Khutbah Jumat: Gubernur yang Bengis

Khutbah Kedua 

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Yang bisa disimpulkan dari khutbah pertama tadi, walau kita punya pemimpin yang tidak kita sukai karena bengis dan kejam, tetap wajib taat, lalu bersabar dan tetap mendoakan kebaikan untuk mereka.

Namun ingatlah pemimpin itu sebenarnya cerminan dari rakyatnya.

Para ulama berkata,

كَمَا تَكُوْنُوْنَ يُوَلَّى عَلَيْكُمْ

“Bagaimanapun keadaan kalian (rakyat), maka begitulah keadaan pemimpin kalian.”

 

Artinya, kalau rakyat itu sukanya berbohong, pemimpin kita pun demikian adanya. Kalau rakyat sukanya mencuri dan korupsi, pemimpin kita demikian pula. Sekali lagi, pemimpin itu cerminan dari rakyatnya.

 

Mudah-mudahan kita sebagai rakyat bisa terus introspeksi diri, sehingga bisa mendapatkan pemimpin yang baik pula.

Di akhir khutbah ini … Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat.

 

Pengertian yang paling bagus mengenai shalawat sebagaimana yang dikatakan oleh Abul ‘Aliyah rahimahullah sebagaimana disebut dalam Shahih Al-Bukhari,

صَلاَةُ اللَّهِ ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ الْمَلاَئِكَةِ ، وَصَلاَةُ الْمَلاَئِكَةِ الدُّعَاءُ

“Shalawat dari Allah maksudnya adalah pujian Allah pada Nabi di sisi para malaikat. Shalawat dari malaikat maksudnya adalah do’a.”

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ