Ikhtiar Dulu, Baru Tawakal!

Gerimis. Sudah pukul setengah tujuh, namun hujan yang turun sejak subuh tadi belum menunjukan tanda-tanda segera berhenti. Reda sebentar, lalu rintik lagi. Kalau bukan karena hari ini jadwal putriku piket kebersihan kelas, tentu lebih baik aku menunggu sampai hujan agak reda, baru berangkat ke tempat kerja. Takut yang lain sudah pada datang sementara kelas belum selesai dibersihkan, putriku memaksa untuk diantar saat itu juga.

Meski tidak terlalu deras, aku tetap menggunakan jas hujan lengkap. Berbeda dengan putriku yang tidak mau membawa payung atau mengenakan jas hujannya. Kekhawatiranku akan kesehatannya, tak mampu menggugah kesadarannya. Tak ada waktu lagi untuk berdebat, dari pada benar-benar terlambat, akhirnya aku bonceng dia tanpa payung ataupun jas hujan. Sampai di sekolah, barulah kutahu mengapa putriku bersikeras tak mau memakai jas hujannya. Tidak hanya dia, sebagian besar teman-temannya memang lebih memilih datang ke sekolah dengan seragam agak basah ketimbang harus membawa payung atau mengenakan jas hujan.

Dari sekolah aku tidak kembali lagi ke rumah, tapi langsung menuju ke tempat kerja. Di ujung jembatan, tak jauh dari sekolah, seorang laki-laki menghentikan laju motorku. Meski kukatakan aku tidak membawa helm dan jas hujan cadangan, laki-laki yang baju seragam kerjanya mulai basah itu tetap ingin membonceng. Kebetulan tempat kerjanya searah dengan tempat kerjaku.

“Hati-hati kalau meninggalkan motor, Mas. Kalau perlu, kasih kunci tambahan. Semalam, motor tetangga saya hilang!” laki-laki itu membuka pembicaraan setelah kami melaju di jalan.

“Terima kasih sudah diingatkan. Ngomong-ngomong, hilang dimana Pak?”

“Di depan minimarket, dekat kantor kelurahan”

“Motornya tidak dikunci?”

“Hanya dikunci setang saja. Dia pikir hanya sebentar, beli rokok dan minuman. Tapi pas keluar, motornya sudah tidak ada lagi. Kebetulan malam tadi pengunjung minimarket memang sedang sepi.”

Sebenarnya masih ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan, tapi kemacetan yang cukup parah menyebabkan kami harus berpisah. Setelah mengucapkan terima kasih, laki-laki yang tak sempat kutanya siapa namanya ini memilih melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tempat kerjanya tinggal sekitar seratus meter lagi.

Dari seorang pengendara motor yang datang dari arah berlawanan, aku mendengar bahwa didepan sana terjadi kecelakaan antara sesama pengendara motor. Satu di antaranya menderita luka cukup parah di bagian kepala. Ia terpental dari motornya dengan posisi kepala lebih dulu menyentuh aspal. Naas, ia tidak mengenakan helm. Innalilahi wa ina ilaihi rojiuun.

***

Sedikitnya ada tiga kejadian yang menyadarkanku akan satu hal penting, namun sering diabaikan. Pertama, putriku yang tidak mau membawa payung atau jas hujan. Dengan alasan hanya gerimis, ia memilih basah ketimbang harus membawa payung atau memakai jas hujan. Bukan hanya ia, tapi sebagian besar teman-temannya juga melakukan hal yang sama. Satu yang menjadi alasan mereka. Mereka malu dikatakan seperti anak mami, sama gerimis saja takut! Astaghfirulloh!

Yang kedua, laki-laki yang membonceng motorku. Entah karena memang tak punya atau beralasan yang sama dengan putriku dan juga teman-temannya, di tengah gerimis ia berangkat kerja tanpa membawa payung ataupun jas hujan. Cerita tentang tetangganya yang kehilangan motor di depan minimarket dekat kantor kelurahan, mengingatkanku akan seringnya kejadian serupa yang bermula dari si pemilik motor yang kurang waspada.

Peringatan yang terpampang di area parkir, agar pengunjung yang membawa kendaraan selalu waspada, seringkali diabaikan pemilik kendaraan dengan berbagai alasan. Hanya sebentar, terlalu repot kalau harus mengunci ganda segala. Itulah alasan mereka. Bahkan ada yang karena alasan gengsi, malu terlihat kuno, akhirnya meninggalkan motor dengan pengamanan yang sekedarnya saja. Setelah kejadian motornya hilang, barulah menyesal. Mau menyalahkan siapa, kenyataannya parkir gratis memang tidak dijaga petugas keamanan. Menyalahkan pemilik minimarket tentu tidak mungkin. Mereka sudah membuat peringatan, kenapa diabaikan?

Yang ketiga, kecelakaan yang terjadi antara dua pengendara motor yang bersenggolan hingga menyebabkan satu diantaranya menderita lukak parah di bagian kepala, ternyata korban tidak menggunakan helm. Banyak alasan mengapa orang enggan mengenakan helm. Diantaranya jarak yang dekat, atau tidak melintas di jalan utama yang banyak dijaga polisi. Seakan-akan, helm hanya dibutuhkan untuk perjalanan jauh dan menghindari berurusan dengan polisi yang sedang bertugas di jalan. Fungsi helm untuk alasan keselamatan justru sering diabaikan.

Benar bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita adalah atas ijin dan kehendak Allah. Kita sakit, kita kehilangan kendaraan ataupun mengalami kecelakaan di jalan memang sudah tertulis dengan rinci kapan, dimana dan bagaimana kejadiannya.

Kehujanan atau tidak, kalau sudah takdirnya sakit ya sakit saja. Ada yang sudah menggunakan jaket, payung atau jas untuk melindungi badan dari hujan, tapi terkena batuk dan pilek juga. Sebaliknya, meskipun badan dan pakaian basah kuyup oleh hujan, tapi tetap sehat wal afiat. Semua tergantung pada kehendak Allah. Tidak salah memang, tapi bagaimanapun kita berkewajiban untuk melakukan ikhtiar. Gunakan payung atau jas untuk melindungi badan dari air hujan. Ikhtiar dulu, baru tawakal!

Demikian juga motor yang dicuri orang. Dikunci atau tidak, kalau memang sudah takdirnya, tetap saja hilang. Banyak yang tidak dikunci tapi tidak hilang, tapi tidak sedikit pula yang sudah diamankan dengan kunci tambahan, bahkan ada di dalam rumah, tetap saja hilang. Bagaimanapun takdir yang menentukan. Betul, tapi kita diwajibkan untuk berikhitar. Amankan kendaraan kita, tambahkan kunci pengaman bila diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan dicuri orang. Ikhtiar dulu, baru tawakal!

Pun menggunakan helm atau tidak, bila sudah tiba ajalnya, tetap saja maut akan menjemput. Meskipun pakai helm, bisa saja helm itu terpental saat kecelakaan terjadi. Ada pengendara motor yang selamat dari maut meskipun tidak pakai helm karena kebetulan ia terjatuh di tempat dan dalam posisi yang aman. Tapi, lagi-lagi kita berkewajiban untuk berikhitar. Gunakan helm untuk keselamatan di jalan. Ikhtiar dulu, baru tawakal!

Jadi, jangan langsung mengatakan tawakal sebelum berikhtiar. Pendapat saya, ikhtiar dulu baru tawakal. Bagaimana dengan anda? Wallohualam.

http://abisabila.blogspot.com