Seindah Pertemuan

Pernahkah anda merasa bahwa beberapa orang ditakdirkan oleh Allah bertemu, bercerita, bertatap muka dengan anda hanya beberapa hari, atau beberapa jam, dan bahkan hanya beberapa detik saja, setelah itu anda tidak pernah melihat atau bertemu lagi dengannya sampai hari kiamat atau mungkin selamanya?

Dalam pertemuan yang singkat itu, mungkin memberi kesan yang baik sehingga anda terus menerus mengingatnya sampai akhir hayat dan mungkin pula sebaliknya. Atau hanya pertemuan biasa yang terjadi sebentar dan tidak pernah lagi anda ingat, terlupakan, hilang seolah ia tak pernah ada.

Sebuah pertanyaan "iseng" ini terus saja bermain-main di kepalaku setelah beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika aku dan temanku membuat janji bertemu di terminal Ramsis, tempat teramai yang pernah aku singgahi di Kairo. Dua jam menunggu temanku belum juga tiba.

Dalam waktu selama itu, aku isi dengan membaca juga ngobrol santai dengan seorang bapak tua penduduk asli Mesir yang juga dari tadi sedang menunggu seseorang di tempat itu. Aku juga memperhatikan orang-orang yang lalu lalang lewat di hadapanku. Lantas, pertanyaan itu muncul begitu saja.

Alangkah berbahagianya, jika pertemuan singkat itu berbuah pahala dan menambah timbangan kebaikan di hari akhir. Begitupun, alangkah merugi pula jikalau pertemuan itu malah menjadi penyebab penyesalan tiada henti yang tidak pernah kita sangka sebelumnya karena hak orang lain yang terzhalimi tanpa kita sadari.

Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud bahwa Rasulullah SAW bersabda : tidaklah bertemu dua orang muslim kemudian keduanya berjabat tangan (beramah tamah) kecuali Allah mengampuni dosa-dosa mereka sebelum mereka berpisah.

Indahnya Islam. Agama yang mengajarkan umatnya untuk terus menebar rahmat terhadap seluruh alam, bahkan terhadap binatang sekalipun. Kita semua pasti pernah mendengar hadits Rasulullah SAW yang menceritakan seorang wanita yang masuk surga hanya karena memberi minum seekor anjing yang sedang kehausan. Begitu juga tentang seorang wanita yang masuk neraka karena mengurung seekor kucing dan tidak memberinya makanan sampai kucing itu mati kelaparan.

Lalu, sebuah pertanyaan baru muncul. Bagaimana halnya dengan orang-orang yang ditakdirkan oleh Allah terus menerus berada di sekitar kita, turut mengisi hari-hari kita? Keluarga, tetangga, sahabat karib, rekan kerja.

Sungguh, tidak ada yang kebetulan. Allah telah menetapkan segalanya. Mereka adalah orang-orang pilihan Allah yang di"anugerah"kan kepada kita. Mereka bisa menjadi ladang amal sehingga kita bisa menanam kebaikan-kebaikan yang akan kita tuai hasilnya nanti di hari kiamat, dan mungkin mereka menjadi tempat ujian dan latihan agar kita memperoleh pahala kesabaran sehingga mendekatkan diri kita kepada Allah. Atau bahkan mereka menjadi musibah saat hak-hak mereka tidak kita tunaikan, perasaan-perasaan mereka yang terzhalimi, begitu juga tali persaudaraan yang kita putuskan.

"life is choice"

Allah tidak pernah menzhalimi hambaNya. Apapun balasan keburukan yang kita peroleh nantinya adalah pilihan kita sendiri saat hidup di dunia. Penyesalan dalam bentuk apa saja tidak ada gunanya saat kita berdiri mempertanggung jawabkan perbuatan-perbuatan kita dihadapanNya.

Sebagaimana juga diceritakan di dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi bahwa di tahun kedelapan Hijriyah ‘Amr bin ‘Ash dan Khalid bin Walid datang ke Madinah untuk memeluk Islam. Sebelumnya mereka merupakan orang yang paling memusuhi Nabi SAW. Setelah mereka mengikrarkan keislamannya Rasulullah pun beramah tamah, bercerita, dan tidak segan mencium meraka ketika bertemu. Sehingga ‘Amr bin ‘Ash merasa heran dan menyangka bahwa ia adalah orang yang paling utama disisi Rasulullah dibanding sahabat-sahabat Rasulullah yang lain. Dan Ia pun bertanya: "Wahai Rasul! Apakah aku lebih utama dari pada Abu Bakar?" Rasul menjawab: "Abu Bakar lebih utama". Ia bertanya lagi: "apakah aku lebih utama dari Umar?" Rasul pun menjawab: "Umar lebih utama". "Lantas bagaimana dengan Utsman?" Rasul juga menjawab: "Utsman lebih utama". Rasulullah SAW menjawab pertanyaan-pertanyaan ‘Amr bin ‘Ash dengan jujur dan tanpa basa basi sampai-sampai ‘Amr bin ‘Ash menyatakan bahwa ia menyesal telah bertanya demikian.

Begitulah Rasulullah memberikan penghormatan terhadap siapapun. Sehingga sering sekali setiap orang yang hidup bersama beliau menduga bahwa ia adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Rasul tidak pernah mengurangi rasa penghormatan dan penghargaannya terhadap orang lain karena status sosial atau usia seseorang.

Kita tidak akan mungkin berbuat sama persis seperti yang dilakukan oleh Rasulullah. Akan tetapi Allah mengetahui juga menghargai setiap usaha dan kejujuran kita dalam mengikuti Sunnah NabiNya. Berusahalah memberi yang terbaik terhadap orang-orang disekitar kita! Teruslah menebar kebaikan, sekecil apapun kebaikan itu. Karena kita tidak pernah tahu amal kebaikan yang mana yang akan mengantarkan kita menuju tempat terindah yang kekal abadi bernama surga.

Benarlah Abu Darda’ RA yang mengatakan: "Celaan dari saudaramu itu lebih baik dari pada kehilangannya. Berilah (kebaikan) kepadanya dan berlaku lembutlah! Cukuplah kehilangannya saat nanti suatu hari kematian itu datang. Dan bagaimana mungkin engkau menangisi kematiannya sedangkan engkau jarang menunaikan hak-haknya ketika ia hidup"

Madinatul Buuts Islamiyah
Kairo, 6 Oktober 2010