Hanya Sekedar Kemasan

Di sebuah warung pinggir jalan di bawah pohon rindang. Terjadi diskusi dua pria yang sama-sama lajang. Siang itu sinar sang matahari pun cukup terang. Melukiskan keadaan kedua hati sang pemuda bujang.

“Pokoknya nanti kalo ane nikah, kepengennya yang cantik, putih, rambutnya panjang, yaaa pokoknya yang jadi standar pria kebanyakan-lah” ujar Arya. Ranid yang duduk disampingnya hanya tersenyum mendengarkan ucapan dari temannya itu. Arya melanjutkan pembicaraannya ”..tinggi juga, tapi gak tinggi-tinggi amat juga sih, terruss langsing, dan dia juga udah harus sarjana”. Sambil mendengarkan celotehan sang teman sesekali Ranid memakan satu bungkus kuaci seharga Rp 1.500 yang telah ia beli di warung.

”Kalo tipe ente kayak gimana Ran??” tanya Arya kepada Ranid. Mendapat pertanyaan seperti itu Ranid hanya terdiam. Ranid tak habis pikir bahwa seorang Arya yang mengklaim aktivis Islam bisa-bisanya berkata secara mendetail tentang tipikal wanita idaman. Pertanyaan Arya seperti layaknya kembang api tahun baru-an yang menerangi kegelapan otaknya. Ia meminta waktu untuk menjawabnya dikarenakan sebungkus kuaci yang tadi ia beli belum habis dimakannya. Setelah selesai menyantap sebungkus kuaci tadi, Ranid menghela nafas sebentar untuk kemudian menjawab pertanyaan Arya.

”Sebenernya ane pribadi agak males ya kalo diajak diskusi tentang pernikahan, tapi berhubung ente tanya kayak gini, yaaa mau gak mau ane harus jawab. Tapi satu syaratnya ya, ente jangan kasih tau ke orang-orang tentang tipikal wanita idaman ane. Gimana, setuju??.” ujar Ranid meminta kesepakatan dari temannya Arya

”Siippp bosss, setuju!!.” Jawab Arya.

”Jauh sebelum kita berdua lahir kedunia Rasulullah SAW 14 abad lalu pernah bersabda yang intinya wanita itu dinikahi atas dasar empat hal. Kecantikan, harta, nasab, dan yang terakhir agama. Walaupun agama terakhir disebutinnya tapi Rasulullah SAW dalam lanjutan haditsnya menekankan bahwa dalam memilih wanita itu harus didasari oleh agamanya, oleh baik tidaknya agama sang wanita tersebut. Bahkan budak wanita yang berbibir tebal lebih baik ketimbang perempuan cantik tapi musyrik”. Papar Ranid.

” Karena ini yg ngomong Rasul SAW, maka kita sebagai umatnya mestinya ngikutin pesan yang udah disampaikan beliau SAW. ane pribadi lebih memilih agamanya ketimbang yang lain. Perkara yang tadi ente sebut dari mulai rambut panjang sampai S1 bagi ane pribadi itu hanya kemasan atau cuman bungkus aja.

”Nah, ngomongin bungkusan atau kemasan, nasibnya bakalan sama kayak gini”. Ranid menunjukkan kepada Arya sebuah bungkusan kuaci kosong yang ia telah beli tadi. ”Nih liat ya…”. Ranid terus saja meminta Arya untuk memperhatikan bungkusan kuacinya. Ranid kemudian berdiri dari duduknya masih dengan bungkusan kuacinya kemudian berjalan ke arah tempat sampah lalu membuang bungkusan kuaci tersebut ke dalam tempat sampah. Setelah itu Ranid pun duduk kembali disamping Arya.

”Maksudnya apa Ran??” tanya Arya yang masih bertanya-tanya dalam hatinya.

”Yaa, begitulah nasib yang namanya bungkusan, setelah kita pikir gak ada manfaatnya maka bungkusan tadi, pasti langsung kita buang ke tempat sampah” Jawab Ranid dengan bijak.

Ranid melanjutkan pemaparannya ”yaa, begitu lah kalo kita masih liat atau berpedoman dengan standar kemasan. Yang pertama kasian si wanitanya, takutnya kalo udah kita ”bosen” kemasannya maka dengan gampangnya kita buang itu kemasan. Yang kedua kasihan kitanya sebagai laki-laki, merasakan kebahagiaan Cuma sesaat. Cuma pada waktu kemasan tersebut masih kita anggap bagus dan sebagainya”.

”Dalam Al Quran sudah dijelaskan tentang kemasan tadi, coba aja ente buka surat al imron ayat 14 Allah berfirman ”dijadikan indah dalam pandangan manusia terhadap apa yang di inginkan berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”.

”Udah jelaskan?? Di ayat itu perempuan duluan yang disebut. Dan di akhir ayat dikatakan Allah tempat kembali yang baik. Ini menunjukkan standar Allah dan tentunya juga Rasul SAW, lebih baik ketimbang standar kita”.

”Jadi intinya gak boleh cari yang cantik Ran??” Tanya Arya dengan penuh kepolosan.

”yaa, boleh-boleh aja, kan wanita tadi dinikahi atas empat dasar, cantik, harta, nasab, dan agama. Kalo memang ada wanita yang keempat unsur tadi masuk kedalam dirinya, sah-sah saja kita berusaha untuk mengejarnya. Tappiiiii, masalahnya apakah kita layak tuk mendapatkan yang seperti itu??” Jawab Ranid kepada Arya temannya.

Ranid melanjutkan jawabannya ”di surat an nuur udah gamblang dijelaskan bahwa wanita baik untuk laki-laki baik, dan sebaliknya wanita jahat untuk laki-laki jahat. Kalo kata ustadz-ustadz mah, kalo antum mau seorang Fatimah, maka antum harus jadi seperti sayyidina ’ali, dan kalo antum mau mendapatkan seorang ’Aisyah maka antum harus seperti Nabi Muhammad SAW. Wa Allahu A’lam bi Showab”.

” nah, sekali lagi apakah kita udah kayak orang-orang yang udah disebutin tadi??” bertanya balik Ranid kepada Arya.

Mendengar pertanyaan tadi Arya hanya diam membisu. Diam dan berpikir tentang apa yang dikatakan Ranid sahabatnya barusan.

(beberapa saat kemudian)

”Eh, ngomong-ngomong ente faseh bener bicara masalah pernikahan, emangnya ente mau nikah ya??” kali ini Arya yang berbalik bertanya kepada Ranid.

Mendengar pertanyaan tadi justru Ranid yang kini hanya diam dan membisu. Diam seolah pura-pura tidak tahu.

mukminsehat.multiply.com

[email protected]