Jum'at ku di Ruwais

Tak terasa hampir 2 tahun aku tinggal disini, disebuah kota kecil ditengah gurun pasir yang tak pernah aku bayangkan untuk menempati sebelumnya. Jangankan bercita-cita, membayangkannya pun aku belum pernah. Namun takdir Alloh Dzat yang Maha Berkehendak berkata lain, maka akhirnya aku dan keluargaku pun berada disini. Menapaki kehidupan keseharian di sebuah negeri kaya yang merupakan bagian dari Jazirah Arab. Negeri yang memiliki tujuh emirat yang bernama United Arab Emirates.

Di negeri ini, sebagaimana negeri Arab lainnya, memiliki hari libur yang berbeda dengan negara-negara non Jazirah Arab yang pada umumnya adalah hari minggu. Hampir seluruh negeri di kawasan Jazirah Arab memulai hari libur mereka pada hari Jum’at dan menutupnya dengan hari Sabtu. Sehingga praktis dalam satu minggu memiliki dua hari libur, yaitu Jum’at dan Sabtu.

Hari Jum’at merupakan hari yang mulia, khususnya bagi umat Islam. Karena hari tersebut adalah penghulunya hari. Bahkan pada hari tersebut ada ibadah khusus yang berbeda dengan hari yang lain, yaitu ibadah Sholat Jum’at.

Sebagaimana Jum’at – Jum’at yang lain, aku lalui Jum’at ini dengan aktifitas rutin keseharianku. Namun memang ada sedikit yang berbeda dibandingkan Jum’at pada bulan lainnya, selain Jum’at hari ini berada di bulan suci Ramadhan, juga hari Jum’at ini kami kedatangan seorang ulama dari negeri nun jauh disana, negeri gemah ripah loh jinawi yang bernama Indonesia, yang secara kebetulan sang ulama sedang berkunjung ke negeri ini atas undangan raja sekaligus presiden negeri ini. Sang alim tersebut bernama Ustadz Habib Hasan Ismail Al Muhdhor, dari tanah Jawa.

Sebenarnya, kedatangan beliau bukanlah baru hari ini, namun sudah dua hari yang lalu beliau berada disini. Dimana selama dua hari tersebut beliau banyak memberikan tausiyah kepada kami para migran yang secara keren sering disebut sebagai ekspatriat ini.

Selama aku dan keluargaku menetap disini, bahkan para pendahuluku yang sudah bermukim lebih dari tujuh tahun ditanah ini pun, belum pernah kami mendapatkan tausiyah langsung (secara fisik berhadapan) dari seorang alim dari negeri kami berasal. Semuanya dilakukan oleh orang-orang Arab yang meskipun mereka juga bukan warga pribumi negeri ini, namun title negeri Arab sebagai negeri Islam berasal inilah yang menyebabkan mereka lebih mendominasi dalam hal peribadahan.

Namun hari ini sungguh berbeda. Mimbar Jum’at yang selama ini selalu diisi oleh khotib-khotib dari tanah Arab, akhirnya berkesempatan pula untuk diduduki oleh seorang alim yang menjadi khotib Jum’at hari ini. Seorang khotib yang tidak pernah terbayang oleh kami akan datang ke tanah ini, bahkan kami pun pesimis apakah mungkin seseorang yang notabene bukan dari negeri Islam berasal akan berkesempatan memimpin sholat Jum’at dan memberikan tausiyahnya di tanah yang mayoritasnya berbahasa Arab ini.

Sekali lagi Alloh Ta’ala Dzat yang Maha Berkehendak menakdirkan lain. Alloh dengan kehendaknya mengirimkan sang alim tersebut ke tanah ini, menjadi khotib kami, bukan hanya bagi warga Indonesia yang berada disini, namun juga menjadi khotib sekaligus imam bagi warga lain dari berbagai negeri Islam yang hari ini berkumpul di masjid yang mulia ini.

Subhanalloh Ya Robbi, akhirnya engkau kabulkan do’a dan permohonan kami.
Meskipun hanya satu Jum’at ini kami bisa merasakan hal ini, namun kami merasa sangat bersyukur atas ni’matMu ini Ya Alloh. Kami pun masih memendam do’a dan harap, kiranya Engkau sudi untuk mendatangkan orang-orang alim bagi kami di hari-hari yang lain, agar kami lebih memahami hakikat agamaMu ini ya Alloh…., sehingga langkah dan gerak kami adalah sesuai dengan tuntunan RasulMu yang mulia dan sesuai dengan kehendakMu, wahai Rab sekalian alam.

Jadikanlah kami hamba-hambaMu yang ikhlas….
Amin.

Kami yang mengharap ridhoMu,
Di tepian teluk Persia