Jelang Ramadhan

Persiapan menyambut tamu agung bulan suci Ramadhan sudah dimulai sejak bulan Sya’ban atau bulan Rajab. Malah para sahabat Rasulullah melakukan persiapan menjelang Ramadhan setengah tahun sebelumnya.

Di milis-milis yang saya ikuti pun banyak berseliweran email-email tentang Ramadhan. Kami saling unjuk kegembiraan dalam menyambut bulan yang dinanti-nantikan itu. Ramadhan, bulan yang penuh rahmat, ampunan lagi penuh kebahagiaan. Ganjaran pahala yang berlipat ganda diberikan kepada orang-orang yang beramal saleh.

Bulan Sya’ban adalah bulan di mana orang-orang sibuk. Sibuk memperbanyak amalan, membenahi diri, sibuk membenahi rumah lalu sibuk mempersiapkan mudik. Ada kesibukan lain lagi, yaitu membayar puasa (qadha) yang belum dilakukan dan memperbanyak puasa sunat.

Anas Bin Malik ra. berkata,’ ‘Ketika kaum Muslimin memasuki bulan Sya’ban, mereka sibuk membaca Alquran dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa.”

Selama 6 tahun tinggal di Jepang, baru sekali saya dan anak-anak merasakan berpuasa dan berlebaran di tanah air. Selebihnya puasa Ramadhan kami lalui di negeri yang minoritas pemeluk agama Islamnya. Sepi. Sedih dan sendiri. Perasaan itulah yang dominan mewarnai hari-hari pertama berpuasa. Tak ada suara bedug atau adzan Maghrib pertanda saat berbuka. Tak ada suara ramai anak-anak pergi sholat tarawih ke masjid. Apalagi lomba adzan anak-anak, belum ada. Riuh pikuk anak-anak, remaja putri dan ibu-ibu yang memakai mukena, tak ada. Hanya terlihat hilir mudik orang Jepang yang bergegas pulang atau pergi.

Menjelang bulan suci Ramadhan, banyak persiapan yang ingin dilakukan. Kesiapan fisik dan mental dicanangkan, amalan-amalan sunat pun dimemokan, surat-surat Al-Quran yang ingin dihapal pun dituliskan. Selain itu membenahi hapalan surat-surat pendek Al-Quran dan sibuk menuliskannya ke huruf Hiragana, agar anak-anak saya mudah menghapalkannya.

Menjauhkan mata dari pandangan yang diharamkan Allah, menyiapkannya untuk mencermati ayat-ayat Al-Quran.
Menyiapkan telinga untuk mendengarkan murottal Qur’an, untaian merdu ayat-ayat Allah dilantunkan dan menjauhkan telinga dari yang tak layak didengar.

Menyiapkan mulut untuk membaca Al-Quran dan berdzikir serta menjauhi dari berkata-kata tak bermanfaat apalagi membicarakan tentang orang lain, yang dengan itu tidak disukainya.
Menjaga tangan, kaki dan anggota badan agar terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak disukai Allah. Mempersiapkannya supaya tetap sehat dan kuat untuk melakukan ibadah sholat malam.

Menjauhkan hati dari pikiran-pikiran kotor dan prasangka buruk. Memenuhi hati dengan mengingat-NYA, merindukan-NYA dan harapan berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Janji Allah kepada orang-orang yang berpuasa adalah mereka akan bertemu dengan-Nya untuk menerima balasan puasanya itu. Dan janji Allah adalah pasti.

***

Di bulan Ramadhan amalan sunnah dihitung sebagai amalan fardhu, dan amalan fardhu diberi ganjaran 70 kali lipat. Puasa fiisabilillah akan dijauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 tahun.
Puasa Ramadhan akan memberi syafaat di yaumil akhir. Terbukanya pintu surga Ar-Rayyan bagi orang-orang yang berpuasa. Juga menghapus dosa-dosa yang lalu.

"Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain," sabda Rasulullah. Siapa yang tak tergiur dengan balasan sebesar itu?

Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib karomallahu wajhah berdiri dan berkata, "Ya Rasulullah, amal apa yang paling utama pada bulan ini?" "Ya Abul Hasan, amal yang paling utama pada bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah Azza wa Jalla," jawab Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam. (HR Ibnu Khuzaiman, Ibnu Hibban dan Baihaqi).

Jelang Ramadhan dengan mengoptimalkan upaya, memotivasi diri melakukan banyak amalan-amalan selama bulan Ramadhan, yang penuh dengan kebaikan.

Menjelang bulan suci penuh berkah dan rahmat, kita ingin berada dalam keadaan hati yang jernih, ikhlas, lapang dan tenang.
Semoga kita jelang Ramadhan dengan kesiapan fisik yang kuat dan hati yang ikhlas, dan mendapatkan malam Lailatur Qadar, amiin.

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Mohon maaf lahir dan batin.

Wallahu’alam bisshowab.

Nagoya, Sept 2006 [email protected]