Jangan Pernah Meragukan-NYA

Jika kita meragukan manusia dalam kemampuannya untuk bersikap adil, itu wajar. Karena sebaik atau sepandai apapun manusia, terkadang penilaiannya tidak tepat atau tidak konsisten. Tapi, jangan pernah meragukan keadilanNYa, karena Allah benar-benar Maha Adil. Jikapun dengan kasat mata kita saksikan ketimpangan-ketimpangan, jangan pernah ragukan Keadilan-NYA dalam menetapkan sesuatu. Sungguh, ilmu kita sangat sedikit untuk dapat memahami-NYA. Jangan pernah sekalipun meragukan segala sifat dan nama baik yang disandangNYA.

Kita sering mempertanyakan hal-hal sebagai berikut , kenapa ada sebagian orang yang begitu mengharap dan mendambakan momongan, tidak jua diberi. Sementara, sebagian orang yang tidak mengharap, bahkan tidak menginginkannya, justru Allah titipkan benih di rahimnya. Kemudian mereka mempertanyakan keadilan Allah. Sesungguhnya, ketika memberi atau tidak memberi, Allah menunjukkan sifat Maha Kuasa-NYa. Sesungguhnya, ketika memberi atau tidak memberi, Allah tetap menunjukkan sifat Keadilan-Nya.

Apa arti adil atau konsep adil bagi kita? Adil bukan berarti sama rata. Adil bukan berarti seimbang. Adil bukan berarti setiap orang harus diperlakukan sama persis. Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya secara proposional.

Sebagai contoh, kita memiliki 2 orang anak. Yang pertama sudah SMP yang kedua masih TK. Ketika memberi uang jajan, kita beri sang kakak dan sang adik sama banyak, misalnya Rp 2000,-. Sementara sang kakak sekolah naik angkot pulang pergi dan tiba di rumah menjelang sore. Sang adik sudah diantar ibunya, pulangpun sebelum dzuhur. Adilkah kita kepada kedua anak kita dalam memberi uang jajan?

Sungguh, segala sesuatu telah Allah tetapkan sesuai takaranNYa, dan Allah tidak akan pernah salah dalam menakar. Setiap kita diuji ,sesuai dengan batas kemampuan kita, dan hanya Allah yang Maha Tahu batas kemampuan kita dibanding kita sendiri. Anak adalah amanah sekaligus ujian bagi kedua orang tuanya. Kita ingin, dan merasa mampu. Tapi, bagaimana menurut Allah?

Di sisi lain, ada yang sudah punya anak banyak, sudah komplit pula, lagi-lagi diberi keturunan. Kemudian dengan susah payah berusaha digugurkan, karena merasa tidak ingin dan merasa tidak mampu. Siapa yang lebih dapat menilai mampu atau tidaknya kita selain Allah? Jika Allah memberi, itu tandanya kita mampu. Masalah rezeki? Insya Allah sudah Allah sediakan. Allah berfirman; “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepada kamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang sangat besar.” [Al-Israa : 31]

…………

Saya memiliki kerabat. Orangnya sangat baik. Dermawan dan ringan tangan. Kemudian saya saksikan, kesulitan-kesulitan hidup bertubi-tubi menimpanya. Dia datang kepada saya, kemudian bercerita bahwa dalam kesedihannya kadang ia bertanya pada dirinya, apa dosa saya sehingga hidup saya seperti ini? Apa dosa saya sehingga Allah menghukum saya seperti ini? Rasanya tidak adil…Astaghfirullah…Ia “menggugat” Allah tentang apa yang menimpa dirinya.

Begitu banyak yang terjadi dalam kehidupan kita. Ada yang kita sukai dan ada yang tidak kita sukai. Tapi, apapun itu, jangan sampai membuat kita meragukanNya, jangan sampai kita mempertanyakan tindakanNYa. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 216; “ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”

Jadi, andai kita tertimpa musibah bertubi-tubi, padahal kita rajin ibadah dan menjalani hidup ini secara baik, jangan pertanyakan tentang keadilan Allah. Karena masalah musibah bukan tentang Allah adil atau tidak adil. Tapi karena musibah memang bagian dari takdir-NYA. Sungguh, Allah Maha Adil. Dan telah Allah tetapkan segala sesuatu sesuai porsinya.

Jangan pernah merasa diperlakukan tidak adil oleh Allah. Justru kita yang harus bertanya kepada diri kita sendiri, adilkah kita terhadapNYA? Jika mau hitung-hitungan, kitalah yang banyak berbuat tidak adil terhadapNYA. Terhadap nikmat-nikmat Allah, sudahkah kita mensyukurinya? Jikapun telah kita syukuri, setarakah syukur kita dengan segala nikmat yang telah dilimpahkanNYa kepada kita?

……..

Kegamangan kita dalam meyakini sifat adilNYA dan sifat-sifat Allah yang lain, sedikit demi sedikit akan merusak aqidah kita. Karena sebagai muslim, kita harus yakin dengan segala sifat dan nama baikNYA. Kita adalah yang dicipta, dan Allah yang mencipta. Kita adalah yang diberi dan Allah sang Pemberi. Tapi, wajibkah Allah memberi setiap yang kita minta?

Terkadang pula, kita merasa harus diberi yang terbaik atas keshalehan yang kita lakukan. Kita ‘menuntut’ Allah bertindak adil sesuai kriteria adil dalam benak kita. Kehidupan kita harus berjalan baik sesuai kebaikan yang kita lakukan. Kalau ada orang yang sikapnya buruk, maka kehidupannya harus buruk. Itu baru adil, menurut kita. Lalu apa artinya janji surga dan neraka, jika setiap orang sudah dibalas sesuai perbuatannya di dunia ini?

Allah benar Maha Pengasih, tapi Allah tidak harus mengasihi setiap maklukNYA dengan cara yang sama khan? Ada yang Allah kasihi dengan kenikmatan hidup, karena dengan cara itulah sang hamba mendekat kepadaNYA. Ada yang Allah kasihi dengan cara memberinya cobaan, karena dengan cara itu sang hamba mendekat kepadaNYA.

Sekali lagi, jangan pernah meragukanNYA. Jangan pertanyakan Keadilan-NYA. Jangan sangsikan cinta-NYA. Jangan tidak yakin dengan segala Sifat dan Nama Baik-NYA. Allah Maha Rahim dan dengan kerahiman-NYA, Allah hanya menghendaki kebaikan kepada setiap hamba-hamba-NYA. DIA adalah Allah. Dan DIA pasti adil, dan kita harus mengakuinya sekalipun tidak dapat memahaminya. Allah berhak melakukan apapun terhadap hidup kita, dan DIA tetap Adil dengan segala perbuatanNYA.

Wallahu’alam.

Ummuali.wordpress.com