Delapan Penyakit Jiwa yang Dihindari Nabi Muhammad

Delapan Penyakit Jiwa yang Dihindari Nabi Muhammad.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي طَلْحَةَ الْتَمِسْ غُلَامًا مِنْ غِلْمَانِكُمْ يَخْدُمُنِي فَخَرَجَ بِي أَبُو طَلْحَةَ يُرْدِفُنِي وَرَاءَهُ فَكُنْتُ أَخْدُمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّمَا نَزَلَ فَكُنْتُ أَسْمَعُهُ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ (رواه البخارى)

“Dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saw bersabda kepada Abu Talhah: Carilah seorang anak kecil dari milikmu untuk melayaniku (selama kepergianku ke Khaibar). Abu Talhah keluar bersamaku dengan memboncengku. Saat itu aku adalah seorang anak kecil yang hampir baligh. Aku melayani Rasulullah SAW saat beliau singgah dan aku selalu mendengar Nabi banyak berdoa: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu  dari  sifat  (jiwa)  gelisah, sedih, lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit utang, dan dikuasai manusia” (HR al-Bukhari).

Allah SWT menganugerahkan jiwa pada manusia yang nilainya tak terhingga. Dengannya, manusia merasakan suka, duka, bahagia, derita, kecewa, dan kedamaian.

Ia  keajaiban  yang datang dari Allah, di mana selalu menuntun manusia pada cahaya kebenaran. Tapi,  seperti  tubuh, jiwa dapat merasakan sehat dan sakit. Terdapat delapan penyakit jiwa yang secara lugas disebutkan Nabi dalam hadits di atas.

1. Gelisah (Al-Hamm)

Gelisah diartikan sebagai keadaan cemas dan selalu merasa khawatir, serta tidak sabar menanti sesuatu. Penyebabnya misalnya kurang percaya diri, sehabis berbohong, demam  panggung, hingga rasa bersalah terhadap suatu hal.

Sigmund Freud menyimpulkan kegelisahan adalah ekspresi dari kecemasan mendalam.

Ia muncul karena orang takut kehilangan hak-haknya, baik materi, misal takut kehilangan harta dan jabatan, maupun non-materi semisal takut kehilangan popularitas hingga takut tidak selamat di hari akhir.

Agar jiwa tidak gelisah, dituntunkan untuk selalu berbuat kebaikan, di antaranya jujur dalam ucapan dan tindakan. Imam al-Nawawi menyebut, dosa selalu menggelisahkan dan tidak tenangkan jiwa, seperti Hadis:

دع ما يريبك إلى ما لا يريبك ، فإن الصدق طمأنينة ، وإن الكذب ريبة  (رواه أحمد)

“Tinggalkan dan beralihlah dari sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu lain yang tidak meragukanmu. Sungguh kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedang dusta  menggelisahkannya” (HR Ahmad).