Karena CintaNya

Saya buru-buru keluar dari sebuah warnet. Karena jam di sudut komputer yang saya pakai untuk menulis sudah menunjukan pukul 9.20. Tidak lama lagi berarti sudah pukul setengah sepuluh. Padahal saya harus sudah di rumah. Kalau melanggar, berarti saya harus mau dimarahi habis-habisan oleh majikan saya.

Segera kukayuh sepeda cepat-cepat. Ada seorang teman yang melambaikan tangan dan memanggil saya pun tak begitu saya hiraukan. Dan saya segera meninggalkan tempat itu. Tapi dua menit kemudian terjadilah sesuatu. Mobil di depan saya berhenti mendadak. Dan salah satu penumpang dalam mobil itu secara mendadak juga, membuka pintu. Tak khayal lagi, saya menabrak pintunya. Langsung saya terpelanting ke selokan. Saya terpisah dengan sepeda saya. Dan kaki saya sebelah kanan terantuk beton yang tergeletak di situ. Saya mengerang kesakitan.

Peristiwa sekecil ini, tentu saja tidak begitu saja terjadi. Saya yakin tangan Allah SWT ikut terlibat dalam kejadian ini. Dan saya sadar sesadar sadarnya, bahwa saya diingatkan agar selalu mengingat-Nya, walau dalam keadaan apapun juga. Termasuk dalam keadaan buru-buru karena sedang ditunggu majikan. Alkhamdulillah.

Saya menjadi ingat ketika kecil dulu. Ketika saya sedang makan, kemudian lidah saya tergigit oleh gigi, ibu saya menganjurkan agar cepat-cepat baca istighfar. Waktu ada kilat dan terus disertai guntur menggelegar, saya cepat-cepat disuruh untuk baca tasbih. Kalau ada hujan lebat, saya dilarang keluar rumah. Dan saya dilarang untuk bicara keras-keras. Kalau tidak mau baca ayat-ayat Qur’an lebih baik diam saja. Sebab kata ibu saya, fenomena alam itu tidak hanya hal biasa saja, tapi juga peringatan Penguasa Alam kepada hamba-Nya. Tentu agar selalu mengingat-Nya.

Dan saat ini, ketika negri kami banyak sekali mengalami musibah, baik itu tsunami tahun lalu, kemudian silih berganti terjadi seperti gempa bumi, banjir, angin ribut, tanah longsor dan peristiwa- peristiwa alam lainnya, yang seolah terus berpindah dari daerah yang satu ke daerah yang lain, saya menjadi ingat kata-kata ibu saya waktu kecil itu. Berarti ini juga peringatan bagi kita juga.

Peringatan bukan berarti sebuah hukuman, kata orang-orang alim. Jika seorang ayah atau ibu mencubit keras-keras anaknya yang mandi di sungai, padahal cuaca sedang mendung, itu bermakna ada unsur kebaikan bagi sang anak. Allah SWT menegur kami, baik lewat ayat-ayat tekstual-Nya, yang ada dalam Al-Qur’an, maupun lewat ayat-ayat kontekstual-Nya, lewat berbagai macam bencana alam, itu artinya Dia sedang menunjukan kecintaan-Nya kepada kami hamba-hambanya. Sebab Dia memang Maha Mencintai. Dan takkan pernah berhenti untuk terus mencintai hamba-Nya.

Konsekwensi cinta-Nya kepada kami tentu harus kita balas juga dengan cinta yang menggebu. Dengan banyak-banyak berinstrospeksi diri, sudah sejauh mana ketaatan kita pada-Nya, sudah sejauh mana kita berbenah untuk menghadap-Nya, jika sewaktu-waktu kita dipanggil pulang ke haribaan-Nya seperti saudara-saudara kita di berbagai tempat di muka bumi yang sedang mengalami musibah.

Sayangnya, hamba yang kotor ini, sering kali memaknai suatu kejadian, musibah, atau sesuatu yang membuat sengsara, hanya sebatashal yang menyebalkan atau bahkan suatu hukuman. Jarang kami ini memaknainya sebagai bentuk cinta sang Khalik kepada mahlukNya. Barangkali karena terlalu banyak "kotoran" yang menempel dalam hati kami.

# [email protected]#