Confessions of Miss Shopaholic

Judul diatas sengaja saya comot dari sebuah judul film yang bercerita tentang kegilaan seorang perempuan muda, Rebecca Bloomberg akan shopping alias berbelanja. Bahkan diceritakan dalam film itu bagaimana Rebecca dikejar-kejar penagih utang serta usahanya ikut terapi untuk menghilangkan kecanduan belanja. Cerita fim ini ringan dan mudah dicerna sekaligus menghibur.

Gila belanja atau istilahnya shopaholic memang bisa menimpa siapa saja terutama mungkin kaum hawa. Maka tidak mengherankan jika menjelang lebaran atau ketika diskon besar-besaran pusat perbelanjaan banyak dijejali pembeli yang mayoritas perempuan. Entah ini kebetulan atau tidak,. Tapi terkadang realitas menunjukkan bahwa wanita memang paling doyan berbelanja.

Ehm…..dan lagi-lagi suasana pusat perbelanjaan yang dipenuhi pembeli, saya temui hari ini. Ya, hari dimana kalender menunjukkan angka 1 dibulan Januari ditahun 2010. Alias tepat memasuki hari pertama ditahun baru Masehi.

Saat itu, saya beserta seorang sahabat memang sudah merencanakan untuk keluar ke pasar besar. Tujuan kami memang berbelanja atau lebih tepatnya mencari kado untuk pernikahan sahabat kami. Momen hari libur maka dapat dipastikan suasana pasar besar lebih ramai daripada hari biasanya.

Setelah mendapatkan kado yang kami cari, sahabat saya tadipun mengajak untuk naik ke lantai atas. Menuju ke sebuah department store ternama. Suasana yang saya dapati didalamnya pun tidak kalah dengan dilantai bawah. Ramai oleh pengunjung. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa yang berstatus bapak-bapak dan ibu-ibu. Kemeriahan belanja makin komplit karena department store yang bersangkutan mengadakan pesta diskon. Diskon yang ditawarkan pun tidak tanggung-tanggung. Cukup menggiurkan para calon pembeli.

Jujur, baru pertama kali ini saya ke pusat perbelanjaan pada hari pertama tahun baru. Saya cukup kaget dengan suasana yang terjadi di department store tersebut. Namun, yang lebih membuat saya berpikir adalah begitu cerdiknya department store itu dalam memanfaatkan momen tahun baru. Ya, dengan memberikan potongan harga untuk mayoritas barang yang dijual. Akibatnya, bisa ditebak, orang-orang pun ramai berburu barang belanjaan.

Melihat kondisi itu, ingatan saya pun langsung tertuju kepada film “confessions of miss shopaholic”. Memang, tidak sikap yang ditunjukkan para calon pembeli tidak separah tokoh Rebecca Bloomberg dalam film itu. Tapi setidaknya mungkin ada kesamaan antara Rebecca dengan para pembeli itu. Ya, tergoda untuk berbelanja karena faktor diskon. Mumpung lagi diskon.

Mungkin kira-kira seperti itulah yang ada di benak mereka. Padahal bisa jadi mereka berbelanja bukan karena kebutuhan tapi lebih karena hasrat untuk memenuhi keinginan yang sebenarnya tidak terlalu mendesak. Maafkan saya jika terlalu bersu’udzhon.

Kembali ke sahabat saya tadi. Ada kejadian menarik. Ia memang sengaja mengajak saya ke department store tersebut untuk membeli sepasang sandal yang dibutuhkannya. Sahabat saya tadi pun akhirnya menemukan sandal yang diinginkannya.

Modelnya memang bagus apalagi ditambah diskon 70 persen. Angka 50 persen plus 20 persen. Itu yang dilihatnya di papan kecil yang dipajang didekat etalase sandal yang dipajang. Segera, iapun menuju kasir. Namun apa yang terjadi kemudian ?. Ternyata sandal yang dibelinya cuma didiskon 50 persen. Sepertinya ia ‘tertipu’ karena ternyata sandal yang didiskon 70 persen adalah yang dipajang dibagian depan saja. Bukan termasuk sandal yang berada dibelakang papan pengumuman diskon.

Ah…dalam benak saya pun berkata, cerdik sekali taktik yang dijalankan department store ini. Kalau tidak berhati-hati, mungkin akan ada lagi calon pembeli yang senasib dengan sahabat saya tadi. Lalu bagaimana dengan saya sendiri ? Jujur, saya bukannya tidak tertarik untuk ikut-ikutan berbelanja. Tapi berhubung saya hanya membawa uang yang hanya bisa menghidupi saya sampai minggu pertama bulan Januari, saya pun harus menahan diri.

Meski telah memasuki tanggal muda, namun sebagian uang saku saya sudah tergerus untuk membiayai proyek tugas kuliah yang memakan biaya tidak sedikit.

Dengan membawa uang yang pas-pasan, ternyata ada untungnya juga. Untuk sementara saya memang tidak tergoda untuk mengikuti jejak sahabat. Namun, ketika akan pulang melewati gerai pakaian. Alamak…….saya pun akhirnya harus menoleh ke samping. Untuk melihat dan menyentuh sebuah baju yang digantung. Model baju itu minimalis dan sederhana. Jujur, model baju inilah yang saya inginkan dari dulu. Harganya pun lumayan keren. Sekeren model baju itu. Namun apa boleh buat, saya pun segera menjauh dari baju itu, menuju pintu keluar. Tidak mungkin saya membeli baju itu. Meski saya benar-benar menginginkannya.

Kali ini saya pun segera mengirim sms ke ibu. Minta izin untuk membeli baju itu. Biasanya ketika akan membeli barang, saya selalu memberitau ibu, untuk minta persetujuan atau izin dari beliau. Apalagi kali ini uang saya pas-pasan. Harapannya, ibu akan mengizinkan dan akan mengganti uang yang terpakai untuk membeli baju itu. Tapi sayang, sms balasan ibu tidak sesuai dengan harapan saya. Alias ibu tidak mengizinkan. Dengan bijak, ibu malah menasehati saya agar jika ada uang lebih sebaiknya ditabung saja. Saya pun terpaksa gigit jari.

Saya memang sedih karena tidak mendapatkan baju yang saya inginkan itu. Tapi entah kenapa, justru diawal tahun 2010 ini setidaknya saya mendapat pelajaran. Berusaha untuk tidak menjadi Rebecca Bloomberg yang tidak tergoda untuk menjadi miss shopaholic. Belajar untuk mendahulukan kebutuhan daripada keinginan. Ah…..terkadang terbersit juga dalam pikiran, kenapa ketika memasuki tahun baru justru banyak orang yang merayakannya dengan penuh sukacita termasuk dengan mendatangi mal-mal.

Padahal, dengan memasuki lembar tahun baru maka seketika itupula usia manusia makin menuju angka yang lebih besar dan usia hidup makin berkurang. Dengan kata lain kematian makin mendekat. Wallahu’alam.