Kasus Poso dan Konsep Jihad

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

Ustad yang dirahmati Allah.

Kasus Poso kembali memanas dan ironisnya yang menjadi tersangka adalah umat Islam atau orang yang mengaku beragama Islam. Terus terang umat Islam termasuk kami jadi malu. Apa benar umat Islam sumber kerusuhan?

Dalam kebingungan tersebut saya kedatangan tamu teman lama yang mengaku ikut harokah yang sekelompok dengan DPO yang menjadi target Densus 88. Dalam perbincangan tersebut dia sangat bangga dengan teman-temannya yang syahid, dia juga bangga dengan pelaku bom Bali, Mariot, Kedutaan Australia, dan sebagainya.

Bahkan dia mengaku bagian dari Jamaah Islamiah (JI) dan Al-Qaidah yang menjadi musuh Amerika. Dia beralasan bahwa syariat Islam harus ditegakkan dengan senjata. Kalau nunggu umat sadar sampai kapan?

Dan menurut amirnya setiap negara hanya ada 2 yaitu negara Islam dan negara kafir. Indonesia menurutnya adalah negara kafir sehingga layak untuk diperangi. Umat Islam yang menolak atau menghalangi atau tidak peduli dengan penegakan syariat juga layak diperangi.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana sikap kita terhadap masalah ini. Bukankah doktrin ini sudah seolah mengkafirkan orang Islam hanya karena kurang peduli dengan penegakan syariah? Bukankah ini mirip paham ‘khawarij’? Kenapa tokoh-tokoh, Ulama, MUI, tidak berani bersikap tegas terhadap kelompok ini sebagaimana sikap terhadap Ahmadiyah dan LDII?

Tolong Ustad beri penjelasan bagi umat yang sedang bingung ini?

Wassalamu ‘alaikumWr. Wb

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Tidak benar bahwa sumber konflik di Poso adalah umat Islam. Namun bahwa sebagian elemen umat Islam dipastikan ikut terlibat dalam konflik itu, kita sudah tahu semua.

Tentu saja tidak benar kalau kesalahan langsung ditujukan pada kelompok tertentu. Sebab semua konflik di sana punya akar masalah yang panjang dan rumit. Polisi atau siapa pun tidak bisa main hakim sendiri dan melemparkan tudingan seenaknya.

Untuk mencari siapa yang bersalah, sebuah pengadilan harus digelar terlebih dahulu. Di meja hijau lah kepastian siapa bersalah baru bisa diambil. Sebab negara ini adalah negara hukum, siapa pun yang dituduh bersalah, harus dibuktikan dulu di depan hukum.

Dan hukum tidak pandang bulu. Kesalahan tidak selalu berada di tangan rakyat. Aparat kepolisian pun tidak ada yang kebal hukum. Kalau mereka salah karena main tembak, tetap wajib dihukum dengan adil. Seragam yang mereka kenakan bukan seragam anti hukum. Justru seragam itu mengikat mereka di bawah hukum.

Penegakan syariat = perang?

Penegakan syariat Islam tidak selalu harus dengan jalan perang. Bahkan dalam 23 tahun proses penegakan syariah Islam di masa kenabian, jumlah peperangan bisa dihitung dengan jari. Apalagi korban nyawa di dalamnya, ternyata sangat minim.

Selebihnya, penegakan syariah Islam adalah pembangunan, persaudaraan, membentuk peradaban, pemberian kasih sayang, kepedulian kepada yang lemah, kesamaan derajat manusia, kebebasan hak asasi manusia, jaminan kesehatan, serta kepastiaan keamanan.

Amat fatal kesalahan seseorang yang berpikir bahwa jalan penegakan syariat Islam hanya dengan perang. Padahal tujuan tegaknya syariah adalah perdamaian. Mengapa perdamaianharus selalu diwujudkan hanya dengan perang?

Kalau pun perang diperlukan, maka perang yang proporsional. Bukan main tembak dan asal meledakkan bom secara sembarangan. Perang itu adalah perang yang memang dibutuhkan, karena sudah tidak ada jalan lain. Itu pun dengan adab dan aturan yang ketat. Sebisa mungkin dengan meminimalisir korban luka dan nyawa.

Syariat Islam tidak mengenal penegakkan dengan cara brutal dan kasar, karena tidak pernah ada contoh nabi SAW berdakwah dengan cara membunuh secara massal.

Mereka yang mengaku berjuang demi tegaknya syariat Islam, tetapi menggunakan cara kekerasan adalah orang yang pada dasarnya justru sedang meruntuhkan agama Islam. Entah mereka menyadari tindakannya atau tidak sama sekali.

Rekayasa Kekuasan Asing

Munculnya fenomena Jamaah Islamiyah, Al-Qaidah dan sekian banyak kekuatan lain, sama sekali tidak ada kaitannya dengan perjuangan umat Islam. Apalagi untuk menegakkan syariah.

Kalau kita perhatikan satu persatu, orang-orang yang ditangkap karena dicurigai sebagai bagian dari kelompok itu, nyaris sama sekali tidak menggambarkan bahwa mereka orang yang mengerti syariah.

Yang kelihatan di layar TV hanyalah mereka mengenakan atribut yang berbau Islam. Atau meneriakkan pekik Allahu Akbar dan yel-yel sejenis. Sehingga sangat terkesan mereka mewakili umat Islam atau malah mengatas-namakan syariah. Tetapi belum pernah dilakukan serangkaian tes dalam hal pemahaman mereka dalam masalah syariah.

Berapa banyak kitab tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqh, serta kitab-kitab dasar hukum Islamyang pernah mereka baca, tidak pernah ada yang tahu. Berapa banyak hafalan Quran dan hadits yang mereka kuasai, juga belum pernah ditelilti. Atau jangan-jangan malah belum bisa membaca Al-Quran dengan fasih.

Padahal semua itu sangat menjadi ukuran paling mendasaruntuk menetapkan apakah seseorang sudah mengerti syariah Islam atau belum. Tentu masih banyak ukuran lainnya, tetapi kalau ukuran yang paling dasar pun sudah menunjukan keawaman mereka, maka jelas sekali bahwa mereka adalah orang lugu yang dimanfaatkan kekuatan asing untuk menghancurkan dan memojokkan posisi umat Islam.

Justru yang sangat kentara dan sulit dipungkiri adanya tangan-tangan asing yang ikut bermain memanfaatkan dan merekayasa opini publik.

Sebab seorang yang paham dan mengerti syariah Islam dengan sesungguhnya, tidak bisa dengan mudah disuruh meledakkan bom di tempat ramai. Pastilah dia akan bertanya terlebih dahulu tentang berbagai dalil dan landasan syariahnya. Tetapi kaau orang awam yang lugu, mudah saja diprovokasi sedemikian rupa, lalu dengan entengnya meledakkan bom di mana-mana.

Ternyatadoktrin sesat yang dibenamkan di otaknya sudah mampu membuatnya memandang dengan fikrah yang keliru dan bahkan bertentangan langsung dengan syariah Islam yang sesungguhnya. Lalu dia bertindak seolah dia sedang menegakkan syariah Islam, padahal yang terjadi malah sebaliknya, dia sedang menggali kubur untuk umat Islam.

Inilah hakikat di balik semua masalah terorisme yang sering dituduhkan kepada semua umat Islam. Satu dua orang pelakunya, tetapi yang harus menanggung akibatnya semua umat.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc