Catatan Ramadhan Buruh Migran: "Allah Suka Air Matamu"

Tak terasa sudah tahun ketiga saya berpuasa ramadhan di negeri orang. Ruwais-Abu Dhabi, daerah paling barat dari negara Uni Emirat Arab. Letaknya yang dihimpit Rub Elkhali-dataran gurun pasir terluas didunia membuat suhu udara di daerah ini semakin panas saat summer seperti sekarang ini.

Ramadhan di kampung halaman memang penuh kenangan, setidaknya bertemu dan berdekatan dengan orang tua merupakan kenikmatan tersendiri bagi tiap anak manusia tak terkecuali saya. Tapi sebagai buruh migran saya menjadi terbiasa jauh dari orang tua, kampung halaman dan teman-teman sepermainan.

Hanya suasana ramadhan yang lebih khusyu yang perlahan mengikis rasa rindu saya akan ramadhan di kampung halaman sedikit menghilang. Daerah yang panasnya bisa mencapai di atas 50 derajat ini menjadi terasa sangat teduh saat ramadhan datang. Seluruh penghuninya berlomba untuk menunjukan wajah teramah, senyum termanis dan akhlak terbaik dalam setiap tindak tanduknya.

Di setiap sudut tempat terlihat orang-orang yang khusyu mentadaburi ayat-ayat-Nya dengan Alqur`an saku ditangan. Di bus station, di market, di kebun-kebun kurma, terlebih di dalam masjid, setiap orang meng-up date tilawah Alqur`annya. Setiap jiwa terhanyut oleh indahnya kalam-kalam Allah yang suci.

Selain berbuka puasa yang dibeberapa tempat disediakan free, waktusholat tarawih adalah salah satu saat-saat yang ditunggu oleh kebanyakan orang. Adalah Syeikh Yahya yang membuat setiap orang rindu akan tibanya waktu Isya. Imam besar masjid Central Ruwais ini orang Syiria. Perawakannya tinggi dan kokoh, wajahnya lembut tapi tidak menghilangkan ketampanannya khas pria-pria Syiria yang berkulit putih kemerahan.

Berpapasan dan bertatap muka dengannya saja sudah membuat hati ini tentram dan damai. Apalagi saat sholat tarawih berjamaah dengannya. Suaranya sangatlah merdu, bacaannya fasih dan makhraj serta tajwidnya sangatlah bersih. Hati terasa diaduk-aduk bila mendengar ayat-ayat Allah dibacakan dengan indah olehnya.

Rasa kantuk yang mencoba datang menghinggap di pelupuk mata menjadi hilang entah kemana. Saya terhanyut dan terbenam dalam keindahan bacaan dan kemerduan suara Syeikh Yahya. Tak salah jika banyak orang yang memilih shalat tarawih di masjid central ini setiap malamnya.

Padahal terdapat lima buah masjid di Ruwais Housing Compleks yang luas ini. Tapi orang-orang lebih suka berbondong bondong datang dan sholat berjamaah bersama Syeikh Yahya. Karena keindahan bacaan syaikh Yahya, waktu kurang lebih satu jam untuk menyelesaikan 11 rakaat tidak terasamembosankan.

Ada rasa senang dan bahagia saat Syeikh Yahya membacakan ayat-ayat kenikmatan surga. Hal ini tidak lain karena ayat-ayat itu dibaca dengan sangat merdu dan bertenaga. Tapi manakala ayat-ayat siksa dan azab Allah sedang dibaca, suaranya berubah drastis. Intonasi naik turun dan nadanya sedikit bergetar membuat hati ikut gentar karenanya.

Seperti seorang mesir yang berdiri di sebelah kanan saya tadi malam. Orangnya tinggi besar, tapi tubuhnya menggigil dan isaknya tertahan manakala bacaan Syeikh Yahya sampai di surat Al-A`raf.

"Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat. Bagi mereka tikar tidur dari api neraka dan diatas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim."

Tubuhnya semakin bergetar saat ayat-ayat selanjutnya dibaca "Para penghuni neraka menyeru para penghuni surga, "Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezki apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu." Mereka menjawab, "Sungguh, Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir." (Yaitu) Orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini (kiamat), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami"

Melihat orang mesir ini mengingatkan saya pada para sahabat yang sosoknya bagai singa padang pasir saat di medan pertempurantapi hatinya berubah menjadi lemah lembut saat berhadapan dengan ayat-ayat Allah.

Umar bin Khattab adalah orang yang paling keras dan sadis di zamannya sampai ada kisah pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya karena malu. Asy-Sya`bi mengisahkan suatu hari Umar mendengar seorang laki-laki membaca sebuah ayat yang artinya

“Sesungguhnya azab Rabbmu pasti terjadi. Tidak seorang pun yang dapat menolaknya.” [QS. Ath-Thur: 7-8].

Seketika Umar pun menangis dan tengisnya semakin menjadi-jadi. Maka ditanya oleh para sahabat tentang hal tersebut. Ia pun menjawab, “Tinggalkan aku sendiri! Karena aku telah mendengar sumpah yang haq itu dari Rabbku.”

Al-Marwadzi menuturkan bahwa Imam Ahmad jika mengingat kematian, air matanya tak dapat tertahankan. Ia berkata, “Ketakutan menghalangi aku dari makan dan minum. Apabila aku mengenang kematian menjadi hinalah seluruh isi dunia di hadapanku. Sesungguhnya ia hanyalah makanan dan pakaian (yang tiada artinya dibandingkan dengan yang ada di akhirat). Sesungguhnya hari-hari di dunia adalah hari-hari yang sedikit tidak sebanding dengan kefakiran, kalau sekiranya aku menemukan suatu jalan niscaya aku akan keluar dari jalan tersebut sehingga aku tidak akan pernah mengenang kematian.”

Dari Syaqiq bin Salamah, dia berkata, “Kami pernah masuk ke rumah Khabbab radhiyallahu’anhu untuk menjenguknya, lalu Khabbab berkata, ‘Di dalam kotak ini ada 80 ribu dirham. Aku tak pernah mengikatnya dengan tali, dan tidak pula menahannya dari orang yang meminta.’ Kemudian orang-orang bertanya, ‘Lantas apa yang membuat anda menangis?’ Khabbab menjawab, ‘Para sahabatku telah pergi, dan dunia tidak membuat mereka kekurangan sedikit pun (karena zuhud). Lalu tersisalah orang-orang seperti kita (yang hidup bergelimang harta) sampai-sampai tidak mendapatkan tempat untuk menaruhnya kecuali tanah’.” [diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim, dan riwayat lain yang menguatkannya ada di Shahih al-Bukhari]

Dari Abu Umamah Shuday bin `Ajlan al-Bahiliy r.a Nabi Saw. bersabda, "Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah dari dua tetesan. Beliau menyebutkan, satu diantaranya adalah tetesan air mata yang keluar karena takut pada Allah Swt." (H.R Tirmidzi).

Masih banyak hadist dan kisah-kisah para sahabat yang menceritakan betapa mudahnya air mata mereka bercucuran manakala dibacakan ayat-ayat Allah. Sungguh air mata itu mahal nilainya, hanya orang-orang bijak yang akan menumpahkan air matanya diwaktu dan tempat yang tepat.

Nah bagaimana dengan kita kawan? Sudah berapa banyakkah air mata kita yang tumpah karena takut akan siksa Allah? Sudah berapa seringkah air mata kita bercucuran saat membaca ayat-ayat Allah? Tentunya setiap diri lebih mengetahui keadaan masing-masing.

Mulai saat ini mari kita lebih hati-hati menumpahkan air mata. Bijak dalam mengeluarkan air mata merupakan pertanda jernih dan lembutnya hatiseorang hamba. Menangis tidak selamanya tanda cengeng, tapi tangisan yang keluar karena kebaikan adalah pertanda kebesaran jiwa, tanda kesadaran akan hakekat diri yang sesungguhnya, tanda cinta yang tulus dan tanda seorang yang takut akan siksa Tuhannya.

Duhai sahabat, sungguh Allah suka air matamu
Wallahu A`lam

Ramadhan Kareem

Ruwais, Abu Dhabi