Bukan Ungkapan Kecewa

Telepon berdering. Telepon dari guru bahasa Jepang yang mengajakku datang ke acara cooking class.
"Ya, besok saya akan datang," jawabku.
"Besok, menunya enak-enak lho…," promonya.
Aku tersenyum dan membalas salam penutupnya di telepon.

Kebetulan. Aku ingin sekali bisa membuat kulit gyouza sendiri. Terpacu oleh kesulitan mencari kulit gyouza halal di super market-super market di kota tempat tinggalku. Karena bahan pembuatnya selalu mengandung alkohol.

***

Acara masak bersama pun dimulai. International cooking class ini rutin diadakan tiap bulan. Yang datang bukan saja para isteri mahasiswa Indonesia, juga isteri-isteri mahasiswa berkebangsaan Brazil, Cina, Korea, Filipina, India dan lain-lain.

Selain gyouza, menu hari ini salad terong dan satu lagi makanan Filipina berbahan daging. Untuk isi gyouzanya dibuat dua macam. Yang satu macam diisi daging, satu lagi diisi telur dan udang. Walaupun begitu, saya dan teman-teman Indonesia bersyukur, bisa makan gyouza yang isinya telur-udang.

"Lho… kok yang dimakan cuma salad terong saja?" tanya salah seorang sensei. Dia mengajar bahasa Jepang kepada isteri-isteri mahasiswa asing.
"Tidak apa-apa, ini saja cukup," jawab temanku sesama orang Indonesia.
"Waah, zannen desu ne (sayang sekali)…" celetuk seseorang di sudut.
"Padahal gyouza isi daging ini enak sekali," katanya lagi.

Temanku berusaha memaklumi ucapan yang dilontarkan salah seorang peserta kelas masak. Guru bahasa Jepang itu lalu mengambilkan sepiring salad terong tambahan untuk kami. Sepertinya dia merasa tak enak hati melihat kami hanya memakan gyouza isi telur-udang.
“Lain kali kita cari bahan-bahan yang semuanya bisa kita makan. Yang murid dari Indonesia pun bisa memakannya," kata sensei.
"Kalau kami tidak ada pantangan,” kata sensei lagi sambil mengukir senyum.

Acara makan pun semakin ramai dengan saling bertukar sapa di antara kami semeja. Dan ternyata di antara kami ada seorang vegetarian. Dia tak memakan daging. Bukannya karena tidak diperbolehkan memakannya, tetapi karena dia memilih untuk tidak memakannya.

***

"Zannen desu ne…(Sayang sekali…)."
Kata-kata itu seakan kembali terngiang di telingaku. Juga sikap guru bahasa Jepang yang kikuk merasa tak enak hati. Dia berusaha sebisanya memenuhi batasan-batasan yang diperbolehkan untuk bisa kami makan. Toleransi dan simpatinya kepada kami sungguh berkesan.

Berada bersama orang-orang yang bisa memahami perbedaan begitulah kita bisa tenang. Mereka yang mau menghargai kepercayaan orang lain dan bukannya menyudutkan.

Sungguh disayangkan bila ada orang yang mempunyai perasaan tak enak hati, tidak sanggup menolak bila di hadapannya ada makanan yang sesungguhnya tidaklah patut dimakan. Sekalipun di negeri yang makanan halalnya sulit didapat, tidaklah kata ‘terpaksa’ menjadi alasan dibolehkan. Tidak menjadi pembenaran bila kita terpaksa mengkonsumsinya. Karena masih banyak makanan yang bisa dimakan, pilihan lain tentu masih ada.

Ada cerita yang pernah kubaca tentang Rabi’ah. Ketika Ayah Rabi’ah menyuguhkan makanan dan melihat Rabi’ah tidak menyentuhnya, berkatalah ayahnya, "Ya, Rabi’ah, mengapa kamu tidak mau makan?"
"Ya Ayah, aku tidak mau makan sebelum aku mengetahui apakah ia dari sumber yang halal atau haram."
"Kalau makanan itu haram dan tidak ada lagi yang bisa dimakan,
apakah itu tidak dibenarkan?"
"Wahai Ayah, aku akan tetap bersabar menghadapi lapar di dunia daripada aku harus bersabar menghadapi siksa api neraka di hari kiamat kelak," kata Rabi’ah.

***

Ungkapan ‘sayang sekali’, bukan menunjukkan kekecewaan. Apalagi berkesan menyedihkan. Tetapi ungkapan kebanggaan bagi kita. Sayang sekali, makanan kita istimewa. Makanan yang telah dipilihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah hanya mengharamkan yang jelek, yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah Ta’ala memilihkan untuk kita makanan, minuman yang baik-baik.

"Belum tahukah kamu, bahwa sesungguhnya Allah telah memudahkan untuk kamu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi; dan Ia telah sempurnakan buat kamu nikmat-nikmatNya yang nampak maupun yang tidak nampak." (Luqman: 20)

"Allah tidak menghendaki untuk memberikan kamu sesuatu beban yang berat, tetapi ia berkehendak untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu supaya kamu berterimakasih." (al-Maidah: 6)

Sesungguhnya Allah Maha Pemberi Rahmat, Dia sempurnakan nikmat-NYA yang ada di langit dan di bumi untuk kita.
Wallahu’alam bisshowab.

[email protected] (flp-Jepang)