“Brother, Please, I Wanna be a Muslim Like You”

jalan“Assalamualaikum,” seseorang menyapaku ketika kaki kananku memasuki pelataran Omar Mosque Wollongong. “Waalaikumsalam,” jawabku dengan terheran-heran. Terlihat dari matanya yang berwarna biru dan rambutnya yang pirang menandakan dia adalah seorang “bule”. Orang tersebut tersenyum dan kembali menyapa, “apa kabar?” Dengan terheran akupun menjawab “Alhamdulillah baik, anda bisa berbahasa Indonesia, dari mana anda?” tanyaku. Beliau tersenyum dan kemudian menyodorkan tangan, tanda mengajak berjabat tangan, “Saya Abdullah Ibrahim, saya berasal dari New Zeeland, tetapi saya pernah tinggal lama di Bandung, Indonesia,” jawabnya dengan tersenyum. Sayapun tersenyum dan kemudian kami pun memasuki masjid dengan beriringan dan melaksanakan sholat ashar berjamaah dengan jamaah yang lain.

Seusai sholat, seperti biasa saya habiskan sedikit waktu untuk berdoa dan berdzikir. Tak berapa lama, Abdullah Ibrahim menghampiriku dan bertanya, “antum dari mana?” “saya dari Kediri Jawa Timur, apakah anda pernah ke sana?” Aku balik bertanya, “belum, tapi saudara isteri saya ada yang tinggal di Kediri, tapi saya lupa daerah mana. Isteri saya berasal dari Bandung”. Jawabnya dengan tersenyum. Sebelum beliau melanjutkan ceritanya, sayapun bertanya, “brother, boleh saya tau, apakah anda seorang muallaf, atau muslim dari kecil?” Beliau kembali tersenyum dan balik bertanya, “kalau menurut antum kira-kira yang mana?” Aku pun balik tersenyum dan menjawab, “muallaf”. “ Antum benar”, jawabnya “saya mulai mengenal Islam secara benar ketika saya berumur 18 tahun, orang tua saya adalah seorang Nasrani, tetapi Alhamdulillah, mereka semua sudah muslim sekarang, begitu juga adik saya.” Jawabnya dengan penuh rasa syukur. “brother, bolehkah saya tahu, bagaimana anda bisa berpindah menjadi seorang muslim?” tanyaku keheranan. Beliau kembali tersenyum. “Ceritanya sangat panjang, penuh dengan pergolakan hati, tetapi sekaligus ini adalah cerita terindah sepanjang hidup saya”. Jawabnya penuh makna.

Sebelum menjadi seorang muslim, Abdullah Ibrahim bernama David, Ia adalah penduduk asli New Zeeland yang benci dan sangat tidak suka apabila mendengar berita tentang muslim dan Islam, karena setahu dia, Islam adalah agama yang sangat tidak toleran dan hanya mau menang sendiri. Sehingga tidak ada sedikitpun keinginan dalam dirinya untuk menjadi seorang muslim. Hobinya adalah berpetualang dan cita-citanya adalah mengelilingi dunia ini.

Masuknya David menjadi seorang muslim terjadi ketika Ia sedang menyalurkan hobinya untuk mengelilingi dunia. Ketika berusia 18 tahun, David merencanakan untuk menghabiskan liburan sekolah dengan melakukan perjalanan panjang sebagai back packer. Saat itu Ia ingin menjelajahi Negara di benua Eropa dan asia. Ketika itu Ia pergi ke daerah Turki, Irak, Iran dan kemudian ke Pakistan. Dari Pakistan Ia berencana untuk meneruskan perjalanan ke China dan sekitarnya dengan menggunakan perjalanan darat. Suatu saat, sampailah ia ke sebuah terminal bis dan Ia pun menaiki bis yang menuju ke perbatasan antara Pakistan dan China. Di dalam bis, David duduk disebelah seorang Pakistan yang ramah. Orang tersebut tersenyum kepada David, dan david pun kemudian membalas dengan senyuman pula. Dalam perjalanan, Seorang Pakistan tersebut mengajak ngobrol David. Mereka kemudian berkenalan dan saling bercerita.

Seorang Pakistan tersebut ternyata seorang pilot pesawat udara yang sedang mengambil cuti dan beliau waktu itu dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya. Waktu itu David sangat senang dan menikmati perjalanan tersebut, karena si pilot sangat ramah dan baik hati. Selama perjalanan, David dipandu dan diberi tahu tentang cerita dan keindahan daerah yang sedang mereka lewati. David pun kemudian bercerita tentang petualangannya kali itu, dimana Ia sudah mengelilingi beberapa Negara dan Ia berencana untuk meneruskan perjalanan untuk mengunjungi China.

Sampai suatu ketika David bertanya tentang beberapa tempat di Pakistan yang indah yang bisa Ia kunjungi yang searah dengan arah tujuannya saat itu, sang pilot tersenyum dan berkata, “If you don’t mind, I will show you the place that you have never seen and felt before,” katanya dengan tersenyum. Dengan jawaban itu, jiwa petualangan David pun bangkit, yang kemudian ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dengan sang pilot tersebut. Setelah turun dari bis, mereka berdua memasuki desa sang pilot dengan berjalan kaki. David melangkahkan kakinya dengan bersemangat. Semakin jauh Ia melangkah, semakin penasaran David dengan penduduk desa tersebut. Karena selama perjalanan, David yang “bule” selalu dilihat dan disapa oleh hampir semua penduduk yang berpapasan dengannya dengan sapaan yang menurutnya sangat berbeda dengan salam yang ia ketahui, “Assalamualaikum!” Dan tak ketinggalan sang pilot pun selalu menjawab dengan jawaban yang menurutnya aneh pula, “waalaikumsalam!” Ketika David merasa penasaran, sang pilot menjelaskan kalau sapaan itu merupakan doa yang mereka sampaikan untuk sesama muslim yang mereka temui.

David kemudian dipersilahkan masuk kedalam rumah sang pilot dan dipersilahkan beristirahat untuk menghilangkan lelah. Karena sangat lelah, David pun kemudian tidur di salah satu kamar dirumah tersebut. Tak terasa empat jam telah berlalu, David kemudian bangun dan berjalan menuju ruang tengah. Ternyata disana Ia sudah ditunggu oleh sang pilot dengan beberapa masakan didepannya. Sang pilot itupun mengajaknya makan dan kemudian merekapun saling bercerita.

Tak berapa lama mereka ngobrol, ada seseorang datang membawa makanan yang lain yang disuguhkan kepada mereka. David terheran-heran dan bertanya, “Why does he give us another foods?” Dengan tersenyum sang pilot menjawab, “Because you are my guest, and we are supposed to serve our guest as good as possible.” Kemudian sang pilot juga bercerita bahwa ia telah memberi tahu beberapa tetangga, kalau Ia sedang kedatangan tamu, dan memuliakan tamu adalah salah satu kewajiban bagi mereka sebagai muslim.

David semakin terheran-heran ketika sang pilot berkata bahwa seperti inilah kehidupan masyarakat muslim yang sebenarnya. Tiga hari David menumpang di rumah sang pilot tanpa harus membayar dan tiga hari pula Ia diperlakukan seperti seorang saudara jauh yang sedang dimulyakan. Sang pilot pun juga mengajak David bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Tidak sedikit pun David dengar perkataan kasar dan tidak berguna. Bahkan David merasakan seakan semua itu bagai suatu lingkungan yang sedang mensucikan jiwanya.

“Why does Islam here is different with Islam in my country?” tanya david. Sang pilot dengan tersenyum menjawab bahwa perbedaan bukan terletak pada Islam atau peraturan yang harus dijalani oleh seorang muslim, tetapi umat muslim itu sendiri yang membuatnya berbeda, karena sesungguhnya sumber akan peraturan hidup bagi seorang muslim adalah sama, yaitu Al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Sang pilot juga menjelaskan tentang bukti-bukti bahwa Alquran adalah berasal dari Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Sempurna.

Dari beberapa jawaban dan penjelasan sang pilot, David menjadi semakin yakin bahwa itulah kehidupan yang sebenarnya. David mulai mengerti kenapa Islam dipandang sebagai “pengganggu” di masyarakat tempat tinggalnya. Bisa jadi karena mereka belum memahami Islam itu sendiri, dan juga mungkin masyarakat muslim itu belum melaksanakan Islam secara benar. Belum lagi fitnah-fitnah yang disebarkan oleh pihak-pihak yang benci terhadap Islam.

Hari ketiga David berada dirumah itu, Sang pilot kembali bercerita tentang keindahan Islam. Beliau menjelaskan mengapa peraturan hidup dan kehidupan dalam Islam akan menjadikan kebahagiaan dan kedamaian bagi semua yang menerapkan. Terakhir beliau menutup ceritanya dengan berkata, “brother I had show you all about moslem. You will come back to your country. Now, please if someone says bad story about Islam, you should explain to him the truth, and…” Belum sempat beliau melanjutkan perkataannya, David bertanya “Can I be a moslem like you?” Sang pilot kaget, Ia memandangi David kemudian beliau bertanya, “Are you serious wanna be a moslem?” “yes please, I do sure that this is a real life that I dream of before. Brother, please, I wanna be a moslem like you, I wanna life with Islam,” jawab David.

Saat itu juga air mata sang pilot menetes, beliau mengulurkan tangan dan memeluk David. Sembari menangis beliau berkata “brother, I do sure that you will be a good moslem.” Kemudian sang pilot mangajak david pergi ke masjid didekat rumah beliau, dan disitulah David pertama kali mengucapkan dua kalimat syahadat. Dengan terbata-bata David mengucapkan “Assyhadualla Illaahaillalloh Wasyhaduanna Muhammadarrasullulloh”. “Alloohuakbar!”, kemudian disusul seruan takbir para jamaah yang berada di sekitarnya. Semua orang yang berada di dalam masjid memandangi David sembari mengucapkan selamat dan mamanjatkan doa untuknya. David pun tak kuasa menahan tangis saat itu. Belum pernah Ia rasakan kenikmatan seperti saat itu. David merasakan bagaikan seorang bayi yang baru dilahirkan. Ia peluk erat mereka yang hadir satu persatu, karena saat itulah “ikatan hati” mereka mulai terbentuk. Dan sejak saat itu David berganti nama menjadi Abdullah Ibrahim.

Abdullah Ibrahim tidak mampu menahan air matanya ketika ia menceritakan kisah perjalanan hatinya yang sangat indah dan mengharukan itu. Kemudian beliau memeluk saya dan berkata. “Brother, the beauty of Islam will never be closed although a thousand of mountains are fallen down close over it (Saudaraku, keindahan Islam tak akan tertutupi, walaupun seribu gunung ditimpakan untuk menutupinya). Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa islam adalah agama yang indah dan damai.”

Subhanalloh, bagai berada didalam ceritanya saat itu, dalam hatiku berdoa, “Yaa Rabb, Ijinkan hamba untuk bisa selalu mencintaiMu serta melaksanakan perintahMu secara sempurna, dan ijinkan hamba untuk bisa menunjukkan keindahan ayat-ayatMu melalui kata dan perilakuku. Amien.

Tak terbayangkan apabila semua muslim bisa melaksanakan ayat-ayat Alloh SWT dengan sempurna, Niscaya keindahannya, akan membuat para kafirin akan memasuki Islam dengan berbondong-bondong. Alloohuakbar!

Redi Bintarto
Wollongong NSW