Ibuku, Madrasahku

Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat. Ini sebuah ungkapan bijak yang maknanya sangat dalam. Artinya, jangan pernah berhenti belajar hingga malaikat maut menjemput. Tentu saja, Islam menekankan hal tersebut bahwa pendidikan itu sangat penting. Dengan kata lain, menuntut ilmu itu fardhu (wajib).

Namun, tanpa sadar, kita cenderung memaknai bahwa sekolah itu wajib. Padahal, esensi yang lebih ditekankan atau dimaksud adalah menuntut ilmu atau belajar. Menuntut ilmu itu tidak hanya bisa didapatkan dari sekolah. Namun, alam, lingkungan, keluarga, dan sosial masyarakat juga bisa memberikan ilmu kepada siapa pun. Dunia ini adalah kampus kehidupan yang maha luas, di mana segala ciptaan Allah SWT di alam semesta ini merupakan pertanda bagi orang-orang yang mau berpikir.

***

Suatu malam, saya ditelepon ibu. Beliau berpesan agar saya menjaga kesehatan dan diri saya baik-baik. Ibu berpesan seperti itu karena saya bekerja pada malam hari. Hal tersebut sering beliau sampaikan kepada saya, baik lewat SMS maupun telepon. Meski jauh, beliau tak jarang mengingatkan saya akan pentingnya menjaga kondisi saat bekerja di malam hari.

Lewat kedua orang tua, terutama ibu, saya banyak belajar bahwa hidup itu harus dihadapi dengan usaha tanpa kenal menyerah. Beliaulah yang membesarkan hati saya saat sempat menganggur untuk mencari kerja dahulu. ”Lihat bundamu ini, melek bengi tangi isuk jualan jajan untuk siapa kalau bukan gawe anak-anaknya?” begitu ibu selalu menyemangati saya dulu. Kalimat itu selalu terngiang dan melecut saya agar tak mudah putus asa.

Semangat ibu memang tak bisa saya lupa meski beliau cuma seorang penjual kue dan gorengan di sebuah kantin sekolah. Gorengan itu dijual seharga Rp 600. Namun, dengan hasil jerih payahnya itulah, saya bisa mentas menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Ah, lagi-lagi saya harus banyak belajar dan belajar dari sosoknya.

Hal apa yang tak mungkin saya lupakan adalah melihat keceriaan bunda saat kelulusan saya beberapa tahun silam. Beliau yang lulus sampai SMKK (setingkat SMA) mengaku bahagia melihat anaknya memakai toga. Lalu, malukah saya memiliki ibu yang menjadi penjual kue? Tidak! Al-Ummu madrasatun. Ibu itu ibarat sebuah sekolah. Ya, beliaulah yang selalu mengayomi saya dengan pelajaran tentang kehidupan dan menghadapi kesulitan dengan kesabaran.

Di usia setengah abad ini, bunda masih tegar menjalani rutinitasnya sebagai penjual kue. Meski demikian, hampir tak pernah beliau mengeluh walaupun meneteskan peluh demi membantu bapak menopang keuangan keluarga. Subhanallah, entah ungkapan sayang apa lagi selain doa yang bisa saya berikan untuk sosok ibu yang pantang menyerah itu.

***

Bulan separo terbentang menaburkan cahaya malam yang menawan. Ruang kerja masih ramai dengan hiruk pikuk aktivitas para awak kantor. Malam itu, dering handphone berbunyi di meja kerja saya. Ibu menanyakan kabar saya dari Bekasi. Kami berbincang singkat. Di kalimat terakhir bunda kembali berpesan, ”Jangan mudah sombong meski kamu sudah mapan dengan kehidupanmu sekarang.”

Subhanallah walhamdulillah, terima kasih ya Allah, Engkau mengingatkan hamba yang dhaif ini lewat kesederhanaan dan nasihat-nasihat ibuku. Membalas kebaikannya saja aku tak mampu. Jika doa dan tetes air mataku ini bisa menyambung kerinduannya, maka berikanlah untuk wanita yang baik itu.

Sembilan bulan sepuluh hari, seorang ibu mengandung anaknya. Selama itu pula kasihnya mengalir seperti air demi bayi yang dikandungnya. Belum lagi rasa sakit saat melahirkan sang anak dan bertaruh nyawa. Dibuai kasih yang tiada tara. Namun, kita para anaknya bahkan kali pertama menghirup nafas di dunia sudah menyusahkannya. Bukankah kita pada saat itu sering merengek tangis di waktu malam menganggu istirahat ibunda. Juga tak jarang kita mengompolinya. Tetapi, ibu selalu membalasnya dengan bahasa cinta. Ia tak pernah mengeluh dan berharap pamrih dari anak-anaknya.

Alangkah besar pelajaran dari ibu. Dia adalah rumah ilmu yang mengajarkan bahasa dengan peluk manja dan kasih sayang, bukan kekerasan. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosanya dan mencurahkan nikmat sebagai balas pahala atas kebaikannya. Terima kasih bunda…

[email protected]