Doa Anak Kecil

Doa adalah senjata orang mukmin. Dengan doa, mereka memohon pertolongan Allah atas penyelesaian masalah yang dihadapi, memohon diberikan ketenangan dalam kehidupan, memohon dijauhkan dari kecelakaan atau musibah, memohon agar dipenuhi harapan yang diinginkan, dan memohon agar Allah memberi ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukannya. Doa dikatakan sebagai senjata karena doa memiliki energi positif bagi sebuah kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.

Doa ada yang langsung dikabulkan, ada yang ditunda pengabulannya, dan ada pula doa yang disimpan Allah sebagai ketaatan dari hamba yang berbuah pahala di akhirat. Kita tidak mengetahui rahasia di balik doa yang dikabulkan dan yang “tidak” dikabulkan. Semua berada pada genggaman Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Kita—sebagai hamba yang dhoif —hanya diperintahkan untuk selalu berdoa karena dengan doa itu Allah pasti akan memberi suatu kebaikan.

Kita perlu berlindung dari doa yang ditolak oleh Allah yang disebabkan oleh adanya penghalang yang masih menyelimuti diri, seperti masih adanya barang haram dalam tubuh kita dan adanya unsur kesyirikan di dalam lubuk hati. Bagi orang demikian, dianjurkan untuk betaubat kepada Allah terlebih dahulu dengan taubat yang sebenarnya, sebelum memanjatkan doa dan berharap ampunan-Nya.

Dengan memahami bahwa pada hakikatnya berdoa itu adalah dikabulkan oleh Allah, hendaknya kita termotivasi untuk selalu berdoa dan memohon orang lain berdoa untuk kita. Semakin banyak berdoa maka semakin baik. Semakin banyak orang yang mendoakan kita, semakin yakin bahwa Allah benar-benar akan mengabulkan doa yang kita panjatkan. Karena Insya Allah doa orang-orang mukmin itu akan dikabulkan oleh Allah, sepanjang penghambat dikabulkannya sebuah doa telah dihilangkan darinya.

***

Saya memiliki pengalaman berkesan berkenaan dengan doa yang dipanjatkan oleh anak kecil, yaitu anak-anak saya sendiri.

Dua tahun lebih saya tinggal terpisah dengan keluarga. Setahun di Pangkal Pinang, kemudian setahun lebih di Banda Aceh. Sekitar sebulan sekali saya mengusahakan diri untuk pulang ke Jakarta, menyambangi anak dan keluarga dengan menumpang pesawat komersial.

Sudah menjadi kebiasaan saya sebelum berangkat menuju tempat tugas atau sebaliknya, saya selalu memohon agar isteri, anak-anak, kerabat, atau handai taulan, berdoa untuk keselamatan dan kemudahan diri saya selama di perjalanan. Saya menyadari sepenuhnya, bahwa saya adalah orang yang lemah dan masih banyak berkubang dosa. Saya khawatir dengan dosa-dosa saya itu, Allah akan membalasnya dengan sebuah musibah. Oleh karenanya, saya bersungguh-sungguh meminta semua pihak berdoa untuk saya.

Selain memohon doa, saya mengiringinya dengan banyak mendekatkan diri pada Allah, banyak berdzikir dan bersedekah kepada orang dhuafa, memohon keridhoan orang tua, dan menunaikan zakat yang belum ditunaikan. Saya menyadari bahwa musibah kecelakaan pesawat atau musibah lainnya bisa saja terjadi selama diperjalanan dan hanya Allah-lah yang berkuasa menyelamatkan hamba-Nya dari musibah yang mungkin terjadi itu. Oleh karenanya, simpati Allah perlu saya raih demi keselamatan saya di perjalanan.

Ketergantungan saya pada Allah demikian besar mengingat pada saat itu, issu bahwa banyak pesawat yang sudah tua dan tidak laik terbang, banyak dibicarakan oleh masyarakat. Issu itu menemukan pembenarannya dengan terjadinya kecelakaan pesawat yang berulang-kali. Banyak orang takut bepergian dengan menumpang pesawat. Andai terpaksa harus menumpang pesawat, maka orang lebih memilih menumpang pesawat komersial yang kredibel dan safety meski berbiaya relatif lebih mahal.

Terus terang saya masih berpikir dua kali untuk menggunakan maskapai penerbangan yang kredibel karena tarifnya diluar budget yang saya anggarkan. Andai dinamika tugas bisa direncanakan jauh hari, saya bisa menggunakan maskapai penerbangan tersebut dengan murah dengan syarat saya sudah mem-booking dan issued tiket jauh hari. Ya, sekitar satu bulan sebelum keberangkatan.

Karena saya tidak memastikan skedul tugas jauh hari karena tuntutan dinamika tugas, akhirnya saya membulatkan tekad, tidak apalah menggunakan maskapai yang murah tetapi saya mengimbangi dengan sedekah, doa, dan pendekatkan diri pada Allah menjelang keberangkatan. Semoga dengan cara itu, Allah berkenan menyelamatkan saya dari musibah.

Alhamdulillah, selama puluhan kali terbang dengan menggunakan maskapai yang beragam, saya tidak pernah mengalami kondisi yang mengkhawatirkan. Pernah suatu kali, pesawat yang saya tumpangi mati AC-nya kemudian langsung kembali ke bandara dan berganti dengan pesawat yang lebih baik. Jika ada pesawat yang pernah membelokkan arah pendaratan hingga ke Kuala Lumpur karena cuaca sekitar bandara yang tidak mendukung, saya tidak pernah mengalaminya. Apa yang saya alami selama ini, semua lancar-lancar saja. Alhamdulillah.

***

Hari libur Jum’at yang lalu, saya menyempatkan diri berkunjung ke Islamic Boor Fair di Gelora Bung Karno, Jakarta. Ada buku yang menarik perhatian saya, yaitu buku kumpulan hikmah berjudul “Doa Anak Kecil”. Saya langsung membaca artikel yang berjudul “Doa Anak Kecil” itu. Pikiran saya langsung membayang pada rentetan kejadian penerbangan yang saya alami. Tidak menyangka jika pemikiran saya waktu itu selaras dengan isi buku tersebut.

Diceritakan bahwa suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab bertemu dengan seorang anak kecil di sebuah jalan di tengah kota Madinah. Beliau menghampiri anak itu. Sambil membungkukkan badan, sang Khalifah berkata kepadanya dengan penuh kasih sayang, “Nak, berdoalah kepada Allah yang Maha Pengasih agar merahmati kita semua.

Para sahabat heran dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bagaimana Anda meminta kepada seorang anak kecil untuk berdoa kepada Allah. Padahal, Anda adalah satu di antara sepuluh orang yang telah diberitakan Nabi SAW sebagai penghuni surga.

Umar menjawab, “Aku memintanya berdoa justru karena ia masih anak-anak (kecil), karena catatan Allah belum berlaku atasnya, dan karena itu doanya dikabulkan. Sedangkan kita yang telah dewasa, catatan Allah telah berlaku atas kita.

Kisah ini memberi pelajaran bahwa doa anak kecil itu tidak sia-sia. Bahkan boleh jadi, doa dialah yang paling dikabulkan Allah di antara doa-doa orang-orang dewasa yang kita mintakan doanya, karena hatinya yang masih bening dan belum tergores oleh tinta dosa.

Kita tidak pernah mengetahui sebab apa yang menjadikan kita selamat dan terhindar dari musibah (kecelakaan). Apakah dari ibadah kita, doa dan dzikir kita, sedekah kita, doa dari orang shaleh, ataukah doa dari anak-anak (kecil) yang kita mintakan doanya. Tidak ada salahnya kita berinvestasi pada banyak amal sebagai wasilah keselamatan. Ini adalah prinsip umum dalam berinvestasi bahwa kita tidak dianjurkan untuk menaruh instrumen investasi dalam satu keranjang, melainkan dianjurkan untuk menaruhnya pada beberapa keranjang, sebab kita tidak tahu persis investasi mana yang membuahkan keselamatan bagi kita.

Dengan kunjungan saya ke Islamic Book Fair dan menemukan buku kumpulan hikmah itu, saya makin menyakini akan sebuah instrumen investasi yang tidak boleh diremehkan yaitu memohon doa dari anak kecil, terutama anak-anak kita. Ya, sangat mungkin keselamatan saya selama ini adalah akibat doa anak-anak saya yang masih kecil yang dituntun ibunya tatkala doa itu dipanjatkan secara bersama-sama.

Saya tidak pernah ragu lagi untuk berpamitan kepada anak-anak manakala saya akan pergi. Memang pasti ada maunya anak-anak itu dan pasti —sebentar atau lama—keberangkatan saya akan jadi tertunda. Namun jika saya membayangkan besarnya makna doa dan keridhoan mereka, maka keterlambatan atau ketertundaan itu menjadi hal yang kecil dan tidak signifikan.

Di samping itu saya sebenarnya diingatkan bahwa sebenarnya Islam itu begitu memuliakan, menghargai dan mempercayai anak kecil layaknya orang dewasa. Tidak ada salahnya kita meluangkan beberapa waktu untuk mengkondisikan mereka sehingga mereka ridho melepas kepergian kita, meski dengan jarak yang dekat sekalipun.

Tiba-tiba saya teringat dengan sebuah pepatah yang amat populer, yakni bahwa jika anak dibesarkan dengan kemuliaan, penghargaan dan kepercayaan maka sesungguhnya ia belajar memuliakan, menghargai, dan mempercayai di dalam kehidupan. Rasanya itu adalah hikmah tambahan yang saya peroleh manakala saya mampu memuliakan, menghargai, dan mempercayai mereka untuk memanjatkan doa keselamatan bagi ayah yang dikasihi mereka.

Semoga kita bisa memuliakan, menghargai dan mempercayai anak-anak kita atas dasar petunjuk Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Amin.

Waallahua’lamu bishshawaab
([email protected])