Bila Pejabat Menjadi Pencuri dan Perampok

eramuslim.com – Seorang pria memangku jabatan tinggi di beberapa instansi penting, karena ada kepentingan pribadi maka dia tidak melakukan kebaikan maupun mencegah kejahatan. Dia juga tidak mengetahui tugas dan fungsinya kecuali hanya sebagai “mandor”. Saya memprotes dengan kritikan pedas dan menghukuminya dengan keras.

Tetapi seseorang berkata kepada saya,” Kadang kadang saya melihat dia keluar masuk masjid.” Lalu saya langsung mengemukakan sebuah hadis yang masyur,”Tidak dikatakan beragama bagi orang yang tidak amanah dan tidak dikatakan beragama bagi orang yang tidak memenuhinya.” Kemudian orang itu bertanya lagi,” Apa hubungan hadis tersebut dengan kelalaian orang itu dalam jabatannya?” Lalu saya menjawab,” Masa kita orang muslim tidak tahu apa itu pemenuhan janji dan apa itu amanah. Itulah akibat kita tidak mau memperhatikan apa yang telah ditetapkan oleh Allah tentang hakikat iman dan akibat kita tidak pernah memperdulikan firman Allah :

Dan orang orang yang memelihara amanat amanat yang dipikulnya dan janjinya (QS Al Mukminun :8)

Tugas jabatan, di lembaga manapun. Harus dipenuhi baik terhadap Negara maupun masyarakat, dengan cara melaksanakan pekerjaan sesuai dengan batas batasnya serta mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.

Seseorang tidak berhak mendapatkan gaji kecuali jika telah menunaikan pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawabnya. Maka apa alasan dia menghalalkan pengambilan gaji jika tidak memenuhi kewajibannya? Jika orang itu malas, menyulitkan orang lain dan perusahaan, benci terhadap pekerjaannya, melampaui batas hak haknya serta memperlambat tugasnya dalam mengatur urusan dengan menampakkan wajah muram, maka dialah orang yang berkhianat dan melanggar janji serta memakan barang barang yang  haram. Ketahuilah setiap daging yang tumbuh dari barang barang yang haram adalah paling berhak untuk hidup di neraka.

Tidak ada yang namanya birokrasi memandulkan rencana rencana besar dan merusak instansi instansi penting, kecuali jika moral penghianat pegawainya tersebar sampai ke sudut sudut negeri.

Muhammad Rasulullah SAW mengangkat para pegawai yang amanah dan mengharapkan dari mereka yang mampu dan sadar untuk mengawasinya. Serta meminta kepada orang orang lemah untuk tidak menuntut dan menghalanginya. Selain itu beliau juga memperhatikan pertanggungjawaban yang besar, yang ada konsekwensi dunia dan akhiratnya. Bahkan lebih dari itu, paman beliau Hamzah Ra dan juga sahabatnya Abu Dzar Ra pernah mengatakan, “Sungguh seorang laki laki telah mendekat untuk mengharapkan kejatuhan harta, padahal dia tidak menolong manusia sedikitpun.”

Jabatan yang tinggi atau yang rendah jangan menjadi alat untuk mengangkat dan menyenangkan sebagian orang. Jabatan merupakan sarana untuk kelangsungan sebuah Negara, baik sekarang atau pun masa akan datang. Orang yang mankir dari sebuah pekerjaan dan tidak memenuhinya tergolong pencuri dan perampok. Mereka adalah bencana bagi dunia dan akhirat. – Syeikh Muhammad Al Ghazali-