20 Kata-kata Bijak Ibnu Athaillah Tentang Kehidupan, Inspiratif dan Menyejukkan Hati

20 Kata-kata Bijak Ibnu Athaillah Tentang Kehidupan, Inspiratif dan Menyejukkan Hati

Eramuslim.com – Ibnu Athaillah merupakan salah seorang ulama besar yang terkenal di dunia. Pemilik nama lengkap Syekh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari ini dikenal sebagai tokoh Islam yang produktif.

Sepanjang hidupnya, beliau telah menulis lebih dari 20 karya yang meliputi bidang tafsir, aqidah, tasawuf, nahwu, hingga ushul fiqh.

Ulama kelahiran Mesir, 648 H/1250 M ini dikenal gemar belajar. Ia banyak menimba ilmu dari beberapa syeh secara bertahap.

Dalam bidang fiqh, Ibnu Athaillah menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf, beliau pengikut sekaligus tokoh tarikat Al-Syadzili.

Salah satu karya terbesar Ibnu Athaillah ialah kitab Al-Hikam. Melalui kitab tersebut, Ibnu Athaillah menjadi sosok ulama yang disegani di seluruh dunia. Tak heran, jika ulama kharismatik satu ini menginspirasi umat muslim di seluruh dunia.

Sebagai sosok yang berpengaruh, Ibnu Athaillah kerap memberikan kata-kata bijak yang menyejukkan hati. Berikut kata-kata bijak Ibnu Athaillah yang merdeka.com lansir dari Dream:

Kata-kata Bijak Ibnu Athaillah tentang Kehidupan

1. Engkau merdeka dari apa yang tak kau inginkan. Engkau budak dari apa yang kau serakahi.

2. Kadang umur berlangsung panjang namun manfaat kurang. Kadang pula umur berlangsung pendek namun manfaat melimpah.

3. Engkau lebih membutuhkan belas kasih-Nya ketika taat daripada ketika bermaksiat.

4. Barangsiapa yang tidak mengetahui nilai sebuah kenikmatan ketika ada, maka ia akan mengetahuinya ketika sudah tidak ada (lenyap).

5. Sebaik-baik waktumu adalah saat engkau menyadari kekuranganmu, dan engkau pun kembali mengakui kerendahanmu.

6. Jika engkau melihat seseorang selalu menjawab segala apa yang ditanyakan kepadanya, mengungkapkan segala apa yang disaksikannya, dan menyebut segala apa yang diketahuinya, maka ketahuilah bahwa itu tanda-tanda kejahilan (kebodohan) pada dirinya.

7. Persahabatanmu dengan orang awam yang tidak merestui hawa nafsunya lebih baik dibandingkan persahabatan dengan pemuka agama yang merestui nafsunya.