Optimis : Kehilangan Bermakna Tambah Rezeki

Beberapa waktu lalu, saya membaca berita tentang seorang saudara kita yang mengalami kehilangan laptopnya. Syukurlah, beliau adalah orang yang pandai memetik hikmah dan yakin bahwa Allah SWT pasti mengganti dengan yang lebih baik. Saya pun jadi terkenang ucapan mamanda, “setelah membaca innalillahi wa inna ilaihi rojiuun, sebaiknya kita rangkai dengan ucapan Alhamdulillahirobbil ‘alamiin pada saat kehilangan sesuatu…“

“Lho koq hamdalah…?” protesku waktu itu.

“Tentu saja karena setelah kejadian hilangnya sesuatu, pasti kita akan memperoleh rezeki yang jauh lebih besar dan barokah…” nada optimis beliau menutup percakapan kami.

Saat merasakan kejadian yang menimpa diri sendiri, dihadapkan pada peristiwa kehilangan sesuatu, barulah saya menyadari bahwa kata-kata bijak mamanda adalah benar. Dan diri ini menjadi makin optimis.

Delapan tahun lalu saat memulai episode baru, saya dan suami ngekos di sekitar kampus ITB, Bandung, lalu pindah ke dekat Geger Kalong. Selain sering menikmati makanan di Kantin Salman. Menu sahur dan buka puasa favorit kami adalah sup buah dan nasi rendang Pak Seroja, tak jauh lokasinya dari Daarut Tauhid. Mengingat kami telah hidup mandiri, tentu harus punya tabungan alias “dana tersimpan” yang tidak boleh diganggu gugat, sebab itu untuk keperluan iuran kuliah per semester.

Jadi pernah suatu hari bulan ramadhan, honor mengajar belum diterima, uang di saku suamiku hanya gopek, alias hanya cukup buat beli dua buah bakwan. Dan ia memilih jalan kaki sepulang kuliah, karena jika naik angkot, maka tidak bisa membeli gorengan. Dan uang di dompetku hanya tersisa dua ribu saja, yang berarti rencanaku, hanya akan membeli nasi ikan, tak cukup untuk membeli nasi rendang apalagi jatah buat beli sup buah.

Tak disangka, pagi itu suamiku mondar-mandir dua kali ke kost-an, ternyata sepatu kulitnya, yang baru sekali dipakai–itu pun hadiah dari seorang paman–telah digondol maling, saat ia menjalankan salat di masjid kampus. Komplet sudah “penderitaan” kami.

Akhirnya saling menghibur di sudut kamar, memperbanyak istighfar dengan mata basah tentunya. Namun lagi-lagi Allah SWT sebaik-baik pemberi kejutan, beberapa jam sebelum Maghrib, saya menerima telepon bahwa ada hadiah atas kemenangan lomba karya tulis yang saya ikuti, pihak penyelenggara meminta alamat pengiriman beserta nomor rekening untuk segera menyampaikan hak atas hadiah itu. Subhanalloh…

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (At-Thalaq: 2-3). Berita indah itu telah mencerahkan hati kami kembali. Alhamdulillah, bahkan esok paginya kala kami mengecek rekening tabungan, beberapa ratus ribu hadiah lomba itu telah ada di rekeningku, dan di rekening suamiku pun telah ada transferan gajinya.

Juga peristiwa tiga tahun setelah itu, tatkala suamiku pulang dari suatu pelatihan kerja di Berlin, lalu kami baru memulai pindah dari Bandung ke Jakarta. Gaji pertama di Jakarta, selain mentraktir saudara, kami beli sebuah HP model baru, berkamera. Itu HP pertama yang modern bagi kami, sangat bermanfaat untuk merekam momen lucu si sulung, memotret ulahnya yang baru belajar lari, dsb.

Lalu sabtu sore itu, tatkala jalanan sepi sekitar Jalan Pemuda, delapan orang preman di metromini jurusan Rawamangun-Senen merampas HP itu. Suamiku sempat syok. Setiba di rumah ia langsung memelukku dan mengungkapkan keresahannya. Kami harus tetap bersyukur, masih diberiNya kesehatan dan rasa optimis, walaupun ternyata gara-gara HP itu hilang, beberapa perusahaan klien menjadi kesulitan menghubungi suamiku.

Katakanlah : "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba’ : 39)

Namun tak ada yang menyangka, saudaraku… seminggu kemudian, pihak pejabat akta tanah menghubungi kami, bahwa urusan pembelian rumah kami telah berjalan lancar, subhanalloh… HP yang hilang telah berganti rezeki rumah baru, tentunya kami doakan semoga delapan preman itu telah bertaubat & kembali ke jalan yang diridhoiNya.

Masih banyak peristiwa lain yang tak dapat dijelaskan logika, sebab matematika Allah SWT adalah hitungan yang tak bisa digapai manusia. Setahun kami di rumah baru, saat ada bonus pertama di hari raya, kami membeli lemari es, namun baru saja dinikmati enam hari, tiba-tiba ada banjir mendadak (biasanya lokasi itu tidak terkena banjir) menenggelamkan separuh bagian kulkas. Sungguh membuat kami sekeluarga syok, kupandangi hancurnya perpustakaan mungilku, buku, majalah dan kitab-kitab kuliahku yang hancur dilumat air berlumpur itu.

Bahkan bagi Azzam kecil yang baru berusia empat tahun, hingga kini ingatan akan banjir itu sangat melekat, kalau menelepon ke Jakarta, ia bertanya, “sekarang masih banjir gak budhe…? Eyang…? Duuuh, tante, Azzam sedih dulu waktu banjir mendadak ada tikus, kecoak lompat-lompat di pintu…hiiii…,” dan celotehnya bisa panjang membahas hal itu.

Namun janji Allah selalu datang di waktu yang tepat, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216).

Satu minggu sejak ujian kesabaran itu, rezeki lain datang, selain itu kulkas tersebut masih awet sampai sekarang. Rezeki yang dinanti adalah perjalanan kami untuk merantau ke negara lain, Allah SWT memilihkan Bangkok-Thailand sebagai tugas project yang selanjutnya. Mencicipi keindahan ukhuwah di Bangkok sehingga semua WNI disana bagaikan keluarga sendiri adalah rezeki yang tak ternilai harganya. Berjumpa dengan muslim Thai lain dan menjalin persahabatan dengan teman berbeda bangsa pun adalah bonus rezeki yang Allah SWT berikan.

“…Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur”. (Saba’:19)

Selain sering dzikrulloh, berinfaq adalah solusi terbaik guna mensyukuri rezeki yang telah diberiNYA.  “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S.Al-Baqarah:261).

Saya pun adalah saksi hidup atas peristiwa melipat-lipatnya rezeki ini, kebiasaan keluarga dalam berbagi kebahagiaan (dengan banyak berinfaq, sodaqoh, dll) saat senang maupun susah adalah kunci pembuka pintu-pintu rezeki, tak ada yang menduga 8 tahun lalu amanah uang belanjaku adalah X, lalu terus dilipatgandakanNua, dan kini Allah SWT melimpahkan 100X. Allahu Akbar!


Wallohu ‘alam bishowab, semoga makin optimis padaNYA.
(bidadari Azzam, krakow, malam 23 Ramadhan 1431 H)