Sakit Merupakan Surat Cinta-Nya

Sudah berbulan-bulan sejak datangnya musim semi, kami sekeluarga merasakan nikmat sehat yang sangat indah. Setiap hari bisa beraktivitas dengan semangat, berselera makan dan minum, menikmati es krim, dan dapat bertadabur alam di nuansa penuh bunga serta menapaki bangunan-bangunan tua, khasnya Eropa.

Lalu saat sukses melalui ramadhan dan awal syawal, kami masih kuat melakukan perjalanan ke luar kota sebab merindukan suasana masjid warszawa, serta menghadiri undangan KBRI Poland. Namun hari ini, kala sekolah anakku sudah mulai belajar serius pasca liburan panjangnya, ternyata nikmat kesehatan sedang diujiNYA kembali.

Alhamdulillah…Yah, sejak pergantian musim, awal musim gugur yang begitu kencang anginnya, suhu pun mulai menurun, lalu saat satu anak di sekolah sakit, maka semua temannya tertular sakit, termasuk sulungku, dan akhirnya kami sekeluarga pun “enjoy bersama”, flu bareng, demam bareng, batal piknik ke luar kota hari ini. Saat menelepon keluarga di Indonesia pun, ternyata keponakanku sedang sakit, ada tumor kecil yang harus dioperasi.

Adakah kalian pun sedang sakit, saudaraku…? Ternyata kami di rumah masih lebih sehat dibandingkan sohibku (sebut saja) Ashma, beliau tengah membuat roti dan memasak menu lain, lalu tiba-tiba terjadi kecelakaan di dapurnya, minyak goreng tersiram ke lengannya, dalam kesakitan ia memanggil pihak rumah sakit untuk segera ditolong. Kami mendengar ceritanya setelah dia mulai pulih beberapa hari ini, jadwal beraktivitas harus diubah, bahkan ia sedih karena tak dapat menemani pamannya berjalan-jalan, padahal sang paman tengah berkunjung dari Turkey.

Juga Mrs Leny (sebut saja demikian), guru bahasa Polandku. Awal bulan tadi hingga kini, dia dan anaknya bergantian sakit, lalu suatu siang ia meneleponku, “maaf Ri, kita tak bisa belajar hari ini… ibuku masuk ICU, serangan jantung,” katanya…

Dan seminggu setelah ibunya keluar dari rumah sakit, ia dikejutkan dengan serangan jantung pertama bagi suaminya, “ah…ri… Saya tak tau lagi bagaimana ini… Saya terus-terusan menginap di rumah sakit…”, keluhnya padaku berbahasa Poland. Saya hanya dapat mengucapkan turut bersimpati padanya, Saya dengarkan ceritanya bahwa banyak jadwal belajar yang harus diubah, betapa lelahnya ia pulang-pergi menyopir sendiri ke rumah sakit, lalu kembali ke rumah untuk memasakkan makanan ibunya, lalu menguruskan keperluan belajar anak-anaknya, dll.

Dan sejauh ini yang Saya simpulkan dari sikapnya, sungguh sayangnya waktu terbuang saat sakit, “time is money”, jadi sewaktu ada yang sakit, atau dia sendiri yang kurang sehat, maka pendapatan berkurang, apalagi job sampingan honorer yang diambilnya.

Namun bagi muslim seperti kita, contoh kecil saat Saya menyapa Ashma, ia mengingatkan tentang surat cintaNYA, Dalam hadits qudsi Allah berfirman: ”Wahai manusia, si fulan hamba-Ku sakit dan engkau tidak membesuknya. Ingatlah seandainya engkau membesuknya niscaya engkau mendapati-Ku di sisinya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah), selain Allah SWT dekat dengan orang sakit, ternyata keberuntungan bagi kita saat menjenguk sohib yang sakit.

Imam al Bukhari pun meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melainkan Allah SWT akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.” Subhanalloh.

Sungguh bahagia seorang mukmin, sehat atau sakit, Allah SWT tetap melimpahkan anugerah dan berkahNYA, kesabaran dan keikhlasan kita terhitung sebagai penilaianNYA, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah bin Amr dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, ”Tidak seorangpun yang ditimpa bala’ pada jasadnya melainkan Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk menjaganya, Allah berfirman kepada malaikat itu, “Tulislah untuk hambaKu siang dan malam amal shaleh yang (biasa) ia kerjakan selama ia masih dalam perjanjian denganKu.”

Tentunya saat sakit melanda, kita juga jadi merasa lebih takut seraya lebih banyak berharap kepadaNYA. Ibadah kalbu yang sangat indah saat ujian sakit mendera, sebab dengan melewati masa ini, justru balasan hari esok pasti lebih baik, seperti sikap optimis yang biasa Saya ungkapkan, Rasulullah SAW bersabda, ”Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR Al-Bukhari).

Hal penting lainnya, kala sakit, kita jadi tau betapa besarnya arti sehat. Saya, Ashma, dan teman-teman lain yang mungkin saat ini sedang kurang sehat masih jauh lebih beruntung dibandingkan sahabat kita lainnya yang kini tengah berjuang di rumah sakit kanker misalnya, menjalani terapi agar sel kanker tak mengganas. Dan kita semua masih jauh lebih baik, lebih sehat dibandingkan anak-anak kita, saudara-saudari kita yang tetap kekurangan pangan, obat-obatan, tetap dalam tekanan dan tertindas di wilayah Gaza.

Mereka yang jauh lebih menderita, namun tetap bersyukur dan berpegang teguh pada janjiNYA, maka sebaiknya kita pun meneladani rasa syukur itu, Firman Allah, artinya “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nisaa:147). Sakit bagi seorang muslim adalah rahmatNya, kiriman sms cintaNYA, bukanlah siksaan atau hukuman.

Bagi manusia yang tidak mengenal Allah dan hikmahNya, Allah SWT tetap menyayanginya karena itu semua disebabkan ketidak-tahuan, kelemahan dan kekurangan yang kemungkinan bisa jadi awal pembelajaran untuk mencari hidayahNYA.

Wallahu’alam bisshowab. semoga segera sembuh!
(bidadari_Azzam, Krakow, 10 syawal 1431H)