Kado Milad untuk Mama yang ke-50

Gadis itu baru berusia dua puluh tahun. Kini ia sedang duduk di bangku kuliah semester enam. Menjadi haji muda, itulah hal yang selalu terngiang dalam pikirannya akhir-akhir ini. Ia mendapat inspirasi ini setelah membaca artikel tentang menjadi haji di usia muda di sebuah majalah. Sebelumnya, ia tak pernah sekalipun berpikir untuk naik haji, terlebih di usia muda.

Yang ia tahu di lingkungannya, biasanya mereka yang naik haji adalah mereka yang berusia sudah tua. Entah kenapa, keesokan harinya, ia selalu teringat akan hal tersebut. Rupanya bacaan tersebut cukup meninggalkan bekas dalam jejak-jejak ingatannya. Terlebih, di winamp komputernya ada lagu “Haji Menuju Allah” Raihan yang kemudian selalu disetelnya hampir setiap hari.

Suatu kali, iseng-iseng, iapun menanyakan kepada bapak dan mamanya (suatu panggilan yang aneh menurutnya, karena seharusnya bapak-ibu atau papa-mama), “Kok mama sama bapak nggak naik haji?” Mamanya sempat terdiam sejenak, begitu juga dengan bapaknya. Mamanya pun kemudian menjawab “Ya… nanti kalo mikirin itu nanti kamu nggak sekolah lagi.” Iapun berpikir apa iya sampai sebegitunya?! Padahal kalau menurutnya keluarganya dapat dikatakan tidak kekurangan dan juga tidak terlalu berlebihan, ya… cukuplah!

Tapi, mungkin belum terpanggil kali yah, pikirnya kemudian! Beberapa hari kemudian gadis itu dan bapaknya sedang menonton berita televisi. Berita itu sedang menayangkan berita tentang biaya haji di Indonesia. Dalam berita itu disebutkan jumlah dollar yang harus dikeluarkan untuk naik haji. Sesaat kemudian, bapaknya menyodorkan kertas, “Nih… coba liat…” kata bapaknya. “Apa ini Pak? Ooo jadi sekitar 27 juta ya… Berarti lumayan gede juga ya Pak”

Ketika ia menemani temannya ke bank syariah, dengan spontan ia bertanya-bertanya kepada mba-mba tellernya tentang bagaimana prosedur membuka tabungan haji. “Wow… jumlah yang cukup besar untuk membuka rekening haji” pikirnya. Apalagi ia masih mahasiswa. Iapun sempat mengurungkan niatnya untuk membuka tabungan haji. Akan tetapi, beberapa hari kemudian ia mendapatkan berita dari temannya kalau ia mendapatkan beasiswa.

Alhamdulillah… Siang itu setelah ia menerima beasiswa, iapun langsung pergi ke bank. Namun, beda dengan hari-hari lainnya saat ia pergi ke bank. Hari itu ia memberanikan dirinya untuk membuka rekening haji. Uang beasiswa yang diterimanya, disisihkan untuk membuka rekening haji itu. Bukan untuk dirinya, tapi untuk mamanya. Entah kenapa tiba-tiba saja ia berpikir untuk memberikan hadiah ulangtahun untuk mamanya berupa tabungan haji. Kenapa jadi mamanya?

Lalu bagaimana dengan impiannya untuk naik haji di usia muda? Jujur, iapun bingung jawabannya apa. Tapi, ia selalu teringat akan lirik lagu Raihan yang selalu didengarnya: "Pergi haji artinya menuju Allah yang Esa Membawa hati dan diri yang hina Memberi hadiah kepada Allah Berhati-hatilah menghadapnya" Lirik di atas terutama kalimat “Memberi hadiah kepada Allah” dapat dikatakan sangat menginspirasinya untuk memberi hadiah kepada Allah.

Ia merasa malu jika terus menerus menjadi hamba yang selalu berbuat dosa kepada Allah, tanpa pernah memberi sesuatupun kepadaNya. Mungkin haji bukanlah satu-satunya hadiah yang dapat diberikan untuk Allah, tapi entah mengapa dorongan ini begitu kuat tertanam dalam dirinya. Kata hadiah inipun mengingatkan dirinya akan mamanya, orang yang tanpa kenal lelah mengasuh, merawat, dan mendidiknya hingga ia dewasa.

Mamanya adalah orang yang selalu membangunkannya di pagi hari, memasakkan makanan untuknya dan teman-temannya ketika berkunjung ke rumah, dan menyuapinya ketika ia sakit. Mamanya adalah pahlawan di tengah-tengah kesulitan dunia yang menghimpitnya. Mamanya adalah orang yang bisa menjadi inspirasi bagi temannya karena kebaikan hatinya. Mamanya adalah orang yang selalu tahu apa isi hatinya.

Mamanya adalah orang yang tak pernah bosan mendoakan yang terbaik bagi anak-anaknya. Setiap tahunnya ia beserta adik dan kakaknya memang selalu memberi hadiah untuk mamanya, tapi sesekali ia ingin yang spesial. Pikirnya, mungkin dengan memberikan kado mama naik haji ia bisa sekaligus memberikan 2 hadiah kepada mereka yang paling ia sayangi: mama dan yang menciptakan mama, Allah.

Yups… kado milad mama yang ke-50. Tahun ini 2006, usia mama baru menginjak 44 tahun. Saat itu, ia teringat kalau mamanya berarti sebentar lagi menginjak usia emas, usia yang kata orang banyak memiliki arti. Berarti iapun masih punya waktu enam tahun lagi untuk menambahkan arti dalam kehidupan mamanya. Enam tahun, mungkinkah ia mampu memenuhinya?

Sesaat kemudian, ia pun yakin, enam tahun adalah waktu yang cukup baginya untuk bekerja keras. Enam tahun juga merupakan waktu yang cukup lama menurutnya untuk mengubah paradigma berpikir mamanya, membuatnya untuk mulai berpikir untuk naik haji dan tidak hanya memikirkan biaya sekolah anak-anaknya.

Mulai saat itu iapun bertekad: 27 Juni 2012, ia ingin menyambut pagi mamanya dengan berkata… “Mama aku punya hadiah buat mama…” Ya Allah semoga engkau masih memberikan usia baginya dan mamanya di kala itu… "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (Q.S. Al-Hajj: 27)"