Bantu Aku Ketika Sedang Berbuat Zalim

Hadis riwayat Jabir bin Abdullah رضي الله عنه, ia berkata: Dua orang pemuda, yang satu dari golongan Muhajirin dan yang lain dari kaum Ansar, saling berbaku-hantam. Seorang dari kaum Muhajirin berteriak: Wahai kaum Muhajirin! Dan seorang dari Ansar juga berteriak: Wahai orang-orang Ansar! Kemudian keluarlah Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan berkata: Ada apa ini? Kenapa harus berteriak dengan seruan jahiliah? Mereka menjawab: Tidak ada apa-apa wahai Rasulullah! Kecuali ada dua pemuda yang berkelahi sehingga seorang dari keduanya memukul tengkuk yang lain. Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: Kalau demikian, tidak apa-apa! Tapi hendaklah seseorang itu menolong saudaranya yang lain baik yang zalim maupun yang dizalimi. Kalau ia berbuat kezaliman hendaklah dicegah karena begitulah cara memberikan pertolongan kepadanya dan apabila dizalimi maka hendaklah ia membelanya. (HR Bukhari-Muslim)

Bantulah saudara kita ketika sedang dizalimi maupun ketika sedang berbuat zalim.

Dalam kacamata umum, melihat/mengetahui ketika saudara kita sedang dizalimi merupakan suatu hal yang mungkin relatif mudah, (terlepas dari apakah nanti bisa membantu/menolongnya dari penindasan/penzaliman).

Namun, hal yang lebih sulit yaitu ketika kita membantu saudara kita ketika ia sedang berbuat zalim. Baik itu menzalimi dirinya sendiri maupun ketika ia sedang menzalimi orang lain.

Terkadang, muncul perasaan tidak enak, merasa sungkan, khawatir tersinggung, takut salah, dll. Padahal, budaya saling mengingatkan itu merupakan bagian dari kaum muslimin semenjak dulu. Bahkan, seharusnya, kita sebagai seorang muslim, meminta dinasihati/diingatkan.

Seorang manusia pasti tidak terlepas dari ke-khilaf-an. Kesempurnaan seorang manusia bukanlah karena ia tidak pernah salah, namun ketika ia menjadi ingat ketika melakukan kesalahan.

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS. Al-A’raaf: 201)

Ada beberapa catatan yang mungkin bisa kita lakukan ketika berusaha mengingatkan saudara kita.

• Awali dengan niat yang suci, lurus karena Allah agar saudara kita tersadar dari perbuatan khilafnya, mengingatkan bukan untuk memalukannya, maupun membuatnya merasa terpojok dengan merasa diri sebagai orang yang paling benar dan membuatnya seakan-akan dia adalah manusia yang paling bersalah di dunia ini

• Gunakan hati, karena hati hanya bisa disentuh oleh hati pula. Bukan sekedar kata-kata kering yang meluncur dari lisan yang tidak dibalut cinta, dan bukan berasal dari pribadi yang memiliki rasa sayang kepada sesama saudara

• Sebisa mungkin buatlah peringatan tersebut menjadi sebuah peringatan pribadi, atau diingatkan secara personal, untuk menghindari rasa malu dan juga sifat membela diri secara berlebihan. Namun jika memang diperlukan, sebagai pelajaran bagi saudara-saudaranya yang lain, tidak ada salahnya mengingatkannya secara umum dan terbuka, namun tidak diarahkan langsung ke orang yang bersangkutan.

• Kalau perlu marah, marahlah. Lakukan pada orang yang tepat, diwaktu dan tempat yang tepat, dengan kadar yang tepat, dan karena alasan yang tepat pula.

• Gunakan metode-metode yang mungkin dilakukan, dengan melihat skala dari kezaliman dan kemampuan yang kita miliki. Mencegah kezaliman dengan tangan (kekuasaan, -red), atau mencegahnya dengan lisan atau perkataan (termasuk juga melalui tulisan).

• Bersikap bijaklah dalam memandang suatu permasalahan. Milikilah ilmu dan pandangan yang luas dalam bersikap, karena bisa jadi, peringatan yang kita lakukan malah membuat masalah menjadi semakin besar, atau bisa juga malah menciptakan suatu permasalahan baru. Beberapa hal yang bersifat parsial, cabang maupun tambahan seharusnya tidak lebih diutamakan dari hal-hal yang bersifat pokok dan prinsipil.

• Terakhir, sadari, bahwa setiap insan memiliki potensi untuk berbuat salah, dan terkadang ia/mereka tidak melihat/mengetahui ketika berbuat salah. Bukankah orang yang berada dalam hutan tidak dapat mengetahui gambaran hutan secara keseluruhan. Karena itu, dibutuhkan semangat saling ingat-mengingatkan, bantu-membantu dalam bingkai iman dan rasa cinta karena Allah.

Janganlah ragu tuk membantuku ketika diriku sedang berbuat zalim…

“… Kalau ia berbuat kezaliman hendaklah dicegah karena begitulah cara memberikan pertolongan kepadanya…”


Jakarta, 22 Januari 2008

http://genkeis.multiply.com