Sabar Dalam Kenikmatan

Kala itu langit mungkin sedang tak begitu berbaik hati. Pagi yang cerah tidak secerah biasanya. Langit lebih suka menampakkan mendung disertai rintik-rintik hujan. Walaupun seperti itu, tak mengubah semangat para satria ganesha untuk tetap beraktivitas di bumi ganesha tercinta.

Begitu pula dengan kelompok majelis ini. Walaupun hari itu terhitung hari libur, ternyata semangat mereka yang selalu haus akan ilmu lebih besar daripada mereka habiskan untuk bersantai di rumah, subhanallah…… (semoga kita tetap istiqomah selalu,aamiin).

Memang benar, jika kita mengerjakan sesuatu karena ALLAH dan berada di jalan ALLAH, pastilah apa yang kita kerjakan akan bermanfaat bagi kita. Hal ini juga yang kurasakan bersama teman-temanku di kelompok mentoring ini.

Mentoring selalu dapat memberiku pencerahan, pengingat untuk selalu bermuhasabah, dan jalan untuk lebih dekat mengenali Sang Kuasa. Seperti pertemuan sebelumnya, mentoring pagi itu dibuka dengan tilawah dan dilanjutkan materi. Materi kali itu adalah sebuah cerita bagaimana kita memaknai kesabaran dalam hidup kita.

Menurut kisah, pada zaman dahulu hiduplah tiga orang dengan keadaan fisik yang cacat. Masing-masing dari ketiga orang tadi duji oleh ALLAH melalui penyakit yang mereka derita dan tak kunjung sembuh.

Orang pertama adalah si belang, dia mempunyai penyakit belang di sekujur tubuhnya. Warna kulitnya tak seindah seperti yang dimiliki orang lain pada umumnya. Warna kulitnya belang, sbagian seperti bekas terkena luka bakar. Karena hal inilah, si belang sering kali malu kepada dirinya sendiri. Orang kedua adalah si tuli.

Sama halnya dengan si belang, si tuli ini juga sering kali malu kepada kondisi dirinya sendiri. Cacat fisik yang dimilikinya menjadikan dia merasa sangat berbeda dengan orang lain yang nrmal.

Orang ketiga adalah si buta. Tak jauh dari si belang dan si tuli. Si buta juga memiliki cacat fisik, dengan kondisi cacat fisik yang ia derita, ia tak mampu melihat ataupun menikmai keindahan ciptaan dari Sang Kuasa.

Suatu ketika, ALLAH memerintahkan malaikat untuk membantu ketiga orang tersebut.
Sang malaikat mendatangai si belang. Si belang pun ditanya 2 hal. Hal pertama ia ditanya apa yang paling ia inginkan di dunia ini. Si belang pun menjawab ia ingin kulitnya tidak lagi belang dan normal seperti orang lain pada umumnya.

Saat itu pula atas kehendak ALLAH, kulit si belangpun tidak lagi menjadi belang dan normal seprti orang lain. Hal yang kedua malaikat menanyakan lagi, hal apakah yang paling si belang butuhkan sekarang, si belangpun menjawab seekor unta, dan ALLAH memberikannya seekor unta.

Setelah dari tempat si belang, malaikat mendatangi si tuli. Malaikat juga menanyakan hal yang sama pada si tuli. Hal pertama si tuli menginginkan dirinya dapat kembali mendengar sepertiorang lain pada umumnya dan ALLAH mengabulkannya. Hal kedua ketika ia ditanya perihal apakah yang sedang ia butuhkan sekrang, ia menjawab seekor sapi, ALLAH pun kembali mengabulkannya.

Terakhir malaikat mendatangi si buta. Sama halnya dengan si belang dan si tuli. Si buta juga ditanya perihal apa yang ia inginkan sekarang. Ia menjawab bahwa ia ingin bisa melihat, sehingga ia dpat menikmati keindahan dunia. ALLAH pun mengabulkan permintaan si buta. Hal kedua, si buta menjawab bahwa ia membutuhkan seekor kambing dan ALLAH pun memberikannya seekor kambing.

Hari bergani hari, tahun demi tahun sudah terlewatkan. Ketiga orang tadi kini sudah hidup dengan sukses, makmur dan kaya. Ternak yang diberikan ALLAH kepada mereka kini sudah betambah banyak. Si belang memiliki beratus-ratus unta, si tuli memiliki beratus-ratus sapi, dan si tuli memiliki beratus-ratus kambing. Kehidupan mereka sangat berbeda dengan kehidupan mereka yang dulu.

Suatu ketika ALLAH memerintahkan malaikat untuk mendatangi kembali mereka. ALLAH ingin mengetahui seberapa bersyukurlah mereka atas nikmat yang telah ALLAH berikan pada mereka.

Dengan menyamar menjadi seorang pengemis tua, malaikat mendatangi ketiganya.
Ketika sampai di rumah si belang, malikat dengan wujud pengemis tua tersebut meminta belas kasihan kepada si belang. Ia meminta diberikan sedikit unta yang dimiliki si belang. Dengan kasar si belang menolaknya.

Kemudian si pengemis tua tadi bertanya, “bukankah kamu si belang yang dulu tidak mempunyai apa-apa dan hanya memiliki kulit yang jelek?” ditanya seperti itu si belangpun marah, ia tidak mau mengakui seperti apa dirinya dulu, bahkan ketika ditanya perihal dari mana ia mendapatkan harta yang berlimpah ruah seperti sekarang ini, ia juga tidak mau mengakui bahwa semua itu pemberian ALLAH.

Hal sama juga terjadi ketika malaikat dengan wujud pengemis tua mendatangi si tuli.
Namun, tidak seperti si buta, ketika malaikat mendatangi rumahnya si buta menyambutnya dengan baik.

Ketika pengemis tua meminta sedikit rezeki yang si buta miliiki, ia tanpa piker panjang langsung memberikannya kepada pengemis tua itu. Pengemis tua pun bertnya, “mengapa kamu mau memberikan rezekimu padaku?” si buta pun menjawab, “sesungguhnya itu bukanlah hartaku, itu hanyalah harta titipan dari ALLAH.”

Saat itu pula, kekuasaan ALLAH menjawab. Si tuli dan si belang karena ketamakan yang mereka miliki, ALLAH membinasakan keduanya. Namun tidak bagi si buta, ALLAH semakin menambah rezeki si buta, karena kedermawanannya yang ia miliki.

Itulah suatu cerita yang menggambarkan bagaimana kita harus bersabar dalam kenikmatan.

Bersabar tak hanya kita butuhkan ketika kita mendapat ujian dari ALLAH. Tapi, ketika kita mendapatkan kenikmatan dari ALLAH pun, kita harus bersabar. Brsabar bagaimana kita mengendalikan nafsu kita agar kita tak selalu menuruti nafsu belaka.

Selalu bersykur atas pemberian ALLAH dan tak sombong sedikitpun dari apa yang kita punya adalah salah satu cara bagaimana kita bersabar dalam nikmat.

KKEEP ISTIQOMAH!!! Aamiin… ^^