Biarlah Rindumu Kau Bawa Hingga ke Tidur Panjangmu

Pagi itu saya masih tiduran santai dikamar kost yang mungil, tiba -–tiba ada bunyi sms di Hp saya. Saya segera mengambil Hp dan membuka isi sms yang ternyata dari kakak saya yang dikampung. “Innalillahi Wainna Ilaihiroojiun….” Spontan kalimat itu keluar dari bibir saya sementara hati saya sangat kaget, sedih dan terharu. Isi sms dari kakak saya itu ternyata kabar duka tentang meninggalnya salah satu kerabat saya yang masih berusia 13 tahun.

Dia adalah anak lelaki yang baru duduk dikelas 5 SD, anak pertama dari salah satu kerabat saya (cucu dari sepupu saya). Sejak dia berusia balita kedua orangtunya sudah berpisah (Cerai). Entah apa penyebabnya, mungkin alasannya kalsik yaitu perbedaan prinsip, saya tidak tahu pasti. Selama sepuluh tahun lebih Angga tinggal bersama neneknya dikampung sedangkan mamanya lebih sering merantau ke jakarta untuk memberikan jasanya kepada orang yang memerlukan jasanya untuk mengurus pekerjaan rumah mereka. Itu semua ia lakukan demi menghidupi anak semata wayangnya kala itu.

Dari kecil sudah terbiasa hidup terpisah dari kedua orang tuanya dan mungkin itu yang membuat dia berpikir lebih dewasa dari anak -–anak seusianya. Waktu itu meski dia masih Tk, tapi dia sudah belajar memelihara hewan ternak seperti ayam dan entok (dalam bahasa jawa). Bahkan dia mampu memahami mana hewan piaraanya dan mana yang milik neneknya. Ternyata dibalik pembawaannya yang pendiam itu dia mampu berpikir dewasa untuk membantu beban mamanya yaitu dengan mengumpulkan uang yang ia punya untuk belajar beternak. Dengan tujuan apabila sewaktu -–waktu dia butuh uang maka dia bisa menjual hewan ternaknya itu tanpa meminta kepada mama atau neneknya.

Usianya semakin bertambah maka semakin bertambah pula pola pikirnya. Di usianya yang sudah 13 tahun, dia sudah mulai memikirkan tentang kehidupan sehingga dia merasa membutuhkan dan kangen terhadap bapak kandungnya yang sudah bertahun-tahun berpisah dan hampir lost contac. Sampai pada suatu saat dia sakit parah dan berhenti sekolah, dia terpaksa harus tinggal kelas karena selama berbulan-bulan sakit dan tidak bisa masuk sekolah.

Meskipun sempat dia sembuh dan ketika lebaran kemarin dia sudah terlihat lebih sehat dan ikut berkeliling bersilaturahmi ke tetanga-tetangga bersama saudara-saudaranya yang lain. Waktu itu saya ikut bersyukur ternyata Allah masih memberi kesembuhan padanya. Apalagi jika melihat mukanya yang kelihatan berseri-seri waktu itu, saya makin terharu. Tapi ternyata Allah memilki rencana lain, Lebaran itu adalah lebaran terakhir kali untuk dia dan terakhir kali saya melihatnya.

Beberapa bulan setelah lebaran saya sudah kembali lagi bekerja di Jakarta, secara saya tidak tahu lagi bagaimana perkembangan kesehatannya saat itu. Yang saya tahu mamanya sudah menikah lagi dan waktu lebaran sudah mengandung beberapa bulan dan mereka hidup rukun dengan bapak tirinya yang baru. Senang saya mendengar cerita tentang keakraban dia dengan bapak tirinya yang mana dulu dia sempat tidak setuju jika mamanya menikah lagi. Waktu itu dia sedang sakit parah, menyadari kondisi kesehatnnya yang sudah minim dia mengatakan kepada mamanya bahwa mamanya boleh menikah tapi kalau Allah sudah memanggilnya.

Tapi Allah maha pembolak-balik hati bagi hamba yang dikehendakinya, maka menikahlah mamanya dengan seijin dia. Sampai pada suatu hari saya mendapat sms dari kakak saya bahwa mamanya melahirkan 2 anak perempuan kembar tetapi yang satu lahir secara normal di rumah dengan dibantu bidan dan dukun beranak sedangkan yang satunya lagi harus lahir secara Caesar di Rumah sakit karena detak jantungnya yang lemah. Jarak Rumah sakit itu cukup jauh sekitar 30 km dan jika ditempuh dengan kendaraan roda empat sekitar 1,5 jam. Saat itu perasaan saya campur aduk, seneng, sedih, cemas dan haru.

Beberapa hari setelah mamanya melahirkan saya dapat kabar bahwa mamanya masih harus dirawat dirumah sakit. Sedangkan adik kembar yang kedua sudah dibawa pulang. Dalam keadaan kesehatan yang belum terlalu pulih dia harus membantu neneknya untuk merawat kedua adik kembarnya. Meskipun usianya masih sangat belia namun tanggung jawabnya begtu tinggi untuk merawat kedua adiknya. Ternyata sebelum ibunya melahirkan mereka sudah berencana untuk bersilaturahmi ke bapak kandungnya yang mana sudah sangat dirindukannya. Untuk kesekian kalinya Allah berkehendak lain atas dirinya.

Selama beberapa hari bahkan mungkin sudah hitungan minggu, setiap malam dia harus siap terjaga untuk mangganti popok maupun membuatkan susu untuk adeknya sementara anak-anak seusianya yang lain masih tertidur pulas tanpa rasa was-was. Tapi meskipun begitu, dia masih lebih peduli kepada neneknya sampai suatu malam salah satu adiknya sangat rewel dia berkata kepada adek kecilnya itu “ Dek udah jangan rewel terus, kasihan nenek cape merawatmu”. Padahal dia sendiri waktu itu kesehatannya sudah mulai drop lagi, mungkin karena terlalu cape dan kurang tidur sampai dia mengeluh kepalanya pusing. Tak disangka ternyata sakitnya ini kambuh parah dan untuk yang terakhir kalinya.

Dini hari sekitar jam 2 adalah awal klimaks penderitaannya untuk yang terkahir kali. Dia sudah pasrah dan selalu mengeluh tidak kuat, sambil menahan sakit dia memohon “ Ya Allah jika memang kau berkehendak memanggil hamba saat ini maka berikanlah hamba kemudahan dan panggillah hamba secepatnya jangan kau siksa hamba seperti ini….” Mungkin dia sudah merasa bahwa ajalnya sudah dekat, dan orang-orang disekitarnyapun sangat panik dan ikut menangis melihat penderitaannya, bagitu juga salah satu adik kembarnya yang biasa dia handle dalam perawatannya, dia menangis sepanjang malam seolah ikut merasakan penderitaan kakaknya dan tidak ingin berpisah darinya. Pagi hari kalau tidak salah hari kamis sekitar pukul 5.30 WIB Allah SWT. memanggilnya tuk kembali kepangkuan-Nya. Innalillahi Wainna Ilaihiroojiun “sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada Allah lah kita akan kembali”.

Dihari yang cerah bermandikan sinar matahari pagi yang hangat kau bawa kerinduanmu kepada bapak kandungnmu hingga ke tidur panjangnmu…… Namun tak mengapa, Insya Allah kau akan mendapatkan kasih sayang yang jauh melebihi kasih sayang ayah kandungmu di dunia. Semoga Allah menerima amal ibadahmu dan mengampuni segala dosa-dosamu, menempatkanmu di tempat yang mulia. Semoga saat ini kau telah menemukan cinta dan kasih sayang Allah yang hakiki dan kebahagiaan yang abadi di Syurga nanti…..Amin….

Untuk keluarga yang ditinggalkan semoga diberi ketabahan dan kekuatan atas kepergiannya dan semoga kedua adek kembarnya bisa menjadi anak yang solehah yang selalu mendo’akan kebaikan untuk kedua orang tua dan untuk kakaknya Amin…… Ya Robbal A’lamin…..

[email protected] , 08 Mei 2009