Aku dan Kekasih Suamiku. Part 2 (finish)

Aku tak tahan lagi…..!

Apa lagi yang harus aku lakukan. Karena setiap kali aku bertanya pada suamiku, dia selalu mengelak. Malah aku yang dibilang mengada-ada.

Ingin rasanya aku melabrak perempuan itu, tapi aku takut.. karena suamiku pernah bilang kalau aku nekat mendatangi perempuan itu, dia akan menceraikan aku. Aku gak mau itu sampai terjadi, aku nggak mau pernikahanku hancur.

Dan malam itu.. aku langsung bertanya pada suamiku, tapi yang terjadi malah pertengkaran hebat, dia mati-matian membela perempuan itu, dan ujung-ujungnya aku dilarang memakai Fb atau pun twitter..

Kenapa Rani datang lagi dalam kehidupan kami.., kenapa dia tega menghancurkan istana mungilku. Dia datang sa’at aku baru mulai merasakan indahnya menjadi seorang istri, sa’at aku baru mereguk indahnya hidup berumah tangga.

Tuhan…ada apa ini…? Kenapa…?

Aku bingung…karena suamiku pun memberi lampu hijau padanya, mereka kembali menjalin kasih, mereka kembali sering bertemu.

Aku diabaikan…aku tak dipedulikan lagi, malahan.. dia seenaknya menelpon wanita itu sa’at dia disampingku, dia tak lagi menghargai aku sebagai istrinya yang sah.

Dia mulai kasar padaku, terlebih jika aku menyebut-nyebut nama wanita itu, dia akan marah besar padaku. Dia sangat melindungi perempuan itu…!

Aku Benci Perempuan Itu, aku Muak sama mereka..!!!

Kenapa dia sebegitunya membela perempuan itu. Aku istrinya yang sah.. meski semenjak menikah dia tak penah memberiku nafkah. Tak apa bagiku, yang penting dia ada bersamaku.

Kian hari hubungan kami makin hambar, suamiku semakin jarang pulang kerumah, kalaupun dia pulang, paling hanya untuk mengambil pakain bersihnya, lalu dia pergi lagi, dan baru akan pulang beberapa hari setelah itu.

Kami tinggal satu atap tapi seperti tak saling kenal, jarang sekali ada percakapan di antara kami, meski aku berusaha tuk menghangatkan suasana, tapi hasilnya sama saja, dingin. Berdekatan tetapi berjauhan hati.

Teman dari suamiku pernah berkata kalau suamiku akan menceraikan aku, katanya aku bukan istri yang baik, dia bilang aku sering bercerita tentang mantanku itu, dia bilang kalau aku masih mencintai mantanku itu. Semua fitnah. Aku tak pernah bercerita tentang Reno pada suamiku kecuali sebelum kami akan menikah dalu. Dia melakukan itu hanya ingin menutupi hubungan gelapnya dengan perempuan itu.

Pernah suatu kali aku mencoba menghubungi perempuan itu, aku menjelaskan padanya kalau aku ini istri Zaki, aku mohon padanya untuk menjauhi suamiku. Tapi apa yang terjadi…? Dia malah mengatakan padaku bahwa suamiku bercerita kepadanya kalau pernikahan kami batal…!!.

Dan aku mecoba kembali untuk meyakinkan perempuan itu kalau sumiku itu membohonginya yaitu dengan memperlihatkan foto pernikahan kami. Akan tetapi dia tetap tidak percaya, dan bilang kalau aku ini perempuan yang lagi stress karena gagal menikah dan foto itu hanya hasil editan photoshop. Astagfirullah.. aku kewalahan meyakinkannya. Apa lagi yang harus aku lakukan sekarang..? dia sama sekali tak mau mempercayaiku, malah dia semkin menjadi-jadi.

Separoh hati aku kasian pada perempuan itu, aku kasian karena dia telah dibohongi mentah-mentah oleh Zaki. Aku kasihan akan masa depannya. Sekarang kuliahanya berantakan karena sibuk ngurusin Zaki. Puluhan SKS (Sistem Kredit Semester) harus dia ulang lagi. Tidakkah dia kasian pada orang tua yang susah payah membiayai studynya, tidakkah dia memikirkan masa depannya..? Ya Allah.. bukakanlah pintu hatinya.. dan juga pintu hati suamiku. Bagaimapun kesalahan tak sepenuhnya ada pada perempuan itu. Dia juga korban.

Aku selalu bermunajat setiap malamku… malam-malam ku hiasai dengan tahajud, meluapkan semua kesedihan dan sakit hati karena perbuatan suamiku, terus terang aku mulai putus asa karena Allah tak jua menjawab doa-doa ku. Kenapa ya Allah aku harus menjalani takdir yang seberat ini..? kenapa harus aku.. kenapa mesti aku ya Allah.. aku tak kuat lagi dengan cobaan ini, ber tubi-tubi cobaan Engkau timpakan padaku, apa salahku.., apa dosaku ya Allah…, apa aku pernah melakukan hal ini pada orang lain…? Engkau sungguh tak adil padaku, Engkau tak sayang padaku, kenapa mesti aku.. kenapa bukan mereka yang bejat…?? Tangisku pecah disela doa-doaku. Dengan sadar aku menghujat Allah…aku benar-benar tak kuat lagi.

Bulan Juni aku dimutasi ke kota lain oleh kantorku, aku dipindahkan kerja keluar daerah, dan hubungan ku dengan suamiku tak jua membaik.

Dan di kota ini aku terpaksa nge kost di sebuah rumah yang tak terpisah, aku melakukan itu agar aku tak terlalu merasa kesepian. Aku tinggal dirumah bu Hannah, beliau sangat baik, pun seluruh anggota keluarga nya, rasa sepiku sedikit terobati.

Seperti biasa aku pergi pagi dan pulang sore harinya, dan selalu saja bu Hannah telah menyiapkan makan malamku, aku dia anggap seperti anak kandungnya, baik nya ibu ini bisik hatiku. Bahagianya beliau mempunyai keluarga yang bahagia, andainya saja aku juga seperti beliau…pasti aku akan sangat bahagia, ahhh… itu hanya mimpi.

Suatu pagi sewaktu aku akan berangkat ke kantor, bu Hannah memanggilku, beliau mengenalkan ku dengan anak perempuan bu Hannah satu-satunya, namanya Hesti, dia lebih muda dariku, dan juga telah menikah dan mempunyai seorang putri.

“ Zahra…sini sebentar.. perkenalkan ini anak ibu, yang sering ibu cerita kekamu itu lho….”

“ Zahra..” kataku sambil menyalaminya..

“ Hesti kak..” dia tersenyum padaku

“ Kakak mau berangkat kerja ya…emang masuk jam berapa…kok jam segini baru berangkat..?”

“ Ia….kakak masuk jam 8, kan dekat dek..10 menit juga nyampe..” jawabku seraya tersenyum

“ Eh kak.. itu mobil kakak ya..?

“ ia.. kok tau ..?”

“ Ya ia lah… kakak istrinya mas Zaki kan…mobil itukan yang sering di pakai mas Zaki klo mau jemput Rani ke kampus, Rani itu teman aku sekampus lho kak..”

Dezzz!!! Seluruh tulang-tulangku lemas.. aku serasa mau roboh…Aku tak tau harus jawab apa, ya Allah… Apa ini kebetulan.., ada apa ini…. Engkau menitipkanku di sebuah keluarga yang ternyata anaknya adalah sahabat dari perempuan itu. Apa lagi rencana-Mu ya Allah…

Aku tergagap, tak tau harus menjawab apa lagi, aku terdiam cukup lama, dan sepertinya Hesti mengerti apa yang ada di dalam fikiranku.

“ kak.. aku salut sama kakak.. kakak begitu tegar..”

“ Maksud dek Hesti apa….?”

“ Udahlah kak.. aku dah tau kok apa yang terjadi sebenarnya, semua teman-teman di kampus tau siapa Rani kok, dan kami juga sudah tau tentang hubungan mereka”

Aku terdiam… ingin rasanya aku menjerit…ingin rasanya aku teriak.. tapi lidahku kelu.

“ kakak itu baik… dia nggak pantes buat dijadiin suami, laki-laki itu tidak pantas di cintai kak”

Aku kembali diam…pali-paling aku hanya membalas dengan senyum getir, karena aku telah kehabisan kata-kata.

Semakin hari aku semakin akrab dengan Hesti dan keluarganya, dia memperlakukan aku seperti kakaknya, setiap dia kembali dari kampusnya, yang pertama dia tanya adalah aku, dia akan langsung menghubungiku, menanyakan aku lagi dimna, dan sedang apa. Aku sangat senang karena aku di anugerahi sebuah keluarga baru disaat aku jauh dari keluarga yang selalu mendukungku, akan tetapi aku masih belum mengerti kenapa Allah menitipkan aku disini.

Dan sekarang bulan ke-6 pernikahan kami…sedih rasanya menjalani status yang tak jelas seperti ini. Dibilang sebagai seorang istri.. tapi aku tak pernah tau suamiku dimana, dia lagi apa atau sedang dengan siapa, nomer handpone nya aja aku tak pernah tau.

Selasa 19 Juni 2011 aku mendengar kabar yang sangat mengagetkan sekaligus menyakitkan hatiku. Seorang sahabat Rani memberitahuku bahwa mereka telah menikah secara diam-diam. Mereka menikah meskipun orang tua mereka tak sedikitpun memberikan restu, mereka menikah dengan data-data yang dipalsukan

Serasa di sambar petir. Dunia serasa berhenti berputar, aku ambruk….semua terasa gelap…

Aku merasakan sentuhan lembut dipipiku..sebuah belaian hangat yang aku tak tau dari siapa, setelah aku membuka mata, aku melihat bu Hannah dan kelurganya berkumpul dikamarku, mereka terlihat sangat cemas.. aku melihat bu Hannah dan Hesti menangis.

Aku hanya diam melihat mereka, fikiranku masih direnteti dengan kata-kata di telepon tadi, aku berharap ini hanya mimpi, akan tetapi sekali lagi, kenyataan tak seindah inginku, disini aku terpuruk menahan sakit.. akan tetapi diseberang sana suamiku dan perempuan itu tengah bahagia menikmati kemenangan mereka. Yah.. Mereka menang…!

Dan sekarang yang ada difikiranku hanyalah menunggu hasil keputusan sidang, karena beberapa hari setelah aku mendengar kabar itu aku langsung mengurus surat-surat pengaduan ke kantor polisi atas alasan KDRT.

Sekarang aku menunggu dan akan menjalani episode takdir hidupku yang aku tak tau akan berakhir seperti apa. Dan lagi-lagi sampai detik ini aku masih belum mengerti maksud Allah akan peristiwa ini.

_________________

[email protected]