Salah Paham tentang Mihnah (9)

KRISIS AKHLAQ GERAKAN ISLAM
Sebuah Upaya Rekonstruksi Gerakan Islam Masa Depan

Oleh: DR. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy*

B.11. Kesimpulan

Kesimpulan penjelasan kami pada bab-bab yang lalu tertera dalam dua hal berikut ini :

Pertama : Kenalilah diri kita dan hakikatnya sebelum yang lain, sehingga kita menyadari kehambaan kita di sisi Allah swt. Pengenalan diri adalah kaca mata yang kita pakai untuk memahami segala hal yang ada di skitar kita, tanpa kaca mata yang jelas ini maka segala yang ada di sekitar kita menjadi kabur dan rancu, penuh dengan ketidak pastian dan dugaan-dugaan yang menyesatkan.

Hanya dengan pengenalan jati diri kita ini, maka seluruh permasalahan pemikiran yang menghantui kita, tentang alam semesta, manusia dan kehidupan menjadi sirna seketika. Semakin nyata kebenaran hakikat yang kami sampaikan panjang lebar pada bab-bab yang terdahulu, dan kehidupan yang tenang dan damai menghiasi hari-hari kita. Kondisi inilah yang digambarkan oleh Allah swt dalam firman-Nya;

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl : 97)

Lihatlah ungkapan firman Allah حَيَاةً طَيِّبَةً “Hayatan Thayyibah” yang menyeluruh dan detail. Bisa jadi ia menjelma dalam kemiskinan dan kekayaan kita, dalam derita dan musibah begitu juga dalam kesehatan dan kenyamanan. Yang pasti kebaikan hidup ini melebur dalam setiap jejak ujian dan derita yang setia menemani kita sepanjang usia. Inilah puncak kehidupan kita sekaligus juga rahasia bahagia hidup kita.

Kedua, Kita tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah penggalan kecil dari episode kehidupan kita yang panjang, yang mana Allah daulat kita sebagai aktor utamanya. Setiap satu episode kejadian yang kita lihat dalam hidup ini pasti memiliki akhir dan ujung untuk episode berikutnya.

Karena itulah semua kejadian dan peristiwa yang terjadi di alam ini tidak akan terlihat benar kecuali dengan menyaksikan seluruh episode ceritanya, setiap claim akan satu episode yang hanya menjadi mata rantai kecil cerita akan menyebabkan kita jatuh dalam dugaan dan tertipu.

Katakanlah hidup di dunia ini hanyalah satu sobekan kertas kecil dari papan pengumuman yang besar dan lengkap, betapa jauh kita dari pemahaman yang sempurna dengan mencukupkan sobekan kertas kecil ini, tanpa melihat secara seksama keseluruhan papan yang lengkap tersebut.

Orang-orang yang banyak mengkritik dan menggugat kebijaksanaan Allah ketika melihat fenomena derita dan musibah yang ada di sekitarnya, maka kondisinya seperti orang yang baru melihat satu adegan kecil dari drama yang ditontonnya, lalu cepat-cepat mengambil kesimpulan tentang ketidakadilan Allah dengan berdasar satu adegan kecil tersebut.

Atau seperti orang yang melihat sekilas pada satu potongan kecil karya seni seorang seniman hebat, lalu buru-buru memberikan pandangannya dengan hanya melihat garis-garis yang bergelombang dan warna-warna yang saling tindih dan semrawut tak beraturan.

Dan yang lebih ironi lagi, ketika ada orang yang meyakini keberadaan Allah, kebijaksanaan dan kearifan-Nya, sifat sempurna-Nya dan bersih dari kekurangan dan cela, lalu mereka tidak membenarkan hakikat ini, bahkan mereka masih kekeuh dengan pendapat bahwa dunia adalah awal dan akhir, dunia akan segera berakhir dengan peristiwa-peristiwa besar yang melingkupinya, orang yang berlaku dhalim akan tetap tercatat sebagai pelaku kedhaliman tanpa ada sanksi akan kedhalimannya, dan yang didhalimi akan terus didhalilmi tanpa ada pengakuan akan hak mereka, keadilan Allah dalam hidup ini akan tersapu hilang oleh angin ketidakjelasan dan ketidakteraturan.

Sungguh ironi, ada orang yang yakin akan keberadaan Allah namun mereka masih memiliki pikiran-pikiran seperti itu.

Orang awam saja tahu bahwa tidak mungkin membuat cerita drama yang menggelikan ini. Bagaimana mungkin Allah membuat sebuah cerita yang penuh dengan kesia-siaan dan ketidak jelasan arah yang tidak dipahami oleh anak kecil sekalipun.

Sungguh aneh ada orang yang tetap teguh dengan ideologi hidupnya yang rancu ini, sementara Allah telah berkali mengingatkan bahaya ideologi sesat ini dalam firman-Nya :

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mukminun : 115-116)

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ (16) لَوْ أَرَدْنَا أَنْ نَتَّخِذَ لَهْوًا لَاتَّخَذْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا إِنْ كُنَّا فَاعِلِينَ (17)

Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya kami hendak membuat sesuatu permainan, (istri dan anak), tentulah kami membuatnya dari sisi Kami. jika kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah kami Telah melakukannya).” (QS. Al Anbiya : 16-17)

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ (27) أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ (28)

Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu Karena mereka akan masuk neraka. Patutkah kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? patutkah (pula) kami menganggap orang- orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma’siat?” (QS. Shad : 27-28)

Sidang pembaca……

Yakinlah bahwa setiap kita akan mengakhiri kehidupan dunia ini, lalu berdiri menghadap Penguasa alam semesta, lalu sempurnalah cerita hidup kita. Orang-orang sabar dan berserah diri kepada Allah, yang kita merasa sedih dengan kehidupan mereka di dunia yang penuh derita berharap kita menempati kedudukan mereka di akhirat. Betapa banyak orang yang bahagia dengan dunianya dan tenggelam dalam gelimangan harta duniawi, nantinya akan merasa sedih tak berkeputusan dalam derita dan siksaan di akhirat.

Peristiwa-peristiwa gelap yang telah memenuhi hari-hari kita akan menjadi nyata dan jelas.

Kita pasti akan mendengar suara hakikat kebenaran yang dibawa oleh masa dan kondisi yang kita lewati, sebagaimana firman Allah :

الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Pada hari Ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.” (QS. Ghafir : 17)

Akan lebih baik dari apa yang kami jelaskan dalam pengembaraan kita ini, kami akan sampaikan satu kalimat indah dari sabda Rasulullah saw yang memberikan gambaran ringkas tentang cerita kehidupan secara utuh, dan memberikan sampel kecil bagi garis perjalanan hidup manusia dari awal sampai akhir. Silahkan anda baca dengan seksama :

“Wahai pemilik jiwa yang tamak dan rakus dunia, yang lapar dan telanjang di hari kiamat, Wahai pemilik jiwa yang telanjang dan lapar di dunia, yang tamak dan rakus di hari kiamat, wahai pemuja nafsu yang menjadi hina dan tertawan, wahai penguasa nafsu yang menjadi tinggi dan mulia, wahai jiwa yang tenggelam dalam kenikmatan tidak ada bagian bagimu di sisi Allah, Sungguh amalan surga adalah jalan berat menuju puncak, dan amalan neraka adalah dataran yang lunak mudah dan menyenangkan, wahai hamba syahwat yang hanya sebantar yang menjadikannya bersedih berkepanjangan.”

Akhirnya, jika kita masih belum puas dan terima dengan panjangnya penjelasan ini, berarti kita telah jatuh dalam keraguan akan keberadaan Allah, yang paling baik bagi kita adalah menajamkan pandangan kita kembali tentang Allah, dibanding kita menyia-nyiakan waktu dan memayahkan diri kita dalam hal yang tidak membuahkan apapun bagi kita.