Bila Hati Bersatu karena Allah

Tidaklah mudah melimpahkan satu kepercayaan kepada seseorang sebelum mengenalnya begitu dekat. Tapi tidak demikian yang dihadirkan rasa percaya dari seorang teman terbaruku saat ini.

"Saya Aminah…", demikian perkenalan pertamanya kepadaku lewat telepon. Demikian mudah nya kami langsung bersambung rasa dan berbagi masalah.

Sebagaimana janji Allah dalam salah satu ayatnya bahwa Hanya Allah lah yang mampu menyatukan hati-hati manusia yang beriman.
Benar memang, tak ada yang mampu menyatukan hati-hati ini kecuali oleh Tangan-Nya yang Maha Kuat. Saya yakin janji Allah inilah yang menyuburkan rasa percaya yang begitu mendalam di hati teman baruku yang hadir begitu apa adanya. Padahal kami belum bertemu langsung, tapi seakan rindu begitu menjalar di hati kami.

"Bantu saya ukhti, menemani teman-teman muslimah Jepang untuk belajar agama di masjid sabtu sore minggu ini," ternyata dia berjuang sendirian mengusahakan kemajuan halaqah (kelompok pengajian) muslimah Jepang di kotaku. Betapa malunya pada ALlah karena selama ini segala aktivitas kegiatan Islam masih di seputar saudara-saudara se-tanah air saja. "Insya Allah ukhti, sebisa mungkin kami bantu, saya dan teman-teman yang siap membantu juga," alhamdulillah akhirnya saya bisa memberikan jawaban yang melegakan hatinya.

Dengan bahasa yang mudah ditangkap oleh para muslimah Jepang, Aminah pun menterjemahkan bahasan minggu ini yang disampaikan oleh ukhti dari Mesir dari bahasa Arab ke bahasa Jepang, di Sabtu sore minggu itu. Betapa semangatnya dia menyampaikan kebenaran satu demi satu kata. Masya Allah padahal dia baru kenal Islam, tidak selama kumengenal Islam yaitu sejak lahir.

"Mereka butuh perhatian yang dalam ukhti, muslimah Jepang di sini biar lebih maju pemahaman Islamnya," demikian alasan yang diungkapkan saat kami berdiskusi tentang kepeduliannya sampai ke kotaku.

Dua minggu lagi dia harus meninggalkan Jepang, untuk kembali ke Siria meneruskan belajar Islamnya di sana. "Saya masih harus berjuang 3 tahun lagi di Siria, mohon doanya sehingga saya bisa kembali ke Jepang", ah sahabat apalagi yang bisa saya bantu kecuali doa untukmu demikian bisikan hatiku. "Insya ALlah, dan banyak sahabat muslimah Jepang menunggumu, kembalilah..", kutegaskan pesanku agar menguatkan langkahnya untuk kembali ke Jepang.

Alhamdulillah meski hanya setahun sekali dia selalu meluangkan untuk pulang ke Jepang, pada saat liburan musim panas. Dan di tahun ini dia berkesempatan bertemu denganku. Rasa syukurku begitu semakin mendalam, karena Allah pertemukan lagi seorang mujahidah sejati muslimah Jepang. Dan ku yakini juga hanya kekuatan Allah lah sehingga kami bisa dipertemukan. Sempet juga terucap darinya, katanyakalaulah sebelum ke Siria bertemu denganku mungkin dia akan belajar Islam ke Indonesia saja. Tapi kembali meyakinkan dirinya, dia harus bisa selesai dengan baik masa belajarnya di Siria ini.

Suatu hari dia meneleponku lagi, "Ukhti, bisakah saya menitipkan infaq buat saudara yang mendapat bencana di Indonesia?" Ternyata dia ingin menitipkan infaq tersebut kepada saya. Masya Allah, meski dia tidak mengakui itu infaq darinya, tapi ada satu bacaanku yang menguatkan betapa pedih yang dirasakan saudara-saudara di Indonesia dirasakan juga olehnya. "Insya Allah ukhti, akan saya sampaikan lewat lembaga yang bisa dipercaya oleh umat," jawabku di telepon meyakinkannya.

Astaghfirullaah kenapa tidak kurasakan hal yang sama, untuk memanfaatkan kesempatan ini menitipkan kepadanya infaq untuk saudara-saudara di palestina dan di libanon, karena kuyakin dia pasti tahu pos termudah untuk menyampaikannya. Kubulatkan tekad saat pertemuan terakhir nanti, agar bisa menitipkan hal yang sama kepadanya, semoga tidak lupa.

Dia telah memberikan kepercayaan yang demikian mendalam hanya karena Allah, akupun ingin mempercayainya karena Allah. Dan biarkanlah dunia terus berputar memperlihatkan bagaimana Allah akan terus menyatukan hati-hati kami, sampai di akhirat kelak. Amiin ya rabbal alaamin.

Nagoya dini hari, 24 Agustus 2006