Berjuang Keras Untuk Satu Isteri

Oleh : Zidni T. Dinan

Eramuslim.com – Saya teringat sebuah dialog dengan “Sang Direktur” di salah satu instansi, dia memiliki posisi yang cukup strategis, dan cukup basah kata kebanyakan orang. Kami bersilaturahim ke rumah beliau dan isterinya, obrolan pun mengalir hangat dan sangat penuh kekeluargaan.

“Sudah makan malam belum nih, aku siapkan ya?” ujar sang isteri.

“Tidak usah Bu, 15 menit yang lalu kami barusan makan malam di Warung Lawu!” balasku.

“Ah, Warung Lawu! Kok mau sih makan di restauran itu?” tanyanya gemas.

“Memangnya kenapa bu, haram?” tanyaku penasaran.

“Kita sih ibu-ibu di sini udah pada boikot itu restauran, karena yang punya itu restauran ‘doyan isteri banyak’! Wah enggak bakalan deh makan di situ lagi!” Sambil tertawa renyah dan Sang Direktur mengiyakan isterinya dengan tersenyum manis.

Tak disangka dialog semakin hangat dan mengalir ke sisi perilaku umum para pejabat di instansi Sang Direktur berkantor, dimana terdengar, banyak dari pekerja ataupun pejabat yang melakukan hubungan tak wajar. Mereka dengan mudahnya menyebut si fulan ini, si fulan itu punya simpanan di sana-sini di luar nikah, entah dengan wanita tuna susila, dengan karyawatinya atau pun rekan selingkuhan. Isteri sang direktur itu sangat antusias menceritakan kasus “mereka”, dan ibarat nara sumber lah sang isteri tersebut, sambil diikuti tawa dan senyum dari suaminya layaknya suami setia di samping isterinya. Di sisi lain hatiku menolak melanjutkan pembicaraan semacam ini, “tidak ada manfaatnya dan hatiku gerah,” gumamku.

“Kalau saya gimana, ibu yakin enggak?” Tanya Sang Direktur kepada istrinya.

“Kalau saya sih yakin sekali suamiku tak begitu loh. Bapak sudah berkali-kali ikrar untuk enggak kayak gitu kan”. sambil mereka berdua saling berpegang tangan mesra, begitu pun sambutan suaminya dengan senyuman.