7 Kiat Menjalani Kehidupan

Oleh: Syaripudin Zuhri

Dalam kehidupan yang selalu saja ada yang tak berkenan di hati atau tak sesuai dengan apa yang diinginkan, maka perlu kiat-kita khusus agar hidup dan kehidupan ini tetap dapt dijalani dengan ebaik-sebaiknya, sebagaimana adanya. Dan memang kehidupan ini seringkalu bukan apa yang kita maua yang terjadi, yang terjadi bahkan seringkali tak terduga, tak disangka-sangka, tak dapat diprediksi dengan otak manusia yang lemah.

Untuk itu ada beberapa hal yang harus dilakukan, dan biasa, setiap pendapat yang dikemukan manusia itu relative adanya, tidak ada kebenaran mutlaq, kecuali ayat-ayat yang terdapat dalam firmat allah SWT di dalam Al Qur’an dan di dalam sabda rosulNya yang mulia, nabi Muhammad SAW. Namun sebagai manusia tak ada larangan untuk membuat kiat-kita tertentu untuk menjalani hidup ini, diantara sebagai berikut:

Pertama, kekuasaan Allah SWT ada di mana-mana dan jangkauan kekauasaanNya sampai kemana-mana, tak ada sesuatupun yang dapat membatasi kekuasaanNya. Ini adalah kekutana yang luar biasa yang bila dpegang oleh keyakinan yang tinggi, karena bagi yang memegang prinsif ini, tak ada lagi rasa takut padaNya. Karena kemanapun dia melangkah, ada pertolongan Allah SWT di manapun dia berada.

Pertolongan Allah SWT, datang tiba-tiba kepada orang-orang yang bertaqwa padaNya, tanpa dimintapun terkadang pertolongan itu dating begitu saja, apa lagi kalau pertolongan itu diminta dalam doa, dan tak ada doa yang tak terjawab olehNya, hanya soal waktu, dan itu hak Allah SWT yang tak bias diganggugat.

Jadi dengan  memegang keyakinan bahwa kekuasaan allah SWT ada di mana-mana, maka kemanapun kita pergi, Dia akan melindungi kita. PerlindunganNya seringkali bahkan tanpa diminta, tahu-tahu ada dan tentu saja melalui makhlukNya. Pertolongan dari orang lain pada hakekatnya adalah pertolongan yang dikirimkanNya pada manusia, karena tanpa izinNya, orang tak bias memberikan pertolongan pada sesamanya, karena Dialah yang menggerakkan itu semua.

Kedua, orang yang selalu kuatir berarti kurang percaya kepada Allah SWT yang Maha Mampu mengatasi semua urusan. Dengan prinsif yang kedua ini akan terlihat, siapa manusia yang sungguh yakin padaNya, karena bila teksepnuhnya keyakinan itu ada pada diri seseorang, maka yang akan timbul adalah keraguan demi karaguan, yang timbul adalah yindak tanduk yang selalu rahu untuk berbuat sesuatu, kayakinannya tak penuh pada Dia yang Maha Mampu mengatasi semua persoalan di alam semesta ini.

Orang kuatir adalah orang yang tak yakin pada setiap langkah perbuatannya, di dalam tingkah laku dan perbuatannya ada selau kata-kata” apa iya-apa iya?” Jadi selalu ragu-ragu dalam bertindak, selalu tidak yakin akan apa yang diperbuatnya, akhirnya semua pekerjaannya menjadi tak selalu berhasil, karena penuh keraguan ada di dalamnya. Padahal kalau punya keykinan yang tinggi padaNya, tak ada sesuatupun yang lepas dari pengamatanNya, semua makhluk diurusnya, dari yang paling kecil sampai yang [aling besar, dari alam microcosmos sampai alam yang macrocosmos.
Ketiga,  Allah SWT tidak akan mengecewakan hambaNya yang beriman. Dengan prinsif ini orang beriman tidak akan pernah takut pada siapapun dan tak pernah takut nasibnya terlunta-lunta, karena dia yakin betul bahwa Allah SWT tak pernah menganiaya hamba-hambaNya, hanya hamba itu sendiri yang menganiaya diri mereka sendiri.

Dengan keyakinan pula seorang yang beriman tidak pernah merasa dikecewakan Allah SWT, karena apapun yang diberikan Allah padanya adalah baik, baik dalam pandangan Allah tentunya. Mengapa? Karena seringkali manusia tertipu dengan pandangannya sendiri, mislanya, sesuatu dianggap baik olehnya, tak tahunya buruk diujungnya. Atau ada sesuatu yang dianggap buruk pada awalnya, justru pada akhirnya baik dan sangat menguntungkan.

Biasanya kalau menghadapi suatu musibah, cobaan, ujian atau apapun namanya manusia seringkali berprasangka buruk kepada Allah SWT, seakan Allah tidak adil kepadanya, karena musibah atau ujian tersebut. Namun dalam kenyataannya seringkali terjadi banyak musibah yang membawa hikmah, banyak ujian justru membawa berkah, banyak cobaan justru membawa keuntungan.

Keempat, terimalah hidup ini sebagaimana adanya, bukan bagaimana maunya kamu. Ini juga yang membuat manusia menjadi banyak bersukur kepadaNya. Karena manusia yang punya prinsif semacam ini tidak mudah diombang-ambingkan kehidupan, tidak mudah goyah diterjang badai kehidupan, tak mudah menyerah dihempaskan oleh berbagai tamparan yang menghantam dirinya.

Karena orang yang punya prinsif semacam ini enjoy saja dalam mejalani kehidupannya, dia menyadari betul bahwa dalam hidup ini sudah ada Yang Maha Pengatur, Dialah Allah SWT, sehingga tak ada sedikitpun kuatir apabila suatu waktu terjadi hal yang bukan maunya, tapi terjadi. Nah dengan menerima hidup  sebagaimana adanya, tak membuatnya seperti dikejar-kejar hantu disiang bolong, semuanya serba ketakutan. Sesuatu yang belum terjadi sudah ditakutkan sedemikian rupa, sehingga hidupnya tak merasa bahagia, karena yang dipikirkan bagaimana kehidupan setahun, dua tahun, lima tahun sepuluh tahun mendatang begitu seterusnya.

Apa yang terjadi? Ibarat kata pepatah” mengharapkan hujan di dari langit, air di tempayan dibuang” maka yang timbul adalah rasa kurang-kurang dan kurang, tidak menerima apa yang ada. Yang ada,  tidak disukuri, yang tak ada, di harap-harap.

Kelima, terimalah orang lain itu sebagaimana adanya orang itu, bukan bagaimana maunya kamu. Ini biasanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang begitu banyak menuntut agar orang lain ikut atau mengerti akan dirinya, sementara dirinya tak peduli atau tak mau mengerti apa yang dimaui orang lain. Jadi orang lain selalu saja ada dipihak yang disalahkan, karena kebenaran hanya miliknya sendiri.

Dengan prinsif kelima ini sebenarnya hidup bersama dengan orang lain, siapapun dia, ya istri, anak, teman, sahabat, atasan, bawahan dan lain sebagainya menjadi suatu yang menyenangkan, kalau pakai bahasa gaul” sesatu banget”, ya asik gitu. Dalam bergaul menjadi tak terbebani apa-apa, karena semua manusia itu sama, tak ada bedanya, baik karena pangkat, jabatan, harta , kedudukan dan lain sebagainya, yang membedakan manusia hanya taqwanya.

Saya sengaja tak membawa ayat-ayat, silahkan saja cari di Al Qur’an yang berhubungan dengan ketaqwaan tersebut. Yang jelas bila manusia pandai menerima manusia sebagaimana adanya orang itu, pergaulan akan terasa nyaman, bersahabat, menyenangkan dan tak ada intrik-intrik yang membuat pergaulan menjadi gersang.

Keenam, caci maki dan hinaan orang lain adalah obat untuk mengoreksi diri. Memang banyak orang yang tak tahan akan hinaan orang, apa lagi kalau hinaan tersebut berupa sumpah serapah, caci maki di hadapan orang banyak atau di hadapan umum, apa lagi pada suatu acara yang dihadiri begitu banyak orang, tiba-tiba datang hinaan tersebut, rasa malunya bukan main! Yang menghina mungkin bisa saja sambil tertawa-tertawa kesenangan karena yang dihina kebetulan memang bawahannya yang levelnya jauh di bawah!

Sebenarnya bila ada hinaan semacam itu, bisa disukuri dengan membaca “Alhamdulillah”, gimana sih dihina orang kok Alhamduillah? Loh bukankah ketika dihina orang secara langsung terjadi transfer pahala dari yang menghina ke yang dhina dan sebaliknya dosa yang dihina ditransfer ke orang yang menghina, asik bukan? Dapat pahala gratis.

Jikapun benar apa yang dihina itu, ya tetap Alhamdulillah, berarti dapat masukan dan dijadikan alat untuk meperbaiki diri. Biasanya kalau orang sering dihina dan dengan sabar menghadapinya, jiwanya semakin kokoh, jiwanya semakin tegar dan tak mudah “tersinggung” jadi ketika mendapat hinaan yang bertubi-tubi sekalipun dan datang dari berbagai penjuru, dia tetap tenang, karena sudah kebal! Kalau pakai gaya sekarang EGP aja, emanya gue pikirin!

Ketujuh, kesulitan bukan untuk dihindari, tapi dihadapi dengan lapang dada dan tetap mohon petunjukNya. Ini kehidupan bung! Tak ada kehidupan yang seperti jalan tol lurus saja, mulus-mulus saja, namun jangan lupa jalan tol pun bisa mecet, bahkan bisa macet total! Begitupun kehidupan, di sana sini ada saja kesulitannnya, dan itu bukan hanya dialami oleh seorang dua orang, semua orang mengalminya, jadi dalam kesulitan itu Anda tidak sendirian, lihat saja orang-orang yang hidupnya di bawah garis kemiskinan.

Jadi kesulitan hidup itu bukan hanya milik orang seorang, tapi hampir semua orang mengalaminya, sekali lagi dalam kesulitan hidup itu anda tidak sendirian, ribuan bahkan jutaan orang banyak terhimpit dalam kesulitan hidup dan kesulitan itu bukan dihindari, tapi dihadapi. Bukankah setelah kesulitan ada kemudahan? Bukan firmanNya berbunyi: “Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, sungguh setelah kesulitan ada kemudahan”  ( Al Insyiroh: 5-6)

Dengan keyakinan pada firman Tuhan ini, Anda akan tegar menghadapi segala macam kesulitan hidup, karena hidup di dunia ini bukan surga, coba baca lagi tentang artikel saya:  “Dunia bukanlah surga dan juga bukan neraka” Dengan keyakinan bahwa kesulitan akan berlalu, maka tak ada istilah menyerah pada kesulitan apapun namanya, di manapun adanya. “Badai pasti berlalu atau semua ini akan berlalu” Lalu mengapa pusing menghadapi kehidupan?

 

Moskow, 24 Maret 2013.