Maka Berhati-hatilah di Jalan

Di pagi yang sejuk tadi, saya berangkat ke kampus. Sesampainya di sana, ketika baru saja saya menginjakkan kaki di kelas dan baru saja saya sedikit berbincang dengan teman, tiba-tiba ada seorang teman yang mengabarkan bahwa ada kecelakaan di depan kampus.

Seorang akhwat, yang juga mahasiswi di tempat saya kuliah, tertabrak bus Transjakarta, atau yang lebih dikenal busway. Innaa lillahi wainnaa ilaihi rajiun. Karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi, saya pun hanya bisa melihat TKP ( Tempat Kejadian Perkara) dari lantai kedua kampus.

Kemacetan terlihat sangat panjang di depan kampus. Sudah tidak terlihat akhwat yang tertabrak itu dan tidak terlihat pula bus Transjakarta yang menabraknya, mungkinkah ia telah dibawa ke rumah sakit? Saya berdoa semoga Allah melindungi dan menyelamatkannya.

Teman saya yang kebetulan dekat dengan TKP tatkala peristiwa naas itu terjadi bercerita kepada saya, bahwa ketika ia hendak menolong si akhwat itu, ia mendapatinya masih sadarkan diri, ia mengerang kesakitan, jilbab lebar yang dikenakannya sudah bersimbah dengan darah. Akhirnya dievakuasilah ia menggunakan mobil menuju rumah sakit terdekat.

Mendengar kejadian itu tak terasa kesedihan dan rasa kasihan menyelimuti hati ini. Bayangkan saja, yang mengalami musibah ini adalah seorang akhwat yang tentu saja makhluk yang “lemah”. Apalagi ia seorang mahasiswi /penuntut ilmu syar’i yang tentu saja memiliki nilai plus, dikarenakan manfaat yang akan ditebarkannya kepada umat. Meskipun begitu, itulah takdir Allah, wajib kita terima dengan penuh keridhaan dan lapang dada, karena setiap musibah yang terjadi, pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya.

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Ath-Taghaabun: 11)

‘Alqomah menjelaskan maksud dari “dan siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya”, beliau berkata, “Itu adalah seorang yang tertimpa musibah, lalu ia menyadari kalau itu datang dari sisi-Nya, maka ia pun ridha dan menerimanya.”

Dan Nabi kita صلى الله عليه وسلم juga bersabda, “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Dia pasti akan memberinya musibah. “ (HR. Bukhari)

Kecelakaan seperti itu bukan hanya sekali ini saja, melainkan sudah berkali-kali. Sejak lima tahun terakhir, mungkin sudah lebih dari lima kali kecelakaan menimpa para mahasiswa yang hendak menyeberangi jalan di depan kampus. Dan yang paling banyak menjadi korban adalah mahasiswinya.

Sebenarnya pihak kampus siap membangun jembatan penyeberangan untuk lebih menjaga keselamatan para mahasiswa dan mahasiswi yang akan menyeberang menuju dan keluar kampus, akan tetapi, entah karena pertimbangan apa, pemda tidak mengabulkannya.

Walaupun begitu, saya tetap husnuzhan, mungkin saja pihak pemda memiliki pertimbangan atau kemaslahatan yang tidak saya ketahui, sehingga mereka tidak mengizinkan pembangunan jembatan penyeberangan di depan kampus.

Terlepas dari kesalahan siapakah kecelakaan tadi pagi, apakah karena si akhwat yang lengah, atau pengemudi busway yang lalai, atau pemda yang kurang tanggap dengan keselamatan pengguna jalan, kita, sebagai pengguna jalan, harus berhati-hati dalam menyeberang di jalan.

Sikap kehati-hatian itu sebaiknya (atau seharusnya) dimulai ketika kita keluar dari rumah menuju tempat kita belajar atau bekerja, yaitu dengan berdoa.

Bukankah kita dianjurkan untuk membaca doa ketika keluar rumah dan ketika akan menaiki kendaraan? Nabi kita صلى الله عليه وسلم bersabda, “ Siapa yang membaca tatkala keluar rumah: بسم الله توكلت على الله ولاحول ولاقوة إلا باالله (dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, dan tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah), maka dikatakan kepadanya, ‘Kamu telah diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga dari segala keburukan. ‘ dan syaithan pun menjauh darinya. “ (HR. Abu Daud dan lain-lain)

Kemudian pula, tatkala di dalam perjalanan menuju tempat yang dituju, hendaklah kita menjaga pikiran kita agar tidak kosong. Dalam kejadian tadi pagi, saya tidak tahu, apakah akhwat itu melamun ketika menyeberang sehingga tidak menyadari ada bis yang akan lewat atau karena sebab lainnya sehingga terjadi peristiwa naas itu.

Sampai saya mengakhiri tulisan ini, si akhwat masih terbaring kritis di rumah sakit dengan luka yang sangat parah.

Bersabarlah ya ukhti, mudah-mudahan Allah cepat menyembuhkanmu, sehingga memberimu kesempatan untuk berkumpul kembali dengan keluarga dan sahabat-sahabatmu…

Semoga lukamu cepat sembuh, ya ukhti, agar kamu bisa kembali memetik ilmu yang bermanfaat untukmu, keluarga dan umatmu…

Bergembiralah, ya ukhti, kamu tidak sendirian, doa kami di sini-insya Allah-senantiasa menyertaimu…

Jakarta, Ba’da shalat Isya, 25 Dzulqa’dah 1431/1 November 2010

anungumar.wordpress.com