Arti Sebuah Tanggung Jawab

Suatu hari saya datang ke kantor shiyakusho (kantor pemda) Kyoto untuk mengurus dokumen kependudukan. Dokumen tersebut diperlukan sebagai syarat administrasi sewa rumah di daerah Rokujizo, Jepang.

Saya sangat terkesan saat berhadapan dengan petugas shiyakusho, yang notabene adalah pegawai pemerintah (PNS). Ketika itu, saya minta sertifikat kependudukan lima lembar untuk lima anggota keluarga saya. Petugasnya bilang "kenapa musti lima lembar? Ini kan bisa dijadikan satu saja".

Meski sebenarnya saya sudah diwanti-wanti oleh orang kantor perumahan agar bawa lima lembar, namun akhirnya saya menuruti usul pegawai shiyakusho tadi, karena lebih efisien, bayarnya hanya selembar saja yaitu 350 yen (Rp 40.000/lembar), itu penghematan sekali bila dibanding harus bayar lima lembar sertifikat.

Sekembalinya ke kantor perumahan, ternyata mereka tidak mau menerima dokumen yang saya bawa, karena jumlah dokumennya tidak sesuai dengan yang mereka perlukan. Kemudian petugas perumahan tersebut meminta saya kembali lagi ke kantor shiyakusho.

Sesampainya di kantor shiyakusho, petugas jaganya kaget melihat saya datang kembali. Kemudian petugas tersebut menelpon kantor perumahan. Dalam pembicaraan yang sempat saya dengar, dia mendebat orang perumahan mengenai persyaratan yang memberatkan warganya. Katanya, "kalau bisa dijadikan satu kenapa harus lima?" Menariknya lagi, dia bilang bahwa dengan meminta lima lembar sertifikat berarti akan memboroskan uang konsumen.

Diakhir pembicaraan, orang shiyakusho menang. Keputusannya adalah cukup satu lembar sertifikat saja dengan sedikit revisi. Setelah dicetak, petugas shiyakusho memberikan dokumen baru tersebut pada saya secara gratis. Saya bersyukur karena biaya yang dikeluarkan akhirnya jadi berkurang.

Ada yang membuat saya kagum, ketika pamit dari kantor shiyakusho, petugasnya meminta maaf sambil membungkuk beberapa kali karena telah membuat saya dua kali datang ke kantor tesebut.

Saat itu saya tertegun. Ini pegawai shiyakusho sangat "luar biasa". Dia telah membantu saya habis-habisan, namun malah minta maaf pada saya. Sebenanrya dia bisa saja menuruti kemauan dari orang perumahan dengan mencetak sertifikat lima lembar. Urusannya akan jadi cepat beres, tidak perlu menelpon, tidak perlu berdebat dan pemasukan buat kantor shiyakusho akan lebih banyak.

Itulah yang ada dibenak saya seandainya saya ada di posisi dia. Tapi di luar dugaan, ternyata dia tidak begitu, dia lebih memilih untuk membela kepentingan warganya sampai berhasil. Bagi dia, tanggung jawab sebagai pamong yaitu "pelayan masyarakat" harus dikedepankan dan ditunjukkan pada saat seperti itu.

Pembaca yang budiman,

Sulit rasanya menemukan orang yang seperti petugas shiyakusho tadi, di negeri kita tercinta yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sering kita jumpai, hal-hal yang harusnya gampang malah dipersulit, sehingga urusan menjadi panjang dan memakan biaya besar. Padahal Rosululloh telah bersabda "permudahlah urusan orang, jangan dipersulit!"

Hari itu saya mendapatkan pelajaran "arti sebuah tanggung jawab" dan bagaimana menjadi seorang pelayan masyarakat yang baik. Semoga kita bisa menjadi orang yang bertanggung jawab dalam menjalankan tugas/amanah. Selebihnya, mudah-mudahan kita bisa membantu dan mempermudah urusan orang lain.
Amien.