Jadikan Takwa sebagai Senjata.

sujudDan bertakwalah kamu supaya mendapat rahmat” (Q.S 49 : 12)
Sesungguhnya, kemenangan Islam yang diidam-idamkan takkan pernah terwujud manakala tak tertanam pribadi-pribadi takwa didalam kesatuan barisannya. Takwa itulah yang menjadikan pribadi perjuang Islam berbeda dengan pribadi tentara lawan. Turunnya karunia Allah kepada kaum muslimin berupa pertolongan dan kemenangan adalah berbanding lurus dengan tingkat ketakwaan pribadi pejuang Islam. Semakin banyak pelanggaran-pelanggaran dan maksiat yang dilakukan barisan umat Islam maka semakin jauhlah turunnya pertolongan Allah kepada kaum muslimin. Atas dasar itulah Umar bin Khattab mewanti-wanti panglima perang kaum Muslimin Saad bin Abi Waqqash ketika akan menghadapi peperangan dengan salah satu kekuatan kufur terkuat didunia yaitu kerajaan Persia dalam pertempuran terkenal “Battle Of Qaddisiya”. Umar mewasiatkan Saad bin Abi Waqqash agar menjaga ketaatan tentaranya dengan berkata :

Amma ba’du. Maka aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang besertamu untuk selalu takwa kepada Allah dalam setiap keadaan. Karena, sesungguhnya takwa kepada Allah adalah sebaik-baik persiapan dalam menghadapi musuh dan paling hebatnya strategi dalam pertempuran.

Aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang bersamamu agar kalian menjadi orang yang lebih kuat dalam memelihara diri dari berbuat kemaksiatan dari musuh-musuh kalian. Karena, sesungguhnya dosa pasukan lebih ditakutkan atas mereka daripada musuh-musuh mereka dan sesungguhnya kaum muslimin meraih kemenangan tidak lain adalah karena kedurhakaan musuh-musuh mereka terhadap Allah. Kalaulah bukan karena kedurhakaan musuh-musuh itu, tidaklah kaum Muslimin memiliki kekuatan karena jumlah kita tidaklah seperti jumlah mereka (jumlah mereka lebih besar) dan kekuatan pasukan kita tidaklah seperti kekuatan pasukan mereka. Karenanya, jika kita seimbang dengan musuh dalam kedurhakaan dan maksiat kepada Allah, maka mereka memiliki kelebihan di atas kita dalam kekuatannya, dan bila kita tidak menang menghadapi mereka dengan “keutamaan” kita, maka tidak mungkin kita akan mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.

Ketahuilah bahwa kalian memiliki pengawas-pengawas (para malaikat) dari Allah. Mereka mengetahui setiap gerak-gerik kalian karenanya malulah kalian terhadap mereka. Janganlah kalian mengatakan, “Sesungguhnya musuh kita lebih buruk dari kita sehingga tidak mungkin mereka menang atas kita meskipun kita berbuat keburukan.” Karena, berapa banyak kaum-kaum yang dikalahkan oleh orang-orang yang lebih buruk dari mereka. Sebagaimana orang-orang kafir Majusi telah mengalahkan Bani Israil setelah mereka melakukan perbuatan maksiat. Mintalah pertolongan kepada Allah bagi diri kalian sebagaimana kalian meminta kemenangan dari musuh-musuh kalian. Dan aku pun meminta hal itu kepada Allah bagi kami dan bagi kalian”. (Umar bin Khattab)

Luar biasa agung logika yang dibangun oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab, beliau lebih mengkhawatirkan dosa-dosa pasukannya sendiri ketimbang jumlah personil dan kelengkapan senjata musuh. Sebab dosa-dosa tersebut merupakan penghalang bagi turunnya pertolongan Allah,  pada intinya beliau menegaskan bahwa kemenangan Islam adalah mustahil dicapai oleh usaha kaum muslimin sendiri. Sebab sebagai suatu sunatullah yang berulang dan terlihat juga di masa sekarang, jika dilihat dari sisi persenjataan, kelengkapan, sarana dan propaganda kaum kafirin sangat berada diatas angin, maka mustahil-lah umat Islam akan menang tanpa pertolonganNya. Kemenangan Islam semata-mata adalah karunia Allah yang akan Allah turunkan kepada hamba-hambaNya yang bertakwa. Kekalahan musuh akibat kedurhakaan mereka kepada Allah. Jika kaum muslimin turut berbuat durhaka apa bedanya kita dengan pejuang kekafiran ? Padahal posisi kita sebagai underdog. dengan demikian Makin Jauh-lah karunia Allah berupa kemenangan dan pertolongan.

Seorang muslim sejatinya harus memiliki cita-cita dan pandangan visioner berkaitan dengan kontribusinya terhadap Islam sebagai identitas yang telah Allah karuniakan kepadaNya (Bahkan sejak lahir) sebagai ajang pembuktian keislamannya dihadapanNya kelak. Namun hemat saya, adalah suatu hal yang keliru besar ketika kita hanya sanggup bercita-cita tinggi dan memukau orang lain dengan idealisme yang kita punya. Namun hal tersebut tidak dibarengi dengan pembenahan kepribadian menjadi pribadi-pribadi yang takwa dan berakhlak mulia. Sehebat apapun intrik yang kita rancang dan setinggi apapun cita-cita yang kita miliki yang tetap harus digarisbawahi adalah kemenangan mustahil akan diraih tanpa pertolonganNya, Dan sekali lagi pertolonganNya akan turun kepada mereka yang bertakwa. Firman Allah :

“Cukup, jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah akan menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda” (Q.S. Ali Imran : 125).

Jika memang kita tulus ingin benar-benar menolong Agama Allah, maka tak cukup dengan pandai beretorika dan bercita-cita saja. Namun harus dibarengi dengan perbaikan kualitas diri agar menjadi generasi muttaqin untuk menjemput karunia Allah. Bersabarlah jika ada ucapan dan propaganda fitnah yang menghujani kaum muslimin. Jawablah fitnah tersebut dengan hujjah dan akhlak mulia. Tetaplah berendah diri karena kesombongan membuat Allah mencabut pertolonganNya. Dengan ini saya juga belum mampu sepenuhnya menjadi pribadi yang bertakwa. Namun Agama adalah nasehat untuk diri sendiri dan orang lain. Salah satu ciri orang-orang beruntung adalah mereka yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Jadi, songsong-lah karunia Allah dengan takwa.

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu Furqon (Pembeda antara Haq dan Bathil) dan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” (Q.S 8:29)

Semoga Allah membimbing dan memberi kekuatan kita untuk menuju jalan ketakwaan. Aamiin. Wallahua’lam.

M Yusron Mufid