Ketika Merasa Sendiri

Assalamualaikum wr. Wb

Mungkin ini berlebihan jika saya bertanya seperti ini, tapi terkadang saya merasa "sendiri" dengan tidak menapikkan adanya Allah yang senantiasa ada dan mengawasi. Tapi, berjuang di tengah dunia yang begitu syarat dengan fitnah dirasakan begitu berat apalgi ketika harus berjuang sendiri. Dengan perlahan teman-teman seperjuangan berguguran. Ustadz, bagaimana caranya agar kita tetap istiqomah dijlan dakwah, sendiri maupun banyak?

Bagaimana pula caranya, ditengan kesendirian kita masih mampu mewarnai orang lain bukan malah melebur bersama dinamika warna mereka?

Saudaraku  yang dicintai Allah SWT, saya merasakan apa yang Anda rasakan. Terkadang saya juga merasa asing di tengah masyarakat yang sebagian besar sekuler dan sibuk dengan urusan duniawi. Menurut saya, perasaan ini adalah wajar, bahkan berkah dari Allah SWT agar kita selalu istiqomah dengan tujuan hidup ini dan nilai-nilai yang kita perjuangkan.

Untuk pertanyaan pertama yang harus dilakukan adalah merenungkan kembali surat At Taubah ayat 24 yaitu: “Katakanlah, "jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Alloh dan rasul-Nya serta berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Alloh memberikan keputusannya. dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”. Yang harus diingat adalah apakah kita terjun dalam dakwah karena orang-orang yang sudah futur tadi atau karena Alloh? jika karena orang-orang tadi maka cepat atau lambat kita akan mengikuti jejak mereka. Namun jika karena Alloh maka seberat apapun beban dakwah yang didapat maka akan selalu teringat tujuan awal kita

Ada satu hadits yang patut direnungkan : "Barang siapa hijrahnya hanya karena Alloh dan rasul-Nya maka ia akan bersama Alloh dan Rasul-Nya dan barang siapa hijrahnya karena harta atau karena perempuan yang disukainya maka ia akan mendapat apa yang ia inginkan". Ada bermacam-macam alasan mengapa seseorang terjun dalam barisan dakwah ini. Apa yang menjadi tujuan awalnya hanya sampai disitulah letak keinginannya terhadap dakwah. Ada yang ingin memperistri akhwat tarbiyah atau menjadi wakil rakyat di legislatif, maka setelah ia mendapatkan apa yang ia inginkan maka tuntaslah sudah keperluannya. ini. Yang perlu dilakukan adalah meluruskan niat jika niat kita selama ini salah dan memperbarui niat jika niat kita selama ini kendur. Rasulullah saw bersabda "iman manusia itu kadang bertambah dan kadang berkurang". Nah, sekarang tergantung dari pribadi masing-masing bagaimana mengelola iman agar tetap dalam keadaan terjaga walaupun dalam kondisi menurun.

Saran saya berikutnya adalah disiplin dalam mengikuti halaqah (tarbiyah). Jika kita kurang semangat tarbiyah, cari tahu penyebabnya. Salah satu sebab orang bosan dengan tarbiyah adalah ketertutupannya sendiri. Setiap uneg-uneg yang timbul dalam benak kita sebaiknya disampiakn agar kita mendapat jalan keluar dari masalah yang menimpa kita. Konsultasikanlah dengan ikhwah-ikhwah yang kita anggap mengerti tentang kita. Karena halaqoh bukan hanya tempat pertemuan pekanan saja tetapi juga sarana agar kita saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.

Untuk pertanyaan kedua, saran saya sebaiknya kita mengambil sikap lebih dahulu untuk mewarnai orang lain. Kita tunjukkan warna kita sebelum orang lain menunjukkan warnya. Salah satu contohnya adalah memperlihatkan hasil dari tarbiyah kita selama ini kepada lingkungan, bisa dengan aktif di mesjid atau minimal sering jamaah di mesjid, maka orang akan mulai tertarik dengan kebiasaan kita. Tunjukkan nilai lebih dari orang yang tertabiyah, sehingga mereka akan tertarik untuk mengetahuinya. Bukan dengan tujuan riya’ atau sum’ah tapi lebih kepada mengajak orang lain dengan melakukan perbuatan baik itu terlebih dahulu.

Kemudian cara berikutnya adalah menunjukkan ilmu keagamaan kita. Dr Ali Abdul Halim Mahmud mengatakan,,"seorang dai harus menampilkan dalil naqli dan aqli yang mewajibkan sosialisasi ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan dan perlunya melakukan amal jamai dan kerja sama antar anggota masyarakat. Ada bermacam-macam tipe manusia. Ada yang dapat diwarnai dengan perbuatan kita, ada yang harus diajak berdiskusi dahulu baru mengerti. Nah, dalam berdiskusi ada lagi tipe-tipe yang harus dipahami lagi. Ada orang yang hanya menggunakan akal atau logikanya saja dalam memahami sesuatu, sehingga kita harus memahami juga logika berpikirnya dan ada juga yang dapat dipengaruhi dengan dalil naqli. Maka tugas seorang dailah untuk menguasai kedua dalil tersebut agar proses mewarnai dapat berjalan dengan maksimal dan mudah-mudahan dirahmati Alloh. Sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nahl ayat 125 yaitu: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk". Wallahu’alam.

Salam Berkah!,

(Satria Hadi Lubis)