Korban Bencana Menunggu Ruqyah

Saiful Islam Mubarak

Masalah:

Kemana para ahli ruqyah pada saat korban bencana sangat memerlukan mereka? Mengapa para peruqyah tidak kunjung datang, bukankah doa mereka pada saat mengobati orang kesurupan selalu dikabulkan?

Pembahasan:

Jika para ruqyah selalu dapat digunakan untuk mengobati pasien atas dasar ketakwaan para ahli ruqyah, maka korban bencana gempa dan tsunami sangat memerlukan bantuan doa para ahli ruqyah.

Namun, sekiranya praktik para peruqyah yang sering menangani kesurupan dan sembuh dengan bantuan makhluk gaib maka para korban bencana akan menghindar dari para peruqyah, karena peraktik ruqyah tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam melainkan termasuk ruqyah jahiliyah yang telah digunakan oleh masyarat jahiliyah.

Para korban bencana telah berjuang menyelamatkan aqidah mereka dengan berserah diri kepada Allah dan rela menerima musibah yang telah ditetapkan-Nya, maka mereka tidak akan rela tertimpa musibah dalam keimanan atau mengorbankan aqidah. Sungguh sangat rugi jika mereka di dunia mengalami penderitaan dan di akhirat pun jauh dari rahmat Allah karena salah jalan.

Karena itu mereka hanya mengharap pertolongan Allah dan ingin berobat dengan cara yang tidak menyimpang dari ajaran-Nya. Jogja adalah kota yang kaya dengan ulama ruqyah. Tanggal 27 Mei 2006 Jogja mengisi lembaran sejarah yang sangat penting untuk selalu diingat, yaitu peristiwa yang dahsyat dan sangat memilukan bangsa Indonesia terutama masyarakat setempat.

Sungguh sangat diharapkan adanya posko atau klinik ruqyah yang bersedia menangani korban gempa yang cedera akibat tertimpa reruntuhan dan potongan-potongan beton pada saat gempa mengguncang kota Jogja. Namun mengapa tidak terdengar di mana ada klinik atau posko ruqyah?. Apakah media yang tidak mau meliput dan mempublikasikannya atau memang tidak satu pun dari wartawan yang menemukan adanya posko atau klinik ruqyah?

Demikian pula halnya dengan korban tsunami di pantai laut selatan Jawa, kendatipun posko atas nama partai ditemukan di setiap sudut dan titik tapi mangapa klinik ruqyah tidak ditemukan? Kemana para ahli ruqyah yang sangat diperlukan itu? Mengapa tidak satu pun ada klinik ruqyah?

Apakah mereka tidak peduli dengan pendieritaan saudaranya yang hingga saat ini masih banyak dari korban yang berbaring tak berdaya selain hanya menunggu santunan kemanusiaan dari saudarnya seiman sambil berdzikir mengharap ridho dan rahmat Arrahman?

Di antara korban ada yang patah kakinya ada yang memar kepalanya dan ada pula yang lebih berat lagi penderitaannya. Hal itu terjadi akibat mereka tergulung ombak besar hingga mereka terlempar dan berbenturan dengan pohon, bangunan dan benda-benda keras lainnya. Bukankah ruqyah pada zaman Rasulullah sering digunakan untuk menangani penyakit fisik?

Pertanyaan-pertanyaan di atas muncul pada benak seseorang yang sempat mengunjungi para pengungsi akibat gempa dan tsunami. Tentu pertanyaan-pertanyaan itu tidak dapat dijawab kecuali oleh para teknisi ruqyah yang hingga saat ini masih sibuk melayani pasien di klinik masing-masing. Mengapa pertanyaan tersebut muncul? Jika tidak mengkaji ruqyah dalam sejarah para sahabat maka pertanyaan itu tidak akan muncul.

Karena banyak sekali anggapan masyarakat yang menyatakan bahwa ruqyah itu adalah proses pengobatan akibat kemasukan jin maka anggapan ini perlu diluruskan sebab membuat syariat ruqyah menjadi sempit dan membawa kepada pergeseran makna. Telah dibahas pada buku pertama beberapa hadis yang dijadikan rujukan oleh beberapa klinik ruqyah dalam hukum menerima atau menetapkan upah dalam praktik ruqyah.

Dalam buku kedua ini juga dapat dibaca bila perlu pada bab BAYAR DOKTER ATAU AHLI RUQYAH?. Jika kita kaji kembali dengan teliti maka akan ditemukan bahwa hadis-hadis tersebut menerangkan ruqyah terhadap penyakit fisik yaitu ruqyah terhadap luka akibat terkena gigitan binatang. Karena itu sangat diharap para aktifis ruqyah bersedia menjadi relawan sebagaimana para aktifis lainnya untuk melayani para pasen akibat bencana yang terus bertubi-tubi menimpa bangsa ini. Semoga hal ini menjadi perhatian para ulama ruqyah dan hanya kepada Allah kita berharap agar ilmunya para ulama bermanfaat bagi semua lapisan umat.

Perlu diketahui bahwa kelompok orang yang membenci Islam senantiasa menunggu lelahnya para relawan muslim yang dengan ikhlas tanpa mengenal lelah mereka terus melayani korban. Kelompok tersebut juga mencari kelengahan para relawan untuk menggannggu aqidah korban. Sungguh saat-saat yang mencekam ini sangat memerlukan doa kaum muslimin agar para korban yang telah menderita akibat bencana ini jangan sampai mereka tertimpa bencana yang sangat berbahaya yaitu bencana kehilangan iman.

Mereka sangat memerlukan pemeliharaan aqidah. Mereka sangat memerlukan anti penyakit batin dan praktik ruqyah sejak zaman Rasul hingga sekarang sering menggunakan Al Quran karena Al Quran adalah syifa (penyembuh).

يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ
وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ(
يونس (7

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ
لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا(82)

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. Kedua ayat di atas dengan jelas menerangkan bahwa Al Quran sangat berguna bagi penyembuhan penyakit yang diderita oleh manusia terutama penyakit dalam dada. Artinya, dengan Al Quran, penyakit yang menimpa aqidah dan keyakinan akan dapat disembuhkan.

Caranya, yaitu dengan membaca, menghayati dan mengkaji isinya maka keyakinan yang menyimpang akan dapat diluruskan. Jika penyakit dalam dada manusia telah sembuh maka mereka akan masuk dalam golongan mukminin yang selalu menjadikan Al Quran sebagai sahabat setia dan abadi. Ke mana pun mereka pergi maka Al Quran beserta mereka.

Pada saat mereka menyambut penggilan Ilahi ketika ajal tiba maka Al Quran pun ikut serta bersama mereka karena dia menolong mereka pada saat mereka memerlukannya. Rasulullah saw. Bersabda,

يَقُولُ أَبُو أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اقْرَءُوا الْقُرْآنَ
فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
(الحديث) رواه مسلم

Abu Umamah Al Bahili berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi sahabat-sahabatnya”. (HR. Muslim).

Kesimpulan:

  • Ruqyah yang Islami banyak menggunakan Al Quran.
  • Al Quran adalah syifa bagi semua penyakit yang diderita manusia dan rahmat bagi setiap mukminin.
  • Ruqyah dengan menggunakan Al Quran sangat berguna bagi kesembuhan penyakit fisik jika menggunakan AlQuran dengan benar.
  • Pengkhususan ruqyah hanya untuk menangani penyakit non medis merupakan langkah pembatasan makna Al Quran yang perlu segera diluruskan.
  • Jika ruqyah dilaksanakan sesuai petunjuk sunnah dan praktik sahabat maka ruqyah tersebut akan berguna bagi para penderita akibat bencana.
  • Akhir-akhir ini terdengar bahwa di beberapa kota besar terutama Jogja berdiri pusat-pusat ruqyah maka sangatlah diharapakan dari para aktifis ruqyah untuk membuka klinik di tempat-tempat pengungsi guna melayani korban yang terluka dan cedera akibat bencana.
  • Jika ruqyah itu hanya dapat digunakan untuk menangani kesurupan maka perlu diwaspadai kiranya kalau kesrupan tersebut diprogram oleh setan untuk membuat sibuk para pruqyah hingga meninggalkan kewajiban lain.

Wallahu’alam.