Di Bully, Siapa Takut ?

bullyOleh : Syaripudin Zuhri

 

Adakah tuduhan, hinaan, cacian, ejekan yang lebih dari kata-kata Gila?

Para Nabi dan Rosul justru  dituduh,dihina, dicaci, dimaki, diejek dengan kata-kata yang amat menusuk jiwa yaitu dikatakan Orang Gila  atau tukang sihir! Dan kalau dipandang dari sudut akal, wahyu itu terkadang diluar jangkauan akal manusia, dan lucunya manusia menganggap tidak masuk akal, padahal akalnyalah yang tidak mampu menjangkau makna wahyu yang sesungguhnya! Contoh perbuatan Rosul yang dianggap gila oleh ummatnya.

Nabi Nuh as membuat perahu besar di daratan yang jauh dari laut. Nabi Musa as membawa ummatnya keluar besar-besaran dari Mesir menuju Laut Merah dan membelah Laut Merah! Nabi Muhammad saw dituduh gila, karena melakukan perjalanan malam Isra’ dan Mi’raj dari Masjidil Haram  di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina lalu naik langsung kelangit ke tujuh dan terus ke Mustawa Bolak balik hanya dam waktu 1/3 malam!

Dan apapun yang kamu katakan belum tentu dikatakan oleh mereka yang berpengetahuan luas darimu.  Ingat, kamu diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah, untuk memimpin, bukan untuk dihina! Kamu punya kelebihan sendiri yang khusus diberikan oleh Allah padamu dan tidak pada orang lain, sebagai ciri khas dirimu sebagai manusia yang unik, sebagai manusia perorangan yang dengannya Allah ingin menunjukkan diri-Nya sendiri melalui kamu ciptaan-Nya.

Bila kamu dihina karena fisikmu, mereka belum menghina kamu, tapi menghina Allah! Karenaa kamu diciptakan Allah. Kalau kamu dihina karena kebodohanmu, terimalah, yang ini mereka benar-benar menghinamu. Allah tidak menciptakanmu dengan kebodohan!

Kamu bodoh karena kesalahanmu sendiri, yang tidak mau belajar, malas belajar, malas mengerjakan sesuatu yang baru, lemah semangat, gampang putus asa dan sebagainya. Dalam kondisi sekarang kamu harus bersyukur kepada Allah, karena latar belakangmu yang serba kurang, tapi Allah melebihkanmu untuk menutupi segala kekuaranganmu di masa lalu dan mengangkatmu dari hinaan teman-temanmu di masa lalu.

Orang yang beriman itu selalu punya sikap yang optimis, dia selalu punya harapan. Kalau tak bahagia di dunia, ya di akherat. Kalau tak kaya di dunia ya di akherat. Kalau tak punya apa-pa di dunia, ya di akherat.  Akherat adalah masa depan yang sesungguhnya. Masa depan bagi seorang manusia di dunia paling sampai 100 tahunan, sedangkan di akherat abadi selamanya. Dan pilihannya hanya dua, syurge atau neraka.

Kamu tak pantas masuk syurga, karena amalanmu sangat sedikit sedangkan dosamu sangat banyak. Kamupun tak pantas di masukkan ke neraka, jadi dimasukkan ke mana? kalau boleh minta, Aku ingin masuk ke dalam naungan Allah, bukan ke syurga-Nya, apa lagi keneraka-Nya!

Syurga adalah ciptaan-Nya, jadi makhluknya juga sama dengamu. Jadi buat apa masuk syurga kalau syurga sama juga dengan kamu. Maka kalau Allah mengizinkan, Aku ingin masuk ke dalam diri-Nya, menyatu pada-Nya, pada-Nya dan pada-Nya. Bukan pada makhluk ciptaan-Nya, tapi pada-Nya, kalau tidak ke dalam naungan-Nya.

Di syurga adalah kenikmatan yang tak tergambar dengan apapun, padahal syurga itu baru makhluk-Nya yang juga sama dengan kamu. Loh kalau masuk ke dalam makhluk-Nya  sudah begitu nikmat, apalagi kalau dapat masuk ke dalam naungan-Nya, apalagi kalau bisa masuk ke dalam diri-Nya, maka kenikmatan akan akan lebih tak terhingga jika di badingkan nikmatnya masuk syurga.

Maka Rabih al Adawiyah membawa obor untuk membakar syurga dan membawa air untuk memadamkan neraka! Mengapa? Karena bagi seorang sufi seperti dia, dia beribadah bukan karena ingin masuk syurga dan takut pada neraka, tapi benar-benar karena cintanya kepada Allah semata! Allah adalah tujuan dari segala macam peribadatannya. Dapat menatapnya di akherat lebih berarti daripada masuk syurga, buat apa masuk syurga kalau tak dapat menatap yang amat dicintai yaitu Allah.

Manusia takut kehilangan, takut ancaman, takut di bully,  apalagi bila sesuatu itu benar-benar miliknya, entah apa jadinya bila hilang darinya. Manusia sering menjadi “setan” aku-aku, semua yang ada bersamanya dikatakan miliknya, hingga sering terdengar kata-kata: istriku, anakku, diriku, hartaku, uangku, jabatanku, mataku, telingaku, kulitku, rambutku, kakiku, tanganku, mulutku, hatiku, napasku, jantungku, ginjalku dan sebagainya.

Padahal semua itu milik Allah, kepunyaan Allah, diciptakan Allah, dipelihara Allah, dapat bergerak karena Allah, jadi mana bukti-bukti yang mengatakan bahwa itu semua  milik dirinya sendiri sebagai manusia? Padahal tak selembar rambutpun manusia membuat untuk dirinya sendiri. Jadi apa yang harus kita katakan terhadap apa-apa yang bersama kita?

Istri Allah? Padahal Allah tidak beristri.  Anak Allah? Padahal Allah tidak beranak. Rumah Allah? Padahal Allah tak membutuhkan rumah, Harta Allah? padahal Allah tak membutuhkannya, Dia Maha Kaya! Maka katakanlah : ” Semua itu milik Allah, aku tak punya apapun, beramalpun tak akan dapat kujalankan tanpa izi-Nya, tanpa kehendak-Nya, tanpa Dia menggerakkan aku”.

Jadi, karena semua ini milik Allah SWT, jangan gentar pada siapapun, karena apa yang kamu miliki belum tentu dimiliki mereka yang lebih darimu. Dan apa yang kamu ketahui belum tentu diketahui oleh yang lebih pintar darimu. Jadi teruslah menjadi diri sendiri, perkara tudingan orang lain, itu belum apa-apa.

Para nabi dan rosul di jamannya masing-masing, bahkan dituduh gila, lihat di atas,  kalau kamu sih belum apa-apa, baru hanya dituding atau dihina, diancam atau di bully hanya karena fisikmu atau karena kebkuranganmu belaka atau karena beda pendapat.

Apa lagi di era digital dan di era media social, dimana orang bisa berbuat apa saja, menghina siapa saja, membully siapa saja, tanpa takut kena sanksi hokum, karena memang sudah bebas. Jadi ketika pihak lain menghinamu, mencemoohkanmu, bahkan menuding-menudingmu, Santai aja, tak perlu diambil pusing, atau pakai rumus pamungkas, EGP, memangnya gue pikirin, Beres!

 

Moskow, 9 Mei 2014