Korban Pertemanan

Kita semua tentu mengetahui bahwa pengaruh teman terhadap seseorang sangat terasa dan tidak diragukan lagi. Teman dengan berbagai karakternya, sedikit banyaknya mempengaruhi seseorang atau mewarnainya. Ia akan mempengaruhinya, baik ia sukai atau tidak, disadari atau tidak. Karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuntunkan kita dalam sabdanya:

“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan memberi minyak wanginya kepadamu atau engkau membeli darinya atau engkau hanya akan mencium wanginya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap“. (HR.Bukhari dan Muslim)

Sebagaimana pembawa minyak wangi, kadang ia memberi minyak wangi kepada orang yang di dekatnya atau orang yang di dekatnya bisa membeli minyak wangi darinya atau kalau tidak, ia akan mencium aroma harum walau hanya sekedar dekat dengannya, maka demikian pula teman yang baik, bisa jadi ia berbuat kebaikan kepada kita, atau kita mengambil kebaikan darinya atau kita terpengaruh dengan kebaikannya. Adapun teman yang jelek, ia akan berbuat kejelekan kepada kita atau kita terpengaruh dengan kejelekannya, sebagaimana kalau kita mendekati tukang pandai besi, bisa jadi akan terbakar pakaian kita atau paling tidak, kita merasakan aroma yang tidak sedap darinya.

Bukti dari ucapan nabi ini nyata. Saya, anda dan kita semua pasti merasakannya. Ketika kita bergabung dengan orang -orang yang suka ngrumpi atau ghibah, awalnya kita pasti risih mendengarnya tapi seiring waktu, karena sering nimbrung dengan mereka, eh, malah menikmatinya juga.

Sebaliknya ketika ada orang yang nggak demen bicara agama bahkan merasa gerah ketika mendengar orang berbicara tentang agama, tapi ketika sering bergabung dengan orang-orang yang pembicaraan sehari-hari mereka tentang agama, lambat laun orang tadi yang awalnya merasa risih mendengar pembicaraan mereka, akhirnya menjadi suka dengan pembicaraan mereka bahkan ketagihan, sehingga bertambahlah ilmunya dan ketakwaannya.

Karena itu seorang teman sangat berpengaruh terhadap agama dan akhlak seseorang. Ia bisa menyulap seorang yang shalih menjadi thalih (jelek) dan nabil (cerdas) menjadi jahil, begitu juga sebaliknya. Dan ini yang saya saksikan sendiri dengan mata kepala saya sendiri.

Dulu ketika saya masih di SMU, saya memiliki teman yang sama-sama telah dikenalkan dakwah dan tarbiyah, kebetulan ia juga teman sekelas saya di kelas satu. Ketika itu saya bahu-membahu bersamanya di rohis (rohani islam), pokoknya dua "aktivis" yang kompak (hehehe, ini menurut saya lho, bukan kata orang). Sayang di kelas dua kami berdua terpisah, tidak satu kelas lagi, kami sudah berlainan kelas.

Di awal-awal kelas dua ia sudah tidak lagi aktif di rohis, tapi kalau melihat lahiriyahnya, masih "ikhwan", insya Allah, karena kami juga masih sering bertemu dan berbincang walaupun tak sesering ketika ia masih aktif di rohis dulu. Saya tanyakan kepadanya sebab ketidakaktifannya lagi di rohis, ia menjawab bahwa ia sibuk dengan pelajaran. Ketika itu saya belum melihat perubahan padanya, hanya saja, saya sering melihatnya berbincang-bincang dengan anak-anak gaul (bukan gaul islami tentunya).

Selang beberapa bulan tak ada kontak antara kami, entah karena saya yang sibuk atau ia yang sibuk, padahal kelas kami tak terlalu jauh, tiba-tiba saya dikejutkan kabar yang dibawa teman sekelasnya, temannya mengabarkan saya bahwa teman saya ini sudah bergabung dengan grup band anak-anak gaul yang baru-baru ini dekat dengannya. Masya Allah, alangkah cepatnya hati berubah!..Kemana ilmu yang sudah ia pelajari selama ini? Entahlah, mungkin ia sudah lupa atau melupakannya.

Dan yang lebih "fantastik" lagi adalah yang diceritakan teman saya. Ia memiliki teman yang sangat semangat mempraktekan Sunnah Nabi, selain itu, ia juga sangat bangga dengan identitas keislamannya, bila pergi kemana-mana ia selalu memakai gamis pakistan dan ia tak canggung dengan pakaiannya itu. Suatu hari temannya ini melamar pekerjaan di sebuah pabrik dan akhirnya diterima. Ketika memasuki dunia barunya di pabrik ia tetap semangat menjalankan agamanya, ia selalu menjaga shalat berjamaah bahkan ia juga tetap bangga dengan gamis pakitan yang ia kenakan, sesuatu yang tentu saja asing di lingkungan pabriknya.

Kemudian selang empat bulan setelah ia diterima bekerja di pabrik itu, teman saya berkunjung ke pabriknya untuk melepas rindu bertemu dengannya. Nah, ketika teman saya melihat temannya itu, ia kaget bukan main, ia seolah-olah tak percaya dengan apa yang ia lihat, seakan-akan ia tak yakin kalau orang yang ia lihat adalah temannya yang dulu. Mengapa? Ia menyaksikan teman-temannya sedang bermabuk mabukan miras dengan sekelompok pekerja di situ, terlihat anting ditelinganya dan gamis pakistan yang dulu sering ia pakai telah diganti dengan baju dan celana jeans yang banyak sobekan! Apakah ia temannya yang dulu atau seorang preman?! sangat mengenaskan!

Teman saya bingung melihat pemandangan yang aneh itu, kemudian ia perhatikan lingkungan pabrik tadi, ternyata memang tidak menunjang seseorang untuk istiqamah dalam agamanya, orang-orangnya bebas bermaksiat, mau mabuk-mabukan bisa, mau berzina pun bisa! Naudzu billah min dzalika!.. Akhirnya teman saya mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan temannya dan langsung pulang ke rumahnya.

Masih banyak lagi contoh seperti itu yang bisa kita kumpulkan dari orang-orang terdekat kita, apakah itu keluarga kita atau sahabat-sahabat kita, maupun orang lain. Seluruh kasus itu memberi kita pelajaran penting bahwa pengaruh buruk dari pergaulan yang salah memang membawa korban tanpa pandang bulu, apakah itu orang yang saleh seberapa pun tingkat kesalehannya dan apakah ia orang yang berilmu, seberapapun keilmuannya, kecuali yang Allah rahmati dan selamatkan.

Melihat kenyataan seperti itu, maukah kita menjadi korban berikutnya? Kalau tidak, mari kita bergabung bersama kafilah orang-orang yang baik, bahu-membahu bersama mereka menuju tempat yang diridhai-Nya, di surga naim. Amin…

Jakarta, 9 Sya`baan 1431/21 Juli 2010
[email protected]