Ilmupun Bisa Menjadi Bak Harta yang Sia-Sia

"Wah…! Ustadz Ramadhan tadi benar-benar menggugah yah ceramahnya. Setelah memperhatikan beliau, terlihat sekali ketawadhuan dan karomah yang kuat akan ketinggian keilmuan beliau. Bukan aura loh, tapi kemuliaannya. Aura cuman milik yang percaya dukun-dukun. He he he!" kata Maman.

"Begitulah kemuliaan taqwa terpancar, jika ilmu dipraktekkan secara amanah dan istiqomah." tambah Syams.

"Pantas saja kedudukan seorang yang berilmu atau terpelajar lebih tinggi di atas seorang dermawan yang menyedekahkan hartanya. Walau masih di bawah orang-orang yang berjihad sich, tapi lumayanlah."

"Iya. Tapi ilmu bisa menjadi sia-sia, sama layaknya harta yang sia-sia. Bahkan kalau aku pikir justru lebih rendah, karena amanahnya yang lebih berat. Wallahu a’lam!"

"Oh ya? Bukankah ilmu adalah penjaga?"

"Ia akan menjadi penjaga kalau yang diamanahkan memiliki keikhlasan. Tidak bermaksud untuk dilihat orang, atau bahasa kasarnya pamer, dan maksud-maksud duniawi lainnya. Ini adalah sifat munafik, bahkan sampai ke sifat syirik, karena menuhankan diri sendiri. Ibarat orang berilmu tapi imannya nol, maka amalnyapun nol. Jika imannya setengah, maka amalnya setengah. Jika imannya penuh, maka amalnya penuh. Jadi mau seberapapun ilmu itu, banyak ataupun sedikit, jika imannya buruk, maka buruk pula amalnya. Maka ilmunya yang bertumpuk-tumpuk dan bertingkat-tingkat itu menjadi sia-sia."

"Aduh kenapa berat sekali yah menjadi seorang yang berilmu?"

"Makanya ilmu itu harus membuahkan manfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang sekitarnya. Seperti halnya harta, ilmu juga harus disedekahkan. Jangan ditahan dan disimpan di belakang punggung. Manfaatnya harus diputar, maka hasilnya berlipat-lipat, bahkan menjadi kekal seperti halnya amal jariyah, karena diteruskan tidak terputus bagi yang mengambil manfaatnya dan menyebarkannya."

"Walau berat, ternyata amalannya berlipat-lipat. Aku jadi semangat mencari ilmu. Moga Allah memudahkan aku mendapatkan ilmu dan menghindarkanku dari perbuatan yang menyia-nyiakan rizkynya itu. Moga Ilmu-ilmu yang barakah itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang amanah."

"Aamiiin!!! Maka kita harus sama-sama ingat, bahwa di hari hisab nanti, ilmupun bukan penolong seperti halnya harta kita. Bekal kita justru adalah amalan-amalan yang didapat dengan ilmu itu. Maka banyaknya ilmu dan semakin tingginya tingkat keilmuan kita, itu semua belum tentu menyelamatkan kita. Kecuali orang-orang yang mengamalkannya secara ikhlas kare Allah semata."