Ramalan Oh Ramalan

“Mau tahu Ramalan Bintang atau Ramalan Zodiak harian kamu ? Buka halaman 38 yah”, kalimat itu biasanya tertera di halaman depan sebuah majalah remaja.

Atau iklan operator ramalan, ketik XYZ untuk bintang Scorpio, ketik CBA buat bintang Aries, kirim ke nomor 0000, kamu akan menerima ramalan zodiakmu sehari-hari, jangan lupa yah…!

Hewan-hewan juga sempat “beken” jadi peramal, bahkan yang minta diramal adalah para sarjana, juga dulu ada berita seorang dokter tertipu ramalan oleh dukun yang akan melipatgandakan uangnya, ohw!

Atau bertaburannya aplikasi ramalan zodiak di berbagai situs jaringan sosial, serta “jualan ramalan” di berbagai web, dengan kalimat seperti : “Saya akan membaca nasib dan peruntungan Anda, bisa dari bintang-gemintang anda, bisa dari shio, bisa dari hari, tanggal dan bulan lahir anda.

Bagaimana kelanjutan nasib anda hari ini, esok, per-minggu, per-bulan, per-tahun, dst…” (ada bumbunya pula, “gratis satu bulan pertama!”, hehehe). Apa yang kalian rasakan dari kalimat beragam iklan ramalan tersebut ? Ingin tertawa ? Sedih ? Atau campur aduk barangkali, miris dan tersenyum iba? Karena tak lain dan tak bukan, semua itu adalah Penipuan! Dan yang tertipu bisa saja orang-orang yang sudah sangat berpendidikan (formal) sampai S3 atau orang yang sudah diberi-Nya petunjuk keimanan yang baik. Lho, kok bisa ? Kenapa yah ?

Jawabnya begitulah ‘halusnya’ setan memasuki hati manusia, kita sering tak menyadari hal ini, sebab itulah kita memohon kepada Allah SWT untuk senantiasa melindungi diri ini dari segala godaan setan yang bersembunyi, dalam firman-Nya:

“Yang membisikkan (kejahatan) dalam dada manusia,dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Naas [114] : 5-6)

Belasan tahun lalu, sebut saja si nona, tiap weekend, selalu membaca peruntungannya melalui zodiak, “kesehatan : minggu ini kamu sedikit flu, jangan lupa bawa payung supaya tidak makin parah kalau kehujanan.

Keuangan : dapat tambahan uang jajan, pastikan punya waktu buat traktir teman-teman! Asmara : si dia jadi ngambek karena kamu cuekin. Karier : kamu kurang tegas sih, jadinya harus punya tambahan tugas dari boss.” Si Nona yakin betul akan kalimat ramalan itu, sampai-sampai ia sendiri bergumam, “hmmm… emang iya nih, agak flu gue sekarang.

Asyik juga besok mungkin papa ngasih tambahan uang jajan, trus gue harus ati-ati nih jangan sampe’ si dia ngambek lama, kalo’ githu gak boleh dicuekin. Kalo’ karier, kan gue belum kerja ya, oooh…mungkin emang disamain sama tugas-tugas dari dosen nih…gitu ‘kali ya…”, kesimpulan yang lucu, memangnya seluruh dunia yang sama zodiaknya pasti sama pula “hal yang bakal dialami” di minggu itu ?

Dan anehnya, si nona yang saat ini sudah menikah dan punya anak pun, masih setia dengan ‘kebiasaan mempercayai ramalan’ seperti itu, “Buat bintang anda minggu ini, kesehatan : kepala pusing tujuh keliling, keuangan : bangkrut di minggu ini, lain kali harus punya tabungan dong! Asmara : kacau, jangan terlalu curiga, tapi harus tetap waspada.

Karier : kalau tidak kuat lagi, buat apa bertahan, masih banyak jalan lain.” Lalu si nona berkomentar, “aaah, masa’ sih jelek banget buat bintang gue minggu ini! Bikin bad-mood aja, padahal gue lagi seneng kok hari ini…”, (secara tidak sadar, kalimatnya toh mengakui diri secara sadar juga sudah tertipu! Tapi anehnya kok ya cuma menggerutu tanpa ada perubahan yang berarti).

Buat nona-nona yang lain pula, apakah hari-harimu tidak berjalan dengan indah jika tak membaca ramalan bintang atau tak mendengarnya di radio kesukaanmu? Apakah si ramalan ini merupakan motivasi diri (sehingga engkau mempercayainya kalau isinya bagus dan mengabaikannya jika isinya jelek)?

Lantas, dimanakah posisi Allah ta’ala dalam motivasi diri, bukankah kita tau bahwa Sang Maha Penyayang telah memberitakan segala motivasi dalam ayat-ayat indahNYA yang selalu kita lantunkan setiap waktu, cukuplah Al-Qur’an dan Hadits RasulNYA sebagai pegangan hidup hingga selamat tiba di akhirat. Insya Allah.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqorah [2] : 1-3)

Teman Nona yang lain, sebut saja Fulan punya cerita. Sejak es-em-pe, Fulan ini punya pacar dan gonta-ganti beberapa kali, katanya sih sebagai persiapan buat pilih-pilih calon istri.

Selulus D3 dan bekerja, Fulan memiliki pacar yang baginya sudah mantap di hati, mereka menjalin hubungan akrab sejak masih kuliah dan bekerja di perusahaan yang sama. Gaya pacaran Fulan “komplet” seperti remaja Amerika.

Bahasa anak mudanya nih ye, Bukan cuma belaian tangan, bo’, ada istilah cipok-cipokan, French-kisses, dan obok-obokan lah ya. Menurut “ramalan” yang dipercayai si Fulan, tanggal sekian adalah tanggal yang pas buat pernikahan mereka.

Juga tuntutan adat dan kreasi pesta pernikahan modern yang mengharuskannya menyiapkan dana lumayan besar untuk hari H itu. Akhirnya hari H tersebut dipersiapkan setahun lebih, dan hubungan Fulan&pacarnya makin lengket ibarat amplop dan prangko.

Tiba-tiba beberapa bulan sebelum hari H, saat 85% persiapan telah matang, kabar mengejutkan terdengar, Fulan mengalami kecelakaan di lokasi kerjanya. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.

Sekejap mata, sekarang Fulan telah ‘almarhum’. Fulan meninggalkan dunia saat usia masih belia, meninggalkan calon istri yang amat berduka, serta setumpuk ramalan yang masih dinantikannya.

Tidak ada yang perlu disesali, pengalaman orang lain dapat dipetik sebagai pelajaran hidup pula. Beruntunglah duhai pemuda-pemudi pilihan-Nya, yang menjaga masa remaja dengan mempelajari dan memperdalam Islam secara keseluruhan sehingga kenangan remaja tak ada yang dikesali.

Dahulu sewaktu kami masih kanak-kanak, ada nenek tetangga yang sangat akrab dengan semua orang dan sering bermain dengan anak-anak. Suatu waktu, anak-anak mengelilingi si nenek, sebut saja Nek Ijah. Beliau menasehati agar kami jadi anak yang patuh pada orang tua, sesekali beliau memegang tangan kami, termasuk diriku.

Nek Ijah memperhatikan garis tanganku. Garis-garis pada telapak tangan kanan dan kiri dilihat lekat-lekat. Kemudian beliau tersenyum dan bergumam, “hmmm, bagus…bagus sekali… Harus selalu bersyukur yah sayang…”, tentu saja aku ikutan tersenyum dan menganggukkan kepala menyetujui nasehatnya.

Pada teman-teman lain, Nek Ijah bergumam hal lain seperti, “hmmm, nanti kalau tambah ramah, pasti makin banyak teman…”, atau “oooh, terbukti suatu hari kesabaran kamu memang manis hasilnya…”, dll, hanya sepotong-sepotong kalimat yang kesemuanya diucapkan dengan wajah optimis.

Entahlah prihal apa yang dilihat beliau di garis-garis tangan itu, namun beliau memang tak mengumbar ramalan dan tak juga menjual jasa ramal-meramal. Pada hari-hari kini kami menyadari bahwa perjalanan hidup setiap orang adalah berbeda, dan semua itu ada kaitannya dengan segala skenario terbaik dari Allah ta’ala.

Tak mungkin setiap hari mengalami kesenangan melulu atau bersedih melulu, tak ada manusia yang dapat memahami segala didikanNYA jika tanpa dianugerahi segala peristiwa hidup sehari-hari.

Beberapa tahun lalu ada seorang remaja SMP yang berdiskusi denganku. Ceritanya, adik ini bertanya karena dia merasa bersalah. Sebut saja namanya Irwan. Ia pintar dan ramah, tapi sedikit pemalu, terutama pada teman cewek.

Irwan menyukai seseorang, Lila. Pada suatu hari, ada bazaar di sekolah, Irwan punya siasat khusus untuk mengetahui tentang Lila secara diam-diam, maka dia ikutan buka tenda di bazaar itu. Judul penjualan jasa di tendanya adalah “Bagaimana peruntungan, jodoh, dan nasibmu menurut si Robo?”, Si Robo adalah komputer Irwan.

Ia membuat sendiri program ramalan di komputernya. Teman-temannya yang berkunjung ke bazaar sama sekali tak mengetahui maksud hati siasat Irwan, fokusnya yah si Lila. Rata-rata pengunjungnya puas akan “hasil ramalan Robo”, misalnya si A dan si B : arti namanya bla bla bla, peruntungannya bla bla bla, kalau kamu bersatu, nanti 70% bahagia, bla bla bla. Contoh lain si C dan si D, peruntungannya bla bla bla. Mungkin nanti akan berhubungan jarak jauh, tapi kalau bersatu kalian 100% cocok, punya anak sekian, bla bla bla. dll.

“Lumayan, nambahi uang jajan juga dari koin-koin setoran pengunjung bazaar”, begitu kata Irwan. Lalu yang diincar masuk perangkap, Lila ikutan meramal nasibnya, Lila menuliskan nama cowok yang disukainya, ada beberapa nama yang “ditest” si Lila, keluarlah hasil print-an si Robo.

Setibanya di rumah, Irwan mengecek “hasil program Robo”, tentu dia mau tau siapakah cowok yang disukai Lila. Ternyata nama Irwan juga ada dalam daftar cowok yang disukai Lila dan disukai oleh teman cewek lainnya pula. Namun untuk result Lila, malah Irwan Tidak berjodoh dengannya! Wah, mangkel deh Irwan. Programnya harus di up-grade lagi nih, semestinya Lila dibuat yakin oleh Robo supaya pilihannya jatuh pada Irwan doang, pikirnya.

Kusempilkan kalimat pada Irwan, “waaah, adik ini beberapa tahun lagi bisa jadi programmer handal euy! Masih es-em-pe aja udah bisa bikin program kayak githu… pintar sekali…Subhanalloh, kalau diasah dan makin banyak ilmu, kepandaian ini dapat diarahkan dan bermanfaat besar…”, ia sebenarnya tak hanya merasa kesal dengan program Robo, ia merasakan hati amat bersalah karena ulahnya itu adalah mengorek-ngorek rahasia orang lain.

Begitulah secuil peristiwa Irwan sebenarnya adalah contoh banyaknya rekayasa lain yang lebih besar di sekitar kita saat ini, para pejabat dan penguasa memanfaatkan ‘ilmunya’ untuk membodohi rakyat kecil bahkan merampok harta rakyat secara komputerisasi pula.

Ada seorang kakek yang malu sendiri gara-gara ramalan “palsunya”. Empat tahun lalu saat suamiku bertugas, pada hari libur akhir minggu, ia ikut serta travelling ke suatu suku pedalaman di Afrika-Selatan. Pertemuan diawali dengan tarian pembuka dari si kepala suku dan anak buahnya.

Lalu sebagai simbol kedamaian, para tamu dan kepala suku meminum air bergantian dari satu wadah yang sama. Wadah airnya sangat kuno, terbuat dari batu berukir-ukir, dan air itu adalah minuman keras, sehingga suamiku yang satu-satunya muslim disana tidak meminumnya. Teman yang berbahasa lokal memberikan penjelasan bahwa suamiku meminta maaf karena tak boleh meminum air itu, it’s fine, kepala sukunya tetap ramah.

Selanjutnya mereka semua memakan daging bakar, karena ragu dengan kehalalannya, suamiku juga tak ikut memakannya. Suamiku hanya asyik jeprat-jepret kamera saja, termasuk ikutan mencoba busana pedalaman itu yang terbuat dari kulit binatang. Pengalaman yang seru.

Kemudian kepala suku menyuruh suamiku dan salah satu temannya untuk masuk ke tenda milik seorang kakek. Usia si kakek sudah jauh lebih tua daripada kepala suku, mungkin kakek ini adalah semacam penasehat yang paling dituakan di suku tersebut.

Kemudian tangan kiri kakek itu memegang tangan suamiku, tangan yang kanan memegang kening suamiku, seraya komat-kamit, bla bla bla sambil memejamkan mata dan membakar sesuatu.

Suamiku hanya senyum saja dan mulai berpikir, “hmmm…sepertinya sesi ramalan nih nkali yah…?” Ternyata betul, si kakek bilang dalam bahasa Lokal, “oooh, anak muda, kamu tak lama lagi, yaaah beberapa tahun lagi akan menikahi wanita yang cantik, bakal punya anak-anak yang lucu, kamu akan bahagia, nikmati saja dulu masa bujangan…”, karena temannya menerjemahkan ke bahasa Inggris, suamiku sontak malah ketawa, dan bilang ke temannya, “woooi, salah lah ramalannya… setidaknya itu ramalan yang telat lah, saya bukan bujangan, sudah ada istri, sudah ada anak, hahaha…”

Sang teman yang juga menjelaskan kepada si kakek ikut tertawa, “kakek ini telat ramalannya, dia udah punya keluarga, kek…” Si kakek terkejut, tak menyangka disikapi lucu begitu, “masa’ sih..?!”, katanya belum percaya.

Kakek itu memeriksa jemari tangan suamiku, “mana cincin kawinnya?”, ujarnya lagi. Oalah, ternyata kakek itu ‘mendeteksi’ cincin kawin, pantas saja ia mengira suamiku masih bujangan, lagi pula memang penampilannya masih sama dengan saat zaman anak kos-kuliahan.hehehe.

“Saya tidak suka pakai cincin dan tidak terbiasa”, ujar suamiku, temannya mengangguk-angguk, sementara si kakek nampak malu, pertama kalinya dia punya tamu “ajaib” kayak begini, mungkin kira-kira begitu pikirnya.

Hadis riwayat Barra’ bin Azib ra., ia berkata : Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk melaksanakan tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara. Beliau memerintahkan kami menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, mendoakan orang bersin (mengucap yarhamukallah), melaksanakan sumpah dengan benar, menolong orang yang teraniaya, memenuhi undangan dan menyebarkan salam. Beliau melarang kami dari cincin atau bercincin emas, minum dengan wadah dari perak, hamparan sutera, pakaian buatan Qas (terbuat dari sutera) serta mengenakan pakaian sutera baik yang tebal dan tipis. (Shahih Muslim)

Jadi, bagaimanakah dengan para Nona dan Fulan lainnya, masihkah sebegitu antusias mempercayai ramalan ? Bahkan sebuah film ‘hasil ramalan’ pun bisa begitu hot dibicarakan berita dunia, astaghfirrulloh…

Prediksi atas cuaca saja masih banyak kesalahannya, termasuk minggu lalu ternyata Krakow diguyur salju dan angin kencang lagi, padahal ‘prediksinya’ adalah sunny-day. Namanya juga prediksi manusia, makhluq yang masih banyak keliru dan khilaf, janganlah menjadi acuan.

Apalagi ‘prediksi’ kiamat 1 tahun lagi, hanya kebetulan tambah banyak ‘bukti yang membetulkan’ isi-isi ramalan tersebut, gempa bumi dan guncangan tanah ini sesungguhnya terjadi terus-menerus, sama dengan kondisi di atas langit, di bawah lautan terdalam, keadaan alam ini tidak statis, petir-petir membuat keseimbangan posisi-posisi di sekitarnya pula, Allah ta’ala adalah Sang Maha Ahli Memelihara atas segala yang telah diciptakanNYA.

AyatNya mengingatkan kita, masih milyaran misteri IlmuNYA yang memang tak terjangkau oleh kajian ilmu manusia, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (QS. al-An’am [6] : 59)

Jalani saja hari-hari dengan optimis padaNYA, dengan tuntunan rasulNYA, “Barangsiapa yang mendatangi seorang peramal lalu mempercayai apa yang diramalkan, maka ia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR.Tirmidzi, Ahmad, dll)

Allah ta’ala juga mengingatkan bahwa segalanya adalah "Kun Fayakun", bahwa orang yang percaya pada ramalan berarti dia telah syirik, perkara ini adalah membahayakan diri kita. Dalam wasiat rasulNYA, ”Barangsiapa membatalkan maksud keperluannya karena ramalan mujur-sial maka dia telah syirik kepada Allah. Para sahabat bertanya, “Apakah penebusannya, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah: “Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikanMu, dan tiada kesialan kecuali yang Engkau timpakan dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau.” (HR. Ahmad)

Ramalan mujur-sial adalah syirik, (Beliau mengulanginya tiga kali) dan tiap orang pasti terlintas dalam hatinya perasaan demikian, tetapi Allah menghilangkan perasaan itu dengan bertawakal. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ya Allah, jadikanlah kami senantiasa bertaubat dan bertawakal hanya kepadaMU, jauhkanlah kami sekeluarga dari siksa api neraka, amiin Yaa Robbi.

"Robbana aatina milladunka Rahmatan…Wa hayyi’ Lanaa min Amriina Rosyadaa", semoga Allah SWT memberikan kesabaran dan samudera keikhlasan bagi saudara-saudari yang dirundung gempa bumi di Jepang, dll…

(bidadari_Azzam,@Krakow, malam 14 maret 2011)