Belajar Sabar dari Pengeruk Salju

pengeruk saljuOleh: Syaripudin Zuhri

Kreok-kreok, sru-sruk…. Suara itu terdengar di pagi-pagi buta, di saat orang orang masih terlelap dalam tidur dan mimpi-mimpinya yang indah. Seorang perempuan tua dengan sekop di tangannya sedang mengeruk salju di musim dingin, dan mungkin susah dibayangkan di negara yang beriklim tropis, tapi di negara yang mengenal empat macam musim, hal itu akan ditemui di sepanjang musim dingin, siapa itu? Pengeruk salju.

Maka jika kau  merasa menderita atau tak merasa bahagia, gimana orang-orang yang sedang dilanda peperangan, dan perang itu  di musim dingin. Coba lagi kau bayangkan para petugas pengeruk salju di musim dingin di Rusia atau di Negara-negara lain yang mengenal empat musim, mereka  berjam-jam di luar rumah mengeruk salju, dan pengeruk salju bukan seorang laki-laki, tapi seorang perempuan paruh baya.

Di tengah-tengah salju dan suhu udara yang sangat dingin, suhu minus bisa sampai 30 derajat C. Coba bayangkan, kau yang berada di kamar atau di dalam rumah saja  merasa kedinginan, nah mereka berjam-jam di luar rumah, sambil kerja, di tengah- tengah hujan salju mereka tetap bekerja.

Kadang-kadang di pagi-pagi buta mereka sudah mengeruk salju, sementara orang lain sedang terbui oleh mimpi-mimpi yang indah, nah lebih menderitakah kau di banding mereka? Kalau kau merasa lebih menderita, “terlalu!” minjam kata Rhoma Irama.

Coba lagi kau lihat orang-orang yang dilanda kelaparan, karena kekeringan, makan saja susah, mencari sesuap dua suap nasi saja susahnya  minta ampun, loh kamu itu seringkali bahkan kekenyangan, akibatnya badanmu semakin kegemukan, tidak seimbang antar tinggi badan dan berat badanmu! Nah masihkah kau merasa menderita? Padahal karunia Allah SWT begitu banyak telah kau terima, hingga kau tak mampu menghitungnya. Masihkah kau mengeluh?

Kalau kau merasa sendirian di rantau, jauh dari sanak keluarga di Tanah Air Indonesia  atau di kampung halaman,  dan merasa  tidak bahagia, coba kau perhatikan dan kau bayangkan orang-orang yang hidupnya di penjara, mereka bertahun-tahun hidup di penjara, bahkan ada yang sampai seumur hidup,  bahkan banyak yang sampai mati di dalam penjara!

Mereka yang hidup di penjara,  yang mereka hadapi hanya tembok-tembok yang membeku, dingin dan kehidupan yang sangat keras, makan yang sudah ditakar, tak ada kebebasan, tak bisa pergi seenaknya, tak  bisa  berkunjung ke sanak keluarga, teman dan kerabat semaunya. Mereka tak bisa kemana-mana, tidur di tempat yang kotor, nyamuk, tumbila, tikus dan lain-lain  adalah teman sehari-hari.

Banyak para narapidana yang tak seharipun bisa bertemu dengan sanak keluarganya, tidak bisa bertemu anak dan istrinya. Masihkah kau merasa lebih menderita atau tidak bahagia? Jika jawabanya “ ya” keterlaluan, mengapa? Loh kau masih bisa kemana-mana, pergi kemana saja yang kau suka, tidur masih di kasur yang empuk, tak bertumbila dan tak bernyamuk, hangat, bersih dan sebagainya. Masih bisa makan yang enak-enak, bisa mencari hiburan, punya pakaian dan lain-lain.

Masihkah kau mengeluh, sementara banyak orang lain yang hidupnya begitu menderita, merana dan penuh dengan kekurangan. Coba lihat lagi orang-orang yang masih kurang beruntung, yang hidupnya di pinggir-pinggir sungai, dengan rumah-rumah kumuh, bahkan banyak yang hidup di tengah-tengah pembuangan sampah dan mengais kehidupan dari sana.

Ayo bangkitlah, jalan hidup masih panjang, umur masih ada, kaki dan tangan masih kau miliki, anggota tubuh yang lainnyapun masih lengkap, itu adalah modalmu yang sesungguhnya untuk menyongsong hari depanmu. Tak ada kata menyerah dan kalah untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Soal hinaan dan caci maki orang lain, itu hal biasa dalam hidup.

Jangankan kau yang manusia biasa, yang penuh khilaf dan alpa, seorang Nabi atau Rosul yang benar-benar dilingdungi Allah SWT dari khilaf dan kealpaan, banyak yang menghinanya, mencacinya, bahkan hinaan tersebut lebih dari luar batas kemanusiaan, dengan cara membunuhnya! Tentu saja yang melakukan adalah orang-orang yang kafir, yang ingkar akan ajaran-ajarannya.

Jadi mengapa harus takut? Mengapa terus menerus mengeluh, semantara banyak sekali orang yang kehidupanya tak seberuntung kau. Ayo terus bangkit dan berjuang selama hayat masih dikandung badan. Perjuangan tentu tidak dengan senjata, karena bukan suasana perang, tapi dengan pikiran, hati dan bisa dengan tulisan. Ya di era digital sekarang ini, dimana banyak sekali pemikiran-pemikiran yang “simpang siur” di jagat maya, mau tak mau harus dilawan,  dan melawannya tentu bukan dengan keluhan, tapi semangat yang penuh keikhlasan dan kesabaran.

Dari mana belajarnya? Ya dari cerita di atas, dari para pengeruk salju, yang dengan penuh kesabaran, dan karena itu memang pekerjaannya, dilakoni, dijalani dan tanpa keluh! Jadi dari perempuan tua pengeruk salju di musim dingin yang membekukan, juga bisa ditarik pelajaran dan belajar darinya.

Bagi yang ingin mendapatkan kumpulan karya oase Iman di rubrik eramuslim, bisa kunjungi link di bawah ini : Resensi Buku : Cerita yang Menjadi Guru, miliki Menembus Batas Logika, Kisah Terbaik Oase Iman…