Minta Maaf Melalui SMS

Kata orang bijak, “kesempatan tidak akan datang dua kali.” Kata-kata ini tergiang di telingaku dan membuat hati sedikit bergetar saat saya menerima info dari salah satu jasa telepon seluler, “anda mempunyai account gratis SMS 98…”

Bonus itu datang saat malam hari, dan saya juga tidak tahu apa sebabnya dapat. Yang pasti saya bersyukur, walau yang gratisan tersebut akan berakhir esok hari dengan atau tanpa dipakai.

Nah, saya pikir daripada musnah esok harinya, padahal SMS yang tersedia cukup banyak untuk digunakan. Maka saya mengirimkan do’a sekaligus permohonan maaf atas segala salah baik saya sengaja maupun tidak kepada sanak keluarga, sahabat dan teman-teman yang dekat maupun yang jauh.

Ada bermacam-macam tanggapan untuk SMS yang saya kirim. Misalnya, “kami juga minta maaf…” Ada juga yang membalas dengan amin dan merasa merekalah yang banyak salah. Tapi ada juga yang balasannya menggelitik. Begini bunyinya, “minta maafnya dalam rangka apa ya?”

Nah lho, kalau ditanya begitu, saya juga bingung. Saya kan kirim SMS dengan tujuan menggunakan fasilitas gratis yang tersedia dan merasa persembahan maafku adalah hal yang paling penting saya haturkan kepada mereka. Karena selain malam, dan dalam dada terbersit kata, “mungkin kah besok saya masih hidup?” Atau mungkin saya bisa saja mengatakan dalam rangka menjemput kematian. Gawat kan kalau saya menyampaikan demikian. Karen mungkin saja sang kawan tersebut berpikir, saya akan bunuh diri dengan jawaban tersebut. Atau mungkin dia berpikir saya mau berangkat ke Tanah Suci Makkah? Karena tradisi di Sengata, sebelum berangkat akan ada permohonan maaf.

Seandainya saya meninggal esok harinya. Saya tidak akan begitu menyesal ( saya hanya mengira-ngira, karena saya juga nggak tahu bagaimana dan apa yang akan saya hadapi nantinya ) karena masih sempat minta dimaafkan. Karena kita tidak tahu kapan kita akan memasuki dunia “maya” tersebut. Kalau ada kesempatan mengapa tidak digunakan untuk hal yang paling penting menurut kita. Daripada hanya ngolor ngidul, karena merasa dapat “durian runtuh” kan lebih baik digunakan untuk mengurangi dosa-dosa terhadap sesama?

Kembali ke pertanyaan salah satu kawan, “dalam rangka apa meminta maaf?” saya katakan bahwa SMS itu saya kirimkan karena saya tidak tahu besok apakah saya masih hidup atau tidak. Karena saya pasti lah banyak salah, baik sikap maupun kata kepada mereka. Baik yang saya sengaja maupun tidak.

Kesempatan untuk meminta maaf masih sangat luang jika kita masih hidup. Tapi apakah kita tahu, bahwa sebelum kita menghembuskan nafas terakhir, kita telah meminta keikhlasan untuk dimaafkan terutama pada orang terdekat kita. Jika ada kesempatan, maka sangat lah rugi bila kita tidak menyampaikannya. Tidak perlu ada moment khusus, seperti lebaran, atau syukuran yang biasa diadakan untuk keberangkatan menunaikan ibadah haji.

Sengata, 20 Mei 2010

Halimah taslima

Forum Lingkar Pena ( FLP ) FLP Cab. Sengata

[email protected]