan jika kita mengatakan fenomena yang telah kami paparkan di atas sebagai sebuah kemenangan, kesuksesan dan keunggulan hakiki. Sekalipun pandangan sekilas menunjukkan hal tersebut, tapi sekali lagi kebodohan akan hakikat sesuatu tidak akan mengubah hakikat itu sendiri. Orang yang sengaja meretas jalannya menuju kematian di taman yang indah dan mewangi, pasti akan mati, sama saja apakah orang tersebut bertolak dengan sepenuh perasaannya kepada wanginya bunga dan udaranya, atau berhati-hati dalam meretas jalannya dan keburukan yang akan menimpanya.

Namun pernyataan kami ini bukanlah intermeso dan nyanyian ninabobok yang mencerminkan kerelaan kami akan kondisi umat Islam saat ini, dengan jalan menjelaskan keburukan posisi musuh, justru yang kami lakukan adalah sebaliknya, sebuah analisa yang mengungkapkan realitas sebenarnya umat ini, sekaligus paparan akan masalah dan solusinya. Sama saja apakah kita mengatakan hegemoni dunia barat sebagai sebuah keunggulan atau kemenangan mereka atau kita katakan sebagai kesempatan yang diberikan Allah kepada mereka, namun yang pasti kondisi real menyatakan kita sekarang berada dalam kekuasaan dan penindasan barat.

Umat Islam saat ini hidup dalam kehinaan, dalam genggaman barat, atau kawasan kekuasaan mereka, atau di bawah superioritas mutlak yang membuat kita mengikuti seluruh konsep dan gaya hidup mereka. Kondisi ini bukanlah semata-mata qadha yang turun begitu saja atas umat ini tanpa sebab ataupun pilihan, namun karena buah pahit ulah perbuatan dan tangan mereka sendiri. Ingatlah, Allah swt tidak pernah dan tidak akan pernah mendhalimi manusia walau seorang, justru mereka sendirilah yang mendhalimi diri mereka sendiri.

Tidak ada jalan keluar dari kondisi hina dina ini kecuali dengan berlepas dari jalan kehinaan yang telah kita lalui dan kembali menapaki jalan kemenangan dan kemuliaan yang sebenarnya. Upaya mencari jalan lain yang kita ada-adakan sendiri untuk bebas dari kehinaan ini hanyalah sebuah hayalan kosong yang tidak bisa menyampain impian anak-anak.