Masa Lalu Fulan

“Jadi benar, kamu tidak tahu cerita masa lalu si fulan?” tanya lelaki di depanku tak percaya.

“Secara detail, aku tidak tahu,” jawabku apa adanya.

Tanpa kuminta, iapun bercerita panjang lebar tentang masa lalu si fulan. Sebagian sudah pernah kudengar beberapa waktu yang lalu, juga orang lain pernah mengatakan hal itu. Entahlah, apakah semua yang kudengar memang benar adanya, ataukah sekedar prasangka dan pengembangan cerita dari mulut ke mulut tanpa didasari bukti yang nyata.

Aku tahu, maksud lelaki itu mengingatkan agar aku lebih waspada dan berhati-hati terhadap si fulan. Tapi lama kelamaan aku merasa yang ia sampaikan justru terlalu berlebihan. Aku tak ingin obrolan yang tak direncanakan malam itu berkembang menjadi fintah, maka akupun menyela.

“Menurutku, cacat fisik yang kini dialami si fulan, bukanlah sepenuhnya hukuman, melainkan sebuah teguran. Allah sayang padanya. Buktinya Allah masih memberikan kesempatan bagi fulan untuk memperbaiki semua kesalahannya. Alhamdulillah, kesempatan itu tidak disia-siakan fulan. Fulan sekarang adalah fulan yang tekun beribadah. Ia begitu semangat belajar membaca Al Quran dan sholat berjamaahpun hampir tak pernah ketinggalan. Malah kalau mau jujur, terkadang dia lebih rajin dibandingkan kita.” Aku tak bermaksud menyinggung siapapun, meski selanjutnya kulilhat ada perubahan ekpresi pada laki-laki di hadapanku.

Aku tidak bermaksud pula membela si fulan, tapi memang demikian adanya. Membandingkan fulan yang sekarang dengan semua cerita orang tentang masa lalunya, rasanya tak mudah percaya bahwa yang kudengar benar adanya. Memang, harus kuakui terkadang aku mendapati sikap dingin beberapa orang terhadap si fulan. Aku melihat seperti ada jarak yang sengaja mereka ciptakan. Inikah konsekuensi yang harus diterima si fulan akibat masa lalunya yang -cukup- kelam? Tak bisakah mereka memberi kesempatan dan menghargai usaha si fulan meninggalkan masa lalunya? Aku berharap, akulah yang keliru mengartikan sikap mereka. Mereka tidak mengucilkan fulan, juga tidak mengecilkan usaha fulan.

Setiap orang mempunyai masa lalu. Tidak hanya si fulan, tapi juga aku dan tentunya lelaki yang duduk di hadapanku. Setiap orang menginginkan seluruh lembaran hidupnya dipenuhi dengan kebaikan dan cerita indah yang membanggakan. Tak ingin sedikitpun didapati noda hitam dalam episode kehidupan yang telah dijalani. Tapi kita hanyalah manusia yang tiada luput dari khilaf dan lupa. Juga tiada lepas dari salah dan dosa. Titik-titik noda terlanjur membekas dalam perjalanan hidup yang sudah terlewatkan.

Masa lalu biarlah berlalu, yang terpenting mulailah hidup dengan membuka lembaran yang baru. Masa-masa kelam janganlah dikenang dan diungkit kembali, kecuali untuk mengambil hikmah dan pelajaran guna menjalani hidup di masa sekarang dan yang akan datang.

Orang yang beruntung adalah mereka yang diberikan kesempatan dan menggunakan dengan sebaik-baiknya. Bertaubat, memperbaiki diri menuju ridho Illahi. Itulah yang kulihat pada si fulan. Andai benar apa yang kudengar tentang masa lalunya, biarlah menjadi rahasia pribadinya, tak perlu aku menjadikan masa lalunya sebagai alasan untuk menjauhi dan membedakan fulan dari yang lainnya. Justru, perubahan besar yang dilakukan fulan, dan perjuangan fulan meninggalkan masa lalunya menuju kehidupan yang diridhoi Illahi harus didukung dan dirangkul agar ia tetap istiqomah pada jalannya yang sekarang, tak lagi tergoda untuk kembali kemasa lalunya yang kelabu.

Ada satu pertanyaan yang kusimpan untuk laki-laki di hadapanku. Mengapa ia terkesan tidak bisa menerima kehadiran si fulan? Benarkah hanya karena masa lalunya, ataukah aku yang salah mengartikan sikapnya? Muncul pertanyaan baru dalam benakku, bagaimana jika ia tahu semua masa laluku yang meski tak sekelam fulan, namun juga berliku dan tak bersih dari salah dan dosa? Apakah ia juga akan menghindar dariku, meninggalkanku tanpa mau tahu keadaanku yang sekarang dan cerahnya masa depan yang sedang kuusahakan?

Jangan lagi ungkit masa lalu, biarkan ia tersimpan jadi satu pelajaran berharga agar tak terulang kesalahan serupa di masa yang akan datang. Jika membanggakan kejayaan masa dulu tak begitu berarti, maka tak semestinya selalu mempermasalahkan kelamnya masa lalu.

Setiap orang pernah khilaf, namun Allah Maha Penyayang. Allah menutupi aib hamba Nya selama ia juga menutupi aib dirinya. Allah Maha Pengampun. Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba Nya yang bertaubat dengan sungguh-sungguh. Ini berarti bahwa, apapun kesalahan yang pernah kita lakukan di masa silam, janganlah berputus asa untuk mendapatkan ampunan Nya. Lakukan taubat nasuha, taubat yang sesungguhnya dan mulailah hidup dengan lembaran yang baru. Juga, sekelam apapun perjalanan hidup orang lain, jangan selalu dan terlalu mempermasalahkan selagi ia mau berusaha untuk berubah, memperbaiki diri menuju ridho Illahi.

Jika masa lalu seseorang selalu menjadi kendalamu, akan sulit menemukan seorang teman yang bersih tanpa cacat dan kekurangan, kecuali berkawan dengan bayi-bayi yang baru dilahirkan, yang belum punya dosa dan juga kesalahan.

Apapun cerita orang, aku merasa tak perlu bertanya pada fulan, benarkah masa lalunya seperti yang kudengar. Seperti yang lain, aku yakin iapun tak ingin masa lalunya selalu diungkit-ungkit. Cukuplah itu menjadi pelajaran berharga baginya dan akan menjadi cambuk untuk terus memperbaiki diri dan berbuat lebih baik lagi. Ia telah mengubur dalam-dalam masa lalunya, dan kasih sayang Allah telah menutupi aibnya, lalu apa hakku tiba-tiba mengungkit dan mempermasalahkannya? Sudah semestinya, ini juga menjadi pelajaran bagiku agar kekhilafan si fulan tak aku lakukan, juga kesalahan yang terlanjur kulakukan tak kuulang di masa-masa yang akan datang. Amin.

http://abisabila.blogspot.com