Untukmu, Wahai Para Pemenang!

Wahai orang-orang yang sering kali berjumpa dengan kegagalan dalam hidupnya. Ketahuilah, bahwa kau adalah orang-orang yang sangat beruntung! Karena seorang nakhodah tangguh, hanya lahir dari hantaman badai hebat yang bertubi-tubi! Seorang nakhodah tak dapat dikatakan tangguh, ketika ia berlayar di samudera yang tenang. Apalagi hanya berdiri tegak di pinggir dermaga!

Wahai sahabat, menurutmu, hidup dengan lancar-lancar saja, mulus-mulus saja, dan hampir semua kenginginanmu tercapai dengan mudah, adalah suatu hal yang menyenangkan? Iya! Tentu saja! Tapi, satu hal saja, hidup dengan penuh liku, hidup dengan penuh tantangan, memiliki nilai lebih! Ia memiliki poin lebih tinggi karena ada energy lebih besar yang harus ia keluarkan untuk bisa sejajar dengan orang-orang yang hidupnya hanya ’lurus’ saja. Dan menakjubkannya, mereka punya kekayaan yang yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang hidupnya datar-datar saja itu. Kekayaan itu adalah pengalaman! Dapatkah kau membeli pengalaman? Tentu tidak.

Semakin kusadari, sesungguhnya kehidupan itu sendiri adalah sebuah sekolah tempat melakukan pembelajaran-pembelajaran, perbaikan-perbaikan. Sekolah ini hanya akan melahirkan lulusan terbaik jika para siswanya mau belajar dengan sungguh-sungguh, benar-benar mau menilik segala sisi positif dari hidupnya, meskipun ia sendiri berada pada kondisi yang begitu pahit menurut pandangan universal. Ia yang mampu bangkit pada posisi paling sulit, kegagalan paling hebat, dan ketika ia justru berada pada titik minimumnya.

Sahabat, aku punya cerita. Tentang kegagalanku pada satu bulan terakhir. Ada beberapa kegagalan yang datangnya benar-benar bertubi-tubi. Aku merasa, inilah salah satu masa paling down dalam hidupku, setelah aku melewati beberapa fase sebelumnya. Jangan kau pikir aku tidak menumpahkan air mata! Mungkin aku tak dapat menghitung entah berapa cc air mata yang sempat kukeluarkan untuk beberapa macam kegagalan-kegagalan besar besar itu. Bahkan, kegagalan itu punya space-space tersendiri, dan memiliki porsi yang sama, menempati satu hati, pada waktu yang hampir bersamaan. Sama-sama meminta perhatian. Bahkan, aku kadang tidak bisa lagi bedakan, saat ini aku sedang berada di titik kegagalan yang mana? Meski sahabatku sendiri, orang-orang yang dekat denganku mengatakan, bahwa aku adalah orang yang paling jarang bersedih, dan bahkan tidak bisa membedakan antara kondisi sedihku dengan kondis bahagiaku. Tapi, tetap saja aku punya titik kulminatif kesedihan.

Padaku, padamu, pada kita diberikan pilihan di mana kita bebas memilih, antara mengikuti kegagalan itu, atau berbalik berjuang untuk bangkit melawannya! Aku, kau, kita semua, bebas memilih apapun penyikapan diri.

Kau tahu, sebenarnya ada sesuatu hal yang ‘kecil’ saja untuk men-setting pilihan-pilihan itu. Yaitu, bagaimana kita memandang sebuah masalah. Yup paradigm kita!

Setelah melewati beberapa kegagalan besar (sekali lagi kukatakan, kegagalanku bukan hanya satu, tapi ada beberapa, di waktu yang nyaris bersamaan), aku malah ingin berterima kasih pada kegagalan! Yup, berterima kasih! Dan, kegagalan ini pula yang kemudian membuat aku bisa benar-benar tersenyum sumringah, melukis sebuah azzam, dan benar-benar bertekad akan menantangnya! Kau tahu? Aku memang sempat mengikutinya, sejenak. Aku dengan kondisi lost hope, aku dengan kondisi yang gamang, aku dengan kondisi, “lebih baik di telan bumi saja, dari pada harus menghadapi ini semua.” Tapi tidak! Aku tidak mau berlama-lama dengan energy negative yang jika dituruti hanya akan menuai kegagalan lebih besar. Hanya akan membuat duniaku menjadi gelap!

Kegagalan adalah sebuah pemantik untuk menyalakan api lebih besar! Kegagalan, adalah terjatuh untuk bisa bangkit lebih tinggi! Tidak ada yang salah dengan kegagalan. Sebab, ketika baru saja kita bangkit dari kegagalan, itu adalah awal permulaan kesuksesan yang lebih besar, insya Allah.

Sebuah kesalahan… sebuah kesalahan… semestinya memang disikapi bukan dengan penyesalan. Memang harus ada penyesalan! Tapi, harus diikuti dengan perbaikan! Siapa sih, di atas dunia ini yang tidak pernah salah? Sedangkan Allah saja, menyediakan seluas-luasnya bentangan pintu taubat, seburuk apapun masa lalunya, seburuk apapun kesalahannya. Lantas, apa alasan kita untuk terus menerus menyesalinya tanpa kemudian bangkit memperbaikinya? Kesalahan… adalah media pembelajaran, bahwa dengannya kita belajar untuk menjadi benar. Bahwa dengan kesalahan itu, kita bisa bangkit, mempebaikinya, terus merenovasinya… Terus berkarya!

Semua ini, juga mengajarkanku, bahwa sesungguhnya KITA MEMBUTUHKAN ADANYA MASALAH! Pernyataan ini memang suatu negasi, barang kali. Tapi, memang begitulah hakikatnya hidup. Bahwa ia adalah perpindahan dari suatu masalah kepada masalah berikutnya. Apa rahasianya kenapa kita butuh masalah? Adalah, masalah… akan menguji, sejauh mana ketergantungan kita kepada Allah… Yup, adanya masalah akan menjadi indicator sejauh mana ketergantungan kita pada Allah.

Apa kita pernah bertanya-tanya, “mengapa hanya aku saja yang Allah uji bertubi-tubi?” Maka, selanjutnya, berhentilah bertanya dengan pertanyaan itu dan senadanya. Sesungguhnya, beruntunglah jika kita adalah orang-orang yang Allah pilih untuk mendapat ujian. Beruntunglah! Karena itu adalah pertanda kita akan ‘naik kelas’ jika kita bisa berhasil melewatinya. Semakin banyak ujian, semakin sering ujian, semakin baik! Sebab, semakin besar peluang untuk dapat naik kelas. Semakin kaya kita dengan pengalaman, pembelajaran dan hikmah. Bukankah itu suatu anugrah?

Sahabat, memang kuncinya adalah… bagaimana kita memandang sebuah masalah, ujian, kegagalan maupun kesalahan itu. Apakah dengan pandangan yang sempit sehingga dunia terasa begitu sesak, atau dengan pandangan sebening telaga, seluas samudera? Percayalah, ketika kita mau memandangnya dengan pandangan yang luas, semakin meningkatkan ketergantungan pada Allah, yang Maha Memberikan solusi, sesungguhnya tidak ada masalah yang tidak dapat kita selesaikan. Segalanya, seperti grafik parabol, memiliki titik balik! Pasti SELALU ADA KEMUDAHAN DI SETIAP KESULITAN! SELALU ADA KEMUDAHAN! Percayalah…

Orang tuaku memberiku nama Fathelvi yang berasal dari akar kata “Fathul-Alvi”. SERIBU KEMENANGAN! Pada mulanya, aku berpikir, betapa beratnya namaku ini. Bahwa sekurang-kurangnya aku harus mendapatkan seribu kemenangan dalam hidupku. Jangankan seribu, satu saja susah yah. Hehe. Tapi, Hari ini… saat ini… aku bertekad, bahwa aku akan menggenggam seribu kemenangan itu kelak, insya Allah! Bahwa aku adalah Fathul-Alvi. Tiadalah… selain kemanangan! Hanya kemenangan saja. Bukan berarti aku menisbikan adanya masalah, adanya kesalahan dan adanya kegagalan. Tidak! Bukankah ketika kita berhasil bangkit, itu juga adalah salah satu dari sekian banyak bentuk kemenangan?

Berpikir sukseslah, maka kita akan menjadi sukses. Jangan pernah berhenti berharap! Terbitkanlah bintang harapan sebanyak-banyaknya… sebanyak-banyaknya!

Sesungguhnya, hanya orang-orang yang tidak punya harapanlah yang akan perlahan meranggas dan mati. Mari kita tuliskan mimpi-mimpi kita. Jika tak tercapai satu mimpi, maka kita masih punya seribu mimpi yang lain! Sebab mimpi, akan menjadi nafas perjalanan kita, meski tertatih pun kita menggapainya. Menjadi berbedalah! Menjadilah golongan orang-orang yang sedikit! Jangan menjadi orang kebanyakan seperti kebanyakan orang-orang!

Kali ini, MY LIFE THEME adalah… MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP, UNTUK HIDUP YANG LEBIH BERKUALITAS! Yup, hidup yang lebih berkualitas! Hidup di dunia ini hanyalah sejenak dan hanyalah satu kali saja. Jika tidak diisi dengan segala sesuatu yang berkualitas, maka, yang ada hanyalah catatan-catatan kosong saja. Tak banyak yang akan kita tuai kelak, di hari ketika segala sesuatunya dibalaskan. Tak banyak! Adakah penyesalan yang lebih besar dari pada penyesalan di hari itu?

Meningkatkan kualitas hidup, untuk hidup yang berkualitas!

Jia tidak dari sekarang, maka, kapan lagi? Bukankah kita sangat menginginkan, bahwa penutup hari-hari kita adalah dengan amalan terbaik, pun dengan kualitas terbaik? Tentu saja!

Hayuuu… Semangat! semangat! Pancangkan asa sebanyak-banyaknya, setingi-tingginya! Kukuhkan azzam. Genggam dan kepalkan tanganmu! Teriakkan takbir, “Allahu akbar! Allahu akbar!”

Selamat berjumpa di puncak-puncak kemenangan! Dan menjadilah pribadi yang menang!
Aku, kau, kita semua, punya kesempatan yang sama! Let’s Fastabiqul khoirat! Berlomba-lomba! Dan kita, harus jadi para pemenang!

www.fathelvi.blogspot.com